Anda di halaman 1dari 8

Katrol

katrol merupakan salah satu jenis pesawat sederhana? Selain katrol, pada bab ini kamu juga akan
mempelajari dan mengetahui jenis pesawat sederhana lainnya.Semua jenis alat yang digunakan
untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya
menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Gabungan beberapa
pesawat sederhana dapat membentuk pesawat rumit, contohnya mesin cuci, sepeda, mesin
mobil, dan lain-lain.Dapatkah kamu sebutkan alat apa saja yang termasuk ke dalam pesawat
sederhana pada Gambar 7.2? Selain bertujuan untuk memudahkan pekerjaan, pesawat sederhana
juga dapat membuat pekerjaan menjadi lebih cepat diselesaikan.

Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda
berporos. Agar kamu lebih memahami keempat jenis pesawat sederhana tersebut, berikut akan
dijelaskan satu persatu.

1. Tuas Pernahkah kamu kesulitan menggeser bongkahan batu yang besar? Bagaimana caranya
agar batu dapat digeser? Alat yang dapat membantu untuk menggeser batu yang besar adalah
linggis. Linggis merupakan salah satu jenis tuas. Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Pada
umumnya, tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau kayu yang digunakan untuk
mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu
benda, yaitu beban (B), titik tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan berat benda, sedangkan
titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut
kuasa.Tuas/linggis dapat digambarkan secara sederhana.Berdasarkan posisi atau kedudukan beban,
titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan
kedua, dan tuas golongan ketiga.

a. Tuas golongan pertama Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara
beban dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis, jungkat-
jungkit, dan alat pencabut paku.

b. Tuas golongan kedua Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titk tumpu dan
kuasa. Contoh tuas golongan kedua ini di antaranya adalah gerobak beroda satu, alat pemotong kertas,
dan alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol.

c. Tuas golongan ketiga

Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titk tumpu dan beban. Contoh tuas
golongan ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan untuk memindahkan pasir. Coba perhatikan
letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada gambar berikut!

2. Bidang Miring Ketika liburan sekolah kamu mungkin pernah mengunjungi daerah pegunungan
untuk mencari udara segar. Ingatkah kamu? Jalan-jalan di sana ternyata dibuat berkelok-kelok.
Mengapa demikian? Perhatikan gambar di samping! Jalan yang berkelok-kelok menuju pegunungan
memanfaatkan cara kerja bidang miring. Bidang miring adalah permukaan rata yang
menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Dengan dibuat berkelok-kelok
pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Orang yang
memindahkan drum ke dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai bidang miringnya.
Dengan demikian, drum berat yang besar ukurannya lebih mudah dipindahkan ke atas truk. Bidang
miring memiliki keuntungan, yaitu kita dapat memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi
dengan gaya yang lebih kecil. Namun demikian, baidang miring juga memiliki kelemahan, yaitu
jarak yang di tempuh untuk memindah-kan benda menjadi lebih jauh. Prinsip kerja bidang miring
juga dapat kamu temukan pada beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, dan
sekrup. Berbeda dengan bidang miring lainnya, pada perkakas yang bergerak adalah alatnya.

3. Katrol

Di awal pembahasan, kamu telah mengenal salah satu jenis pesawat sederhana yang ada di
sekolahmu, yaitu katrol. Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol
juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan
jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan menjadi tiga,
yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.

a.Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berpindah pada saat digunakan. Katrol jenis ini
biasanya dipasang pada tempat tertentu. Katrol yang digunakan pada tiang bendera dan sumur timba
adalah contoh katrol tetap.

b. Katrol bebas Berbeda dengan katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan atau posisi katrol
berubah dan tidak dipasang pada tempat tertentu. Katrol jenis ini biasanya ditempatkan di atas
tali yang kedudukannya dapat berubah, seperti tampak pada gambar di samping. Salah satu
ujung tali diikat pada tempat tertentu. Jika ujung yang lainnya ditarik maka katrol akan
bergerak. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.  

c. Katrol majemuk .Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Kedua katrol
ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali
dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban akan terangkat
beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.

4. Roda Berporos .Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang
dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang
banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan
bermotor, dan gerinda.

