Anda di halaman 1dari 5

BAGAIMANA INDONESIA, MENGHADAPI MALAYSIA?

Oleh : Juanda.S, M.Si (Han)

Kekuatan nasional suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas diplomasi negara.
Menurut Morgenthau (1990;213) kualitas diplomasi suatu negara, memberi arah dan kualitas
bagi unsur unsur lain sebagai kekuatan negara. Sebuah diplomasi yang baik dapat membawa
berbagai elemen kekuatan nasional dengan menghasilkan efek maksimum dalam menghadapi
permasalahan dan situasi di tingkat internasional yang berdampak langsung pada kepentingan
nasional.
Dalam melaksanakan diplomasi, harus memahami, tugas yang terkandung didalamnya
yaitu: diplomasi harus menentukan tujuan dengan mempertimbangkan kekuatan nyata dan
potensial yang tersedia untuk mencapai tujuan; diplomasi harus menilai tujuan dan kekuatan
bangsa lain (Kekuatan nyata dan yang potensial) untuk mencapai tujuan; diplomasi harus
mengetahui secara pasti, apakah tujuan-tujuan setiap unsur sudah dikemas secara
konprehensif dan diplomasi harus menggunakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan.
Kegagalan dalam salah satu dari tugas-tugas ini dapat membahayakan keberhasilan kebijakan
luar negeri dan termasuk perdamaian dunia.1
Jika diplomasi sebuah negara tidak mampu menilai tujuan bangsa lain dan kekuatan
yang dimiliki, akan menghadapi resiko dan mengundang potensi perang. Sebuah negara
yang menginginkan kebijakan luar negeri yang cerdas dan damai harus selalu
membandingkan tujuan sendiri dan tujuan negara lain secara jelas sehingga dapat
memperkirakan bentuk kesepakatan yang paling mungkin yang dapat diraih, serta dapat
menentukan methode pendekatan dalam pelaksanaan diplomasi, apakah persuasif, kompromi
atau ancaman kekerasan.
Kualitas Diplomasi sangat berpengaruh terhadap peran unsur-unsur kekuatan nasional
lainya, yaitu geografi, kualitas penduduk, sumber daya alam, kekuatan ekonomi dan
kesiapsiagaan militer. Unsur unsur kekuatan nasional ini tanpa dukungan kualitas
diplomasi akan tidak berarti, karena tidak dapat berperan secara internasional. Dengan hanya
mengandalkan kekayaan alam, yang tidak dapat dikelola sendiri, hanya akan berakibat
1
Hans J. Morgenthau, Politic among Nations ( 1954;505)
2

terkurasnya kekayaan alam yang tidak memberi keuntungan bagi kepentingan rakyat.
Sebagai contoh, kondisi negara Indonesia, pemerintah selama ini meng”klaim”, bahwa negara
sangat kaya dengan sumberdaya alam. Akan tetapi dalam pengelolaanya, para diplomat
tidak mampu mengemas dalam satu tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal
bagi kepentingan nasional dan hampir selalu berada pada posisi lemah, mengakibatkan
kerugian negara. Hampir semua pengelolaan sumberdaya alam dikuasai oleh fihak asing,
karena berbagai alasan dan tekanan yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia.
Contoh lain dari kelemahan diplomasi yang menyebabkan tidak mampunya Indonesia
menghadapi masalah dan situasi adalah kalahnya Indonesia dalam memperebutkan
penguasaan atas pulau Sipadan dan Ligitan. Jauh hari sebelum kedua pulau tersebut beralih
penguasaan ke Malaysia, hampir semua rakyat mengenal pulau tersebut, berarti Indonesia
telah memberi nama bagi kedua pulau tersebut. Penyebab utama mengapa Indonesia tidak
mampu mempertahankan pulau tersebut dari penguasaan kepemilikan oleh Indonesia adalah
kualitas diplomasi yang rendah, tidak mengetahui kemampuan sendiri dan tidak mempelajari
tujuan dan kekuatan malaysia yang nyata dan yang terselubung. Bersikap acuh tak acuh, dan
malas berkoordinasi, masing-masing sektor menganggap tugas sektornya tidak membutuhkan
peran sektor lain. Akibat kelemahan diplomasi ini ternyata dibelakang hari membawa beban
lebih berat dan berpotensi konflik ( kasus Ambalat dan KKP).
Bila mau melihat bagaimana peran diplomasi sebagai otak dari kekuatan nasional,
mungkin akan lebih mudah bila melihat kualitas diplomasi yang ditunjukkan oleh negara-
negara maju. Beberapa Industri makanan dan minuman sebagai asset sebuah negara yang
mendukung perkonomian, dapat menguasai pasar dinegara lain, tidak salah lagi adalah hasil
kerja dari kemampuan diplomasi. Kemudahan jalan memasuki pasar asing suatu produk
penguat ekonomi negara, dapat diwujudkan oleh kemampuan diplomasi. Contoh lain adalah
penguasaan atas pengelolaan sumberdaya di Indonesia oleh investor asing merupakan
indikasi bahwa kemampuan diplomasi negara asal pemodal tersebut lebih baik dari diplomat
Indonesia. Ada sebuah istialh yang meskipun belum begitu dikenal, “diplomasi menyediakan
RED CARPET bagi unsur lain untuk berkiprah secara Internasional”
Kekuatan dan mutu diplomasi sebenarnya tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan
unsur lain, seperti dukungan dari kesiapsiagaan dan kekuatan militer sebuah negara, meskipun
3

