ARTI/
PESAN
1
Venny Eka M., M.Hum.
Dari sejumlah proses yang dialami penerjemah, proses yang paling awal dan
paling penting adalah proses menemukan arti atau makna teks bahasa sumber.
Dalam usahanya menemukan arti teks bahasa sumber, penerjemah dituntut
untuk memahami empat hal utama, yaitu 1) memahami makna leksikon yang
penulis gunakan dalam teks bahasa sumber, 2) memahami struktur kalimat yang
penulis digunakan, 3) memahami situasi komunikasi, dan yang terakhir adalah 4)
memahami konteks budaya teks bahasa sumber.
Setelah keempat tugas itu selesai dan penerjemah menemukan arti yang
dikehendaki penulis teks bahasa sumber, tugas yang kedua adalah menyatakan
kembali makna yang ditangkap tadi ke dalam bahasa penerima dengan
mempertimbangkan empat unsur lagi, yaitu 1) menemukan leksikon yang paling
tepat untuk mewakili makna yang ditangkap tadi, 2) menemukan struktur
bahasa yang paling tepat, 3) mengungkapkan arti dalam konteks situasi, dan
mengungkapkan arti tersebut dalam konteks budaya teks bahasa penerima
yang sesuai. Setelah proses itu selesai, diperlukan lagi pengecekan ulang, yaitu
apakah makna yang telah dialihkan itu sesuai betul dengan makna dalam teks
bahasa sumber. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah arti yang dinyatakan
kembali atau rumusan kalimatnya terasa wajar atau belum. Jadi, proses
menerjemahkan meliputi:
• mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan
konteks budaya bahasa sumber,
• menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya,
• mengungkapkan kembali makna itu ke dalam bahasa penerima
dengan menggunakan leksikon, struktur gramatikal, situasi
komunikasi dan konteks budaya yang sesuai dalam bahasa
penerima,
• mengecek ulang hasil terjemahan, yaitu apakah pesan yang
dinyatakan kembali (terjemahan) padan dengan pesan yang
disampaikan oleh penulis teks bahasa sumber.
2
Venny Eka M., M.Hum.
Pada contoh nomor 1 dapat dilihat bahwa jumlah kata pada kalimat bahasa
sumber adalah tujuh, sedangkan bahasa penerima hanya lima. Pada contoh
nomor 2, struktur gramatikalnya adalah dalam bentuk bertanya, tetapi
fungsinya adalah memohon. Jadi, terjemahannya dalam bahasa Indonesia
bukannya dalam bentuk bertanya, tetapi dalam kalimat memohon dan dalam
bahasa Indonesia tanda tanya tidak digunakan. Dari kedua contoh di atas,
dapat disimpulkan bahwa bentuk teks bahasa sumber tidak sama dengan bentuk
bahasa penerima. Karena itu, penerjemah tidak perlu ragu-ragu untuk tidak
mengikuti struktur atau bentuk teks bahasa sumber. Tugas penerjemah adalah
menyampaikan kembali pesan yang ditangkap dalam teks bahasa sumber ke
dalam teks bahasa penerima, bukan mengalihkan bentuk teks bahasa sumber ke
dalam teks bahasa penerima.