Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui
proses pendidikan. Untuk bisa tumbuh berkembang ke arah kedewasaan, peserta didik
membutuhkan orang lain.

Pandangan modern dewasa ini melihat peserta didik sebagai subjek.peserta didik adalah
subjek yang otonom, yang memiliki motivasi, hasrat, ambisi, cita-cita, dan mampu merasakan
kesedihan, bias senang maupun marah. Hak otonom inilah yang mampu memberikan keinginan
untuk berkembang agar mampu memecahkan masalah-masalah yang selama ini membelenggu.
Karena inti dari pendidikan itu sendiri adalah mampu menghadapi kenyataan-kenyataan yang
ada di dalam hidupnya. Ciri-ciri peserta didik adalah 1) individu yang mempunyai potensi fisik
dan psikis. 2) individu yang sedang berkembang, individu yang membutuhkan perkembangan
individual dan perlakuan manusiawi dan individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan
siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Masa usia sekolah dasar
merupakan masa kelanjutan dari masa bayi dan prasekolah anak. Masa ini terjadi dari usia 5
sampai 12 tahun yang ditandai dengan terjadinya perkembangan-perkembangan pada diri anak
diantaranya adalah perkembangan fisik, intelektual, emosional, bahasa, dan bermain.
Karakterristik peserta didik inilah yang akan dibahas pada makalah ini.
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar

Menurut Kohlberg, peserta didik sekolah dasar termasuk dalam Tahap


Konvensional.Yaitu tahap dimana peserta didik bias melakukan asosiasi-asosiasi yang
konkret untuk membedakan yang baik dan yang buruk, bisa memahami konvensi (aturan
dan norma) yang berlaku tanpa hukuman fisik maupun nonfisik.

Dalam tahap ini ada 2 subtahap:

1. Orientasi anak-baik anak-nakal (good boy-nice girl orientation)

Orientasi ini terjadi antara usia 6-11 tahun, anak mengukur tingkah laku dengan
berorientasi pada sesuatu yang lazimnya dianggap baik.

2. Orientasi menjaga sistem (system maintenance orientation)

Pada orientasi ini terjadi pada usia 12-20 tahun (di bahas pada makalah selanjutnya)

Menurut Piaget, peserta didik sekolah dasar termasuk dalam Tahap Konkret
Operasional (7-11). Tahap ini anak sudah mampu membuat hubungan-hubungan yang
lebih rumit melalui perbuatan mentalnya.

1. Perkembangan Fisik Anak/Siswa

Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan
cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh
anak relatif kecil perubahannya selama tahun-tahun di SD. Adapun cirri-cirinya:

a. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang
lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek
dan lebih langsing dari anak laki laki.

b. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang
lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek
dan lebih langsing dari anak laki laki.
c. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan
lebih kuat daripada anak laki laki.

d. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.

e. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak


tertinggi pertumbuhan mereka.

2. Perkembangan Intelektual

Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak,maka sekolah dalamhal ini guru
seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapat tentang materi pelajaran yang dibacanya atau
dijelaskan oleh guru, membuat karangan, menyusun laporan.

3. Perkembangan Emosional

Perkembangan emosional anak pada usia sekolah dasar ini berbeda satu sama lain
karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan
orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga
dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. Perkembangan emosional pada
usia ini dapat dipengaruhi juga oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-
faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang
tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua dan saudara serumah yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak.

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal
ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai
kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :

1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan


2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri
3. Memberikan nilai secara objektif
4. Menghargai hasil karya peserta didik

4. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikirandan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau
lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar,
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :

1. Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata
yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak

Dengan dibekali pelajaran bahasa di sekolah, diharapkan peserta didik dapat menguasai
dan mempergunakannya sebagai alat untuk :

a) Berkomunikasi dengan orang lain


b) Menyatakan isi hatinya
c) Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya
d) Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat)
e) Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.

5. Perkembangan Bermain

Bersama dengan perkembangan dan pertambahan usianya, cara bermain anak-


anak pun menjadi berbeda-beda. Hal ini mencerminkan tingkat kompetensi mereka.
Anak-anak memang perlu mengalami berbagai jenis-jenis aktivitas bermain agar dapat
berkembang secaera moral. Aktivitas bermain menjadi semakin kompleks seiring dengan
pertambahan usia anak, karena inteleknya berkembang serta pengalaman sosial dan
emosionalnya bertambah luas pengalaman sosial dan emosionalnya bertambah luas
sebab ia berinteraksi dengan semakin banyak mempelajari kebiasaan masyarakat mereka
sendiri dengan cara mengobservasi orang-orang di sekitarnya, kemudian mempraktek-
kannya dalam aktivitas bermain. Anak perlu ditimulasi agar dapat bermain sesuai dengan
tahap perkembangannya.

Untuk lebih jelasnya tentang permainan yang dilakukan oleh anak usia

dini (6-12 tahun0, dapat kita lihat pendapat Suhartini Citrobroto, bahwa:

a) Umur 6 tahun, anak senang bermain loncat-loncatan dengan tali, main kucing-
kucingan dengan teman-temannya, berlomba lari, atau naik sepeda roda tiga,
lemparan-lemparan bola dan main sekolah-sekolahan.
b) Pada umur 7 tahun, anak senang mengumpulkan benda-benda kecil, dan pada masa
ini anak sudah mulai menunjukkan sifatnya masing-masing. Anak laki-laki senang
bermain perang-perangan atau berperang cowboy seperti apa yang pernah dilihatnya
dalam film. Anak perempuan senang bermain boneka dan dengan boneka itu ia mulai
senang membuat pakaian. Baik anak laki-laki mauopun anak perempuan senang
main sekolah-sekolahan, ada jadi guru dan ada yang jadi muridnya dan kesenangan
membaca buku mulai saat ini.
c) Umur 8-10 tahun, sudah ada unsur kerjasama anak dalam bermain, misalnya main
kartu. Sebelum itu sifat ingin menang sendiri masih menonjol. Rencana untuk
bermain mulai timbul. Kesenangan membaca, mendengar radio, menonton film dan
keluar rumah bersama teman sebayanya tampak pada periode ini.
d) Pada umur 11-12 tahun, anak laki-laki senang dengan hal-hal seperti membongkar
sepeda ataupun membuat mobil-mobilan sendiri. Sedang anak perempuan senang
menjahit, menyulam dan memasak. Musik dan tarian mulai pula disenangi pada
masa ini.

Anda mungkin juga menyukai