Yang pasti, harus terbuat dari material yang tahan aus (karena akan sering bergesekan dengan poros
katrol dan tali katrol) dan memiliki kekuatan yang cukup tergantung beban dan sistem katrol yang
digunakan. Seringkali yang digunakan adalah baja karbon menengah karena memiliki ductility dan
kekuatan yang seimbang. Untuk tali katrolnya, tergantung dari sistem katrol dan seberapa besar
beban yang akan diangkat. Untuk beban di bawah 100 kg, disarankan menggunakan tali karet yang
tebal. Disarankan tidak menggunakan tali yang memiliki grip yang rendah terhadap katrol, karena
akan menyulitkan proses pengangkatan beban dan mencegah katrol berputar, meski beban itu
sendiri akan meningkatkan grip terhadap katrol, namun untuk jaga-jaga saja jika tiba-tiba katrol
macet. Walau lebih enak jika gripnya rendah, namun itu berisiko karena dapat menyebabkan tali
cepat aus dan rusak, dan berisiko untuk putus di tengah proses pengangkatan beban sehingga akan
cukup membahayakn. Untuk beban yang lebih tinggi dari 100 kg, disarankan menggunakan tali baja
yang terbuat dari baja karbon tinggi. Grip yang rendah memang membahayakn, namun setidaknya
hal itu dapat diminimalisasi karena baja karbon tinggi memiliki tingkat kekerasan yang tinggi,
sehingga gaya gesek hanya akan sedikit menggores permukaannya saja. Tali katrol jenis ini banyak
digunakan di pelabuhan bongkar muat dan industri besar yang menggunakan katrol dan sistem
katrol. Untuk porosnya, gunakan baja karbon tinggi dengan campuran sedikit mangan, karena akan
mengalami gesekan yang besar. Gaya terbesar akan berada pada poros, sehingga pemilihan material
yang tepat akan sangat menentukan kinerja dan keselamatan kerja dari penggunaan katrol.

GERAK JATUH BEBAS

Gerak vertikal ke bawah sangat mirip dengan gerak jatuh bebas, cuma beda tipis… kalau pada
gerak jatuh bebas, kecepatan awal benda, vo = 0, maka pada gerak vertikal ke bawah, kecepatan
awal (vo) benda tidak sama dengan nol. Contohnya begini… kalau buah mangga dengan sendirinya
terlepas dari tangkainya dan jatuh ke tanah, maka buah mangga tersebut melakukan Gerak Jatuh
Bebas. Tapi kalau buah mangga anda petik lalu anda lemparkan ke bawah, maka buah mangga
melakukan gerak Vertikal Ke bawah. Atau contoh lain… anggap saja anda sedang memegang
batu… nah, kalau batu itu anda lepaskan, maka batu tersebut mengalami gerak Jatuh bebas.. tapi
kalau batu anda lemparkan ke bawah, maka batu mengalami Gerak Vertikal Ke bawah.

Apa yang berpengaruh terhadap gerak jatuh bebas pada batu atau kertas ? Gaya gesekan udara !
hambatan atau gesekan udara sangat mempengaruhi gerak jatuh bebas. Galileo mendalilkan bahwa
semua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama apabila tidak ada udara atau hambatan
lainnya. Galileo menegaskan bahwa semua benda, berat atau ringan, jatuh dengan percepatan yang
sama, paling tidak jika tidak ada udara. Galileo yakin bahwa udara berperan sebagai hambatan
untuk benda-benda yang sangat ringan yang memiliki permukaan yang luas. Tetapi pada banyak
keadaan biasa, hambatan udara ini bisa diabaikan. Pada suatu ruang di mana udara telah diisap,
benda ringan seperti selembar kertas yang dipegang horisontal pun akan jatuh dengan percepatan
yang sama seperti benda yang lain. Ia menunjukkan bahwa untuk sebuah benda yang jatuh dari
keadaan diam, jarak yang ditempuh akan sebanding dengan kuadrat waktu. Kita dapat melihat hal
ini dari salah satu persamaan GLBB di bawah. Walaupun demikian, Galileo adalah orang pertama
yang menurunkan hubungan matematis.

Pada suatu lokasi tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya hambatan udara, semua benda jatuh
dengan percepatan konstan yang sama.

Kita menyebut percepatan ini sebagai percepatan yang disebabkan oleh gravitasi pada bumi dan
memberinya simbol g. Besarnya kira-kira 9,8 m/s 2. Dalam satuan Inggris alias British, besar g kira-
kira 32 ft/s2. Percepatan yang disebabkan oleh gravitasi adalah percepatan sebuah vektor dan
arahnya menuju pusat bumi.

Persamaan Gerak Jatuh Bebas

Selama membahas Gerak Jatuh Bebas, kita menggunakan rumus/persamaan GLBB, yang telah
dijelaskan pada pokok bahasan GLBB (dibaca dahulu pembahasan GLBB biar nyambung). Kita
pilih kerangka acuan yang diam terhadap bumi. Kita menggantikan x atau s (pada persamaan glbb)
dengan y, karena benda bergerak vertikal. Kita juga bisa menggunakan h, menggantikan x atau s.
Kedudukan awal benda kita tetapkan y0 = 0 untuk t = 0. Percepatan yang dialami benda ketika jatuh
bebas adalah percepatan gravitasi, sehingga kita menggantikan a dengan g. Dengan demikian,
persamaan Gerak Jatuh Bebas tampak seperti pada kolom kanan tabel.

