AL-QUR’AN
Al-qur’an tidak secara keseluruhan turun, namun secara bertahap selama kehidupan Nabi
Muhammad saw. Beliau mencatat beberapa ayat pada periode Madinah, namun pada umumnya
ayat-ayatnya hanya dihafal oleh pendengarnya atau ditulis tidak secara sistematis oleh para
sahabatnya.
Pentingnya menyusun ayat-ayat al-qur’an setelah meninggalnya Nabi Muhammad saw,
menurut tradisi Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit menyiapkan kumpulan ayat yang
ditulisnya yang masih berserakan. “Zaid melanjutkan: Abu Bakar berkata padaku, “anda
pemuda, rajin dan kami melihat tidak ada kesalahan pada anda, dan kamu telah menulis seluruh
ayat yang diwahyukan kepada Nabi, semoga Allah memberkahi beliau. Oleh karena itu cari
ayat-ayat al-qur’an untuk menyusunnya.” Kemudian Zaid segera mengumpulkan.
Saya mencari qur’an dan mengumpulkannya mulai dari pelepah kurma, batang pohon,
batu dan juga dari orang yang tahu dengan benar, sampai saya menemukan ayat terakhir Surat
At-Taubah dengan Abi Khuzaima al-ansari, saya tidak menemukannya lagi selain darinya.
Ayatnya adalah:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Kemudian manuskrip al-qur’an secara lengkap oleh Abu Bakar hingga beliau meninggal,
kemudian Umar sampai hayatnya, kemudian Hafsoh anak perempuan Umar.
Al-qur’an telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Terjemahan bahasa Inggris
dengan berjudul Makna Qur’an yang Agung (penerjemah Pickthall’s) atau Makna Al-Qur’an
suci (Yusuf Ali). Al-qur’an telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1143, oleh
Peter. George Sale menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris termasuk “Pidato Utama” yang
muncul pada tahun 1734.
Awalnya al-qur’an kadang-kadang hanya pesan lisan, dijaga melalui hafalan yang telah
mendengar dari Nabi Muhammad saw, sebagian ditulis apa yang mereka ingat.
PERIODE USMANIAH
Teks al-qur’an yang tersebar segera ditulis. Usaman mengambil manuskrip dari Hafsoh
dan mengembalikan kepada Zaid untuk mengumpulkan dengan lengkap dan dibuat salinan, lalu
menuliskan kembali kepada bahasa Arab daripada dialek Quraish. Teks yang asli dikembalikan
kepada Hafsoh, lalu salinannya disebarkan, sebagian ada yang rusak. Namun teks salinan yang
berada pada Zaid tetap masih utuh.
Urutan uraian diberikan kepada Buhkari. Bukhari menghitung juga kedalam pertanyaan
dengan tuntutan oleh sarjana barat yang menyatakan bukan qur’an yang sebenarnya.
Sebenarnya ditulis dalam dialek qurais, atau dialek koine yang telah dipahami oleh bangsa Arab.
Hafsa telah memberikan kode surat 2:238. Abdulah ibnu Mas’ud menyebutkan surat pertama
dan kedua. Dia menyakini kebenaran Bukhari yang telah mencatat qur’an dan dia mengatakan
telah menghafal 70 surat. Bukhari juga mencatat dari Aisah yang mengatakan pada putrinya
Fatimah bahwa Jibril datang dua kali untuk ‘meninaju kembali’ al-qur’an selama Nabi
Muhammad saw hidup.