tidak semua kasus berlaku seperti itu, tetapi sebagian besar keberhasilan diplomasi juga
dipengaruhi oleh unsur lain dalam kekuatan nasional, dan sebagian besarnya pengaruh dari
kesiapsiagaan militer.
Sebuah tugas diplomasi, akan diwakili oleh para diplomat yang mempunyai
pandangan subyektif terhadap masalah dan situasi yang dihadapi. Diplomat yang unggul,
adalah personal yang menguasai tugasnya dan pemahaman atas faktor–faktor yang
berpengaruh lainnya , mengerti tentang kepentingan nasional dan berjiwa nasionalis, sehingga
semua pengabdiannya dikerahkan untuk membela kepentingan nasional.

Kasus konflik Indonesia –Malaysia, dalam diplomasi, Malaysia memanfaatkan


kelamahan Indonesia. Ada 2 juta rakyat Indonesia, yang bekerja di Malaysia ( Metro TV, 2
Sep 10), yang dijadikan malaysia sebagai senjata diplomasi , sebagai bentuk kelemahan
Indonesia yang belum mampu menyediakan lapangan kerja bagi 2 juta yang sekarang berada
di malaysia.

Seharusnya Indonesia juga menyadari bahwa 2 Juta rakyat Indonesia yang bekerja di
Malaysia tersebut adalah kelamahan Malaysia, karena tanpa 2 Juta pekerja Indonesia di
Malaysia, maka sebenarnya perekonomian Malaysia, relatif akan terhambat dan terganggu.
Teknologi yang diterapkan di Malaysia belum sepenuhnya dapat bekerja tanpa tenaga
manusia. Tenaga kerja mereka tidak cukup menggantikan skill ( meskipun kenyataannya
adalah unskill worker yang melakukan) yang dimiliki oleh pekerja Indonesia di Malaysia.
Ada beberapa pilihan bagi malaysia menggantikan tenaga kerja Indonesia. Beberapa negara
disekitar Asean, seperti Philipine, Thailand, dan beberapa negara Asia lain seperti India,
secara mendasar sulit diterima oleh Malaysia, karena jelas akan menuntut upah yang lebih
tinggi, ketrampilan mereka belum sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja di Malaysia dan
juga faktor Agama yang berbeda akan menjadi beban bagi Malaysia. Bahkan Malaysia butuh
waktu untuk dapat menstabilkan roda ekonomi mereka bila pekerja Indonesia ditarik Pulang.

Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah “ mau dan mampukah pemerintah


Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi pekerja yang kembali dari Malaysia ? karena
kondisi rakyat berusia produktif di dalam negeri masih banyak yang belum dapat
4

memperoleh pekerjaan. Malaysia akan memanfaatkan perlawanan pekerja Indonesia yang


saat ini ada di Malaysia, bila mereka dipulangkan, karena keluarga mereka menjadi menderita
karena tidak dapat dinafkahi. Hal ini merupakan kartu Truft yang saat ini dijadikan senjata
oleh Malaysia. Lenin pernah mengatakan, seperti yang dikutip Daoed joesoef , dalam
bukunya Pertahanan keamanan dan strategi Nasional ( 1973;133) “ cara yang termudah untuk
menggulingkan suatu sistem sosial yang berlaku adalah dengan jalan merusak ekonomi dan
finansiil masyarakat yang bersangkutan”. Dengan rusaknya ekonomi dan keuangan sebuah
negara, maka akan merusak moral dimasyarakat dan setelah moral semakin parah, akan
memudahkan penghancuran terhadap negara tersebut.
Dari tiga faktor yaitu ekonomi, kesejahteraan dan kekuatan, menunjukkan bahwa
keberadaan ketiga faktor tersebut saling berhubungan sebagai simbiosis mulualistis, setiap
faktor saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Pembangunan perokonomian negara
membutuhkan suasana yang aman dari segala ancaman, yang dapat diwujudkan oleh
keberadaan kekuatan pertahanan yang memadai. Akan tetapi kemampuan pertahanan tidak
dapat dibangun apabila kemampuan ekonomi negara tidak menjangkau. Kemampuan
ekonomi negara harus kuat untuk dapat mewujudkan kemampuan pertahanan yang kuat.

Sebagai sebuah negara, apapun alasannya, Indonesia harus senantiasa berusaha untuk
mandiri, tidak boleh sebuah negara tergantung oleh negara lain. Meskipun sebagai sikap
sosial, sebuah negara tidak mungkin tidak melakukan hubungan dengan negara lain. Bila
dilihat sikap Indonesia terhadap Israel, yang tidak banyak berhubungan dengan kondisi
pemerintah Indonesia, pekerja Indonesia, tetapi Pemerintah berani tidak mengakui keberadaan
negara Israel, yang dibuktikan dengan tidak menempatkan Diplomat Indonesia di Israel,
nyatanya tidak terjadi apapun dengan Indonesia.

Oleh sebab itu perlu ketegasan, misalnya melarang malaysia, menempatkan pipa gas
yang menggunakan wilayah ( dasar) laut Indonesia, membatasi dan menutup jalur ekonomi
ke Indonesia di perbatasan darat di Kalimantan, dan menolak pemasaran produk Malaysia lain
ke Indonesia, karena dengan jumlah penduduk Indonesia, dimanfaatkan malaysia sebagai
pasar, tanpa pasar yang potensial Malaysia akan runtuh ekonominya.
5

Situasi yang berkembang tentang hubungan Indonesia Malaysia. Pertama,


seharusnya menjadi cambuk bagi pemerintah untuk segera sadar, bahwa pembangunan harus
dapat menentukan prioritas, saat ini, sediakan lapangan kerja yang cukup bagi rakyat
Indonesia. Banyak pilihan sektor yang dapat menyediakan lapangan kerja.
Permasalahannya maukah para birokrat Indonesia melakukan ini dengan melupakan sedikit
keuntungan pribadi demi pembangunan bangsa Indonesia ?

Kedua, dengan geografi Indonesia yang 2/3 luasnya adalah lautan, batas wilayah laut
dan kekayaan laut perlu dijaga. Maka Angkatan laut harus diperkuat dengan peralatan
tempur yang dapat mengendalikan laut Indonesia. Batas laut bukan diawasi oleh Kementrian
Kelautan ( ini hanya terjadi di Indonesia), karena hukum laut Internasional tidak mengatakan
demikian. Selain itu perbatasan darat di Kalimantan harus diperkuat dengan persenjataan
yang dapat mengungguli kekuatan yang disiapkan oleh Malaysia.

Strategi yang paling baik menurut Sun Tzu adalah memenangkan perang tanpa harus
mengerahkan pasukan. Dengan pembangunan ekonomi yang dapat menyediakan lapangan
kerja bagi rakyat, akan menjadi salah satu senjata yang ampuh untuk mengalahkan Malaysia.
Pembangunan ekonomi harus dapat mendukung bagi penguatan alat pertahanan, karena
kenyataan yang dihadapi Indonesia sekarang adalah ancaman terhadap Kedaulatan dan harga
diri sebuah bangsa Indonesia. Perang akan menghasilkan kesengsaraan bagi rakyat, tetapi
dengan pembangunan yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyat akan
meningkatkan kesejahteraan dan mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.
“BERSAMA PASTI BISA”

Anda mungkin juga menyukai