Penggunaan y positif atau y negatif pada arah ke atas atau ke bawah tidak menjadi masalah asal
kita harus konsisten selama menyelesaikan soal.
KIMIA

2.2GRAVIMETRIPENGENDAPAN
Gravimetri pengndapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak
didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna.
Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit
larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.
Syarat – syarat senyawa yang di timbang :
Stokiometri
Mempunyai kestabilan yang tinggi
Faktor gravimetrinya kecil
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1.Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,
Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2.Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan
membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.
Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 => CaC2O4 (endapan putih)
3.Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan
dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada
karbon dinamakan pengabuan.
4.Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and
Underwood, 2002).
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu :
1.Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan
secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan
utama dalam suatu makro)
2.Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat
hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan
faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan
galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang
menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat
endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan
masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah
bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang dibentuk
dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan
ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan yang dibentuk
dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan
dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara
kuantitatif.
Sudah dijelaskan bahwa dalam analisa gravimetri, penentuan jumlah zat didasarkan pada
penimbangan. Dalah hal ini, penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan.
Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang
dibentuk dari bahan yang dianalisa tersebut. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu
dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya (Hardjadi, 1993).
Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-
zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi,
karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah
endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran
penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk
menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara
mekanis (Harjadi, 1993).
Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan
endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan
menjadi 2 macam :
(1) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa
senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya
anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.
(2) Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa,
sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.
Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan
sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan
tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama
pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila
asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan
barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut
terkorosipitasi dengan sulfat (Day and Underwood, 2002).
Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari.
Namun, fakta bahwa endapan cenderung mengabsorpsi zat-zat asing tidak selalu mengganggu;
kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif. Ketika
isotop-isotop ini dibentuk dalam reaksi uklir. Jumlah yang terbentuk bisa sangat kecil, dan prosedur
pengendapan umumnya gagal pada konsentrasi yang sangat kecil. Untuk meminimalisirkan
kopresipitasi dapat digunakan beberapa prosedur dibawah ini, yaitu :
1. Metode penambahan pada kedua reagen, jika diketahi bahwa baik sampel maupun enapan
mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang megandung ion tersebut dapat ditambahkan
pelarut lain, dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin selama tahap awal-
awal pengendapan
2. Pencucian
3. Pencernaan
4. Pengendapan kembali
Suatu endapan kristalin, seperti BaSO4, kadang-kadang mengabsorpsi pengotor (impurities) bila
partikel-partikelnya kecil. Dengan bertumbuhnya ukuran partikel, pengotor tersebut bisa tertutup
dalam kristal. Kontaminasi jenis ini disebut dengan pengepungan (acclusian). Untuk membedakan
dari kasus dimana padatan tidak tumbuh di sekitar pengotor. Pengotor yang terkepung tidak dapat
dipindahkan dengan mencuci endapan tersebut, tetapi mutu endapan tersebut seringkali dapat
disempurnakan dengan pencernaan (Day and Underwood, 2002).
Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang direaksikan dianalisa. Hasil reaksi ini
dapat : sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi, atau suatu endapan yang terbentuk dari bahan yang
diananlisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri; cara
evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1993).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif melibatkan endapan. Endapan adalah
zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa
kristalin atau koloid, dan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (s)
suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar larutan jenuhnya. Kelarutan
suatu zat tergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan- bahan lain
dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).
Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang dan darinya nilai analit dalam
sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah:
%A = Bobot A x 100 %
Bobot sample
atau, jika kita tentukan faktor gravimetrik endapan, yaitu:
fg = BA atom A x 100 %
BM endapan
Maka, persentase analitnya:
%A = Berat endapan x faktor gravimetri (fg) x 100%
berat sampel
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas; caranya dapat dengan
memanaskan bahan tersebut, atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari
ialah banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut adalh sebagai berikut :
1. Tidak langsung
Dalam hal ini analatlah yang ditinbang setelah bereaksi; berat gas diperoleh sebagai selisih berat
analat sebelum dan sesudah reaksi.
2. Langsung
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas yang
bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu sebelum dan sesudah
penyerapan sedangkan berat gas diperoleh dari selisih kedua penimbangan (Harjadi, 1993).
Dalam cara pengendapan, analat sekarang direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan
itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetric dibedakan menjadi
dua macam:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi endapan biasanya berupa
senyawa. Baik anion dan kation dari analat mungkin diendapkan. Bahan pengendapnya mungkin
organik atau anorganik.
2. Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkatan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi
logam sebgai endapan. Cara ini disebut dengan elektrogravimetri (Harjadi, 1993).

2.3 ZAT PENGENDAP ORGANIK


Reagensia organik merupaka bahan untuk membantu proses pemisahan satu atau lebih ion
anorganik dari campuran, yang mana ion – ion ini biasanya mengghasilkan senyawaan yang angat
sedikit dapat larut dan sering kali berwarna. Reagensia organik disebut juga zat pengendap organik.
Zat pengendap organik yang digunakan haruslah ideal, artinya pengendap organik tersebut bersifat
spesifik, yaitu harus membari endapan dengan hanya satu endapan tertentu.

2.4 DIMETILGLIOKSMAT
Pengendap organik ini ditemukan oleh L. Thusgaeff dan digunakan oleh O. Brunck untuk
penetapan nikel dalam baja. Zat ini memberi endapan merah cerah bila direaksikan dengan larutan
nikel dengan garamnya. Sedikit berlebih reagensia ini tidak memberi reaksi apa – apa terhadap
endapan, tapi ada juga kelebihannya yang harus dihindari, yaitu :
1.Kemungkinan dimetilglioksimat ikut mengendap karena semakin kecil kelarutannya
2. Dapat menyebabkan bertambahnya kelarutan endapan dalam campuran air-etanol
CH3 – C = N – OH
|
CH3 – C = N – OH
Gambar 2.1 Struktur Dimetilglioksima
Dimetilglioksimat hanya sedikit larut dalam air sehingga dipakai sebagai larutan 1 % dalam etanol.

2.5 APLIKASI
Pengelolaan Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan, baik berupa limbahpadat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi
perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Salah satu
upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha
lainnya, seperti penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan,
budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis. Upaya memadukan
tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki manfaat ekologis dan ekonomis. Laju
pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada
dalam sistem usahatani.
Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif untuk
memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani, antara lain melalui
teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep produksi bersih. Bapedal (1998)
menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi,
sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih tidak hanya
menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut pengelolaan seluruh daur hidup produksi,
yang dimulai dari pengadaan bahan baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan
limbahnya sampai ke distribusi serta konsumsi.

Gambar 2.2 Konsep Penggunaan Analisis dalam bidang Peternakan


Penggunakan dari pada Gravimetri disini adalah pada konsep Analisis. Seperti menganalisa zat
padat terlarut, ataupun zat padat tersuspensi. Berdasarkan permasalahan dan konsep produksi
tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat daur hidup
sistem usahatani tersebut dan mengetahui berapa besar zat pencemar yang dihasilkan dapat
diminimisasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sistem usaha
peternakan yang menerapkan produksi bersih, sekaligus sebagai informasi dan masukan bagi
pemerintah dan swasta dalam pengembangan sistem usaha peternakan yang ramah lingkungan.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Fungsinya


1. Sampel (yaitu Ni dalam garamnya, NiCl2), sebagai bahan yang akan dianalisis.
2. Asam Klorida (HCl) 0,1 N, sebagai katalis dalam reaksi
3. Aquades , sebagai pelarut dan mengencerkan sampel.
4. Amonium Hidroksida (NH4OH) 6 N , sebagai pembentuk suasana basa.
5. Dimetilglioksima 1% , sebagai reagensia spesifik.

3.2. Peralatan dan Fungsinya


1. Beaker gelas 500 ml,
Fungsinya : sebagai wadah berlangsungnya proses pencampuran sample dengan zat lainnya.

2. Gelas ukur 50 ml,


Fungsinya : sebagai wadah ukur dari zat atau larutan yang akan digunakan.

3. Corong ,
Fungsinya : sebagai alat bantu dalam pemindahan larutan dari satu beaker glass ke beaker glass
lainnya.

4. Kertas saring ,
Fungsinya : sebagai alat pemisah endapan dengan larutannya.

5. Pipet tetes,
Fungsinya : sebagai alat untuk mengambil zat dengan volume yang kecil dan meneteskannya ke
larutan yang dikehendaki.

6. Penangas ,
Fungsinya : sebagai alat pemanas atau menaikkan suhu larutan

7. Penjepit tabung,
Fungsinya : sebagai alat untuk menjepit dan memindahkan beaker glass dan cawan porselin pada
proses pemanasan dan pengeringan.

8. Termometer,
Fungsinya : sebagai alat pengukur suhu larutan.

9. Batang Pengaduk,
Fungsinya : sebagai alat untuk mengaduk campuran ataupun larutan sehingga bercampur dengan
rata.

10. Neraca massa digital,


Fungsinya : sebagai pengukur massa dari sampel dan endapan.

11. Cawan Porselen


Fungsinya : sebagai tempat untuk pengeringan

12. Bunsen
Fungsinya : sebagai alat pengering dan alat penganas

Anda mungkin juga menyukai