Anda di halaman 1dari 6

c  c  c




 


1. c
 
. Permasalahan besar dan menyangkut keselamatan bangsa
sudah selayaknya mendapat perhatian serius dari negara, namun pengelolaan
keamanan nasional masih dalam perdebatan dan masing -masing lembaga hanya
mementingkan institusi masing-masing, bukan mementingkan keselamatan negara dan
bangsa. Keputusan sefihak yang memisahkan tugas pertahanan dan keamanan
mengakibatkan kerancuan yang berkepanjangan dan bahkan menyulitkan pemerintah
dalam mengatasi permasalahan dan merugikan kepentingan rakyat .
Perlu kesepakatan bersama untuk memahami bahwa tugas pertahanan sebagai
fungsi negara dan keamanan sebagai fungsi pemerintah yang tidak seharusnya
dipisahkan, karena sebagai fungsi negara salah satunya adalah keamanan. Konsep
Keamanan Nasional saat ini masih menimbulkan kerancuan dan belum difahami secara
seragam oleh beberapa lembaga negara ( sengaja dan pura-pura tidak memahami),
mengakibatkan permasalahan yang besar yang melanda negara dikesampingkan,
tanpa menyadari bahwa ancaman terhadap bangsa dan negara sudah sedemikian
gawatnya. Masing-masing lembaga bukan berfikir bagaimana penyelamatan negara
dan bangsa, tetapi hanya berfikir bagaimana agar institu sinya tetap menjadi super
power didalam negeri.
Keamanan nasional adalah masalah yang amat kompleks, tidak dapat dianalisis
secara kuantitatif semudah seperti menilai kesejahteraan nasional yang dapat dihitung
secara statistik. Keamanan nasional harus dikelola terus menerus, karena kegagalan
mengelola keamanan nasional akan mempertaruhkan kelangsungan hidup bangsa dan
negara.

  
  
    
     .
Amanat UU RI nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, menyatakan tugas pokok TNI
dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), diselenggarakan berdasarkan kebijakan
politik negara. Kebijakan ini merupakan akibat dari pola hubungan sipil militer di era
demokrasi, dimana para politisi, karena trauma masa lalu menyusun bentuk -bentuk
pembatasan terhadap peran militer. Selain itu untuk menjaga dan memperkuat Pasal
2

10: Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU. Pasal 11:
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Pasal 12: Pres iden menyatakan
keadaan bahaya. Amanat Undang -undang Dasar ini membutuhkan penjabaran lebih
rinci, agar keputusan politik negara merupakan kep utusan Presiden bersama DPR
melalui proses yang terkoordinasi oleh sebuah lembaga Negara.
Pengambilan keputusan adalah wewenang dan tanggung jawab Presiden RI,
namun proses pengambilan putusan harus dilakukan untuk menjaga legitimasi dan
ketepatan baik tepat waktu maupun tepat mutu. Dengan adanya lembaga negara yang
membidangi keamanan nasional, usaha mensinergikan segenap kekuatan nasional
demi kelangsungan hidup negara dan keselamatan bangsa, dapat mengerahkan
sumber daya secara optimal dengan efektif dan efisien.
Keberadaan lembaga negara yang berfungsi sebagai sentral pengambilan
keputusan pilitik negara, akan mendukung sistem demokrasi yaitu: c ,
kekuasaan Presiden tetap terjaga dalam kontrol, meniadakan kekuasaan absolut
menyangkut keputusan politik negara.  , Penerapan pola kontrol, efektifitas dan
efisiensi atas pelaksanaan tugas Komunitas Keamanan dapat terselenggara dan
  , penggunaan TNI sebagai komponen kekuatan nasional dilegitimasi oleh
keputusan politik negara.

Ä c


!   


   
     

  
Berbagai istilah yang berkaitan dengan keamanan nasional saat ini yang masih
dipersepsi secara berbeda-beda antar institusi. Perbedaan pandang dan pemahaman
tentang berbagai istilah in i masih membutuhkan proses agar semua institusi memiliki
pemahaman yang sama terhadap beberapa istilah yaitu pertahanan negara (
),
keamanan dalam negeri (      ), keamanan publik (    ), dan
keamanan insani (   ) Kerancuan, kesalahan berfikir, yang disebabkan
oleh ketakutan akan kehilangan kekuasaan dan kewenangan institusi , tanpa menyadari
bahwa sikap ini akan menghancurkan negara dan menyengsarakan rakyat.
Masalah keamanan nasional yang serius dan sepantasnya dikelola oleh sebuah
lembaga negara, antara lain kemungkinan pemberontakan bersenjata; gerombolan
bersenjata; terorisme; konflik komunal ; peredaran narkotik (yang disinyalir diorganisir



3

oleh aktor negara pesaing) ; penyusupan di bidang kebijakan ekonomi; pelanggaran
batas wilayah kedaulatan dan hak-hak kedaulatan negara; pencurian kayu besar -
besaran yang dilegalisir dan dikoordinir oleh negara asing; pelanggaran hak eksklusif
negara (ZEE), pencurian kekayaan laut yang dilegalisir dan dikoordin ir oleh negara
asing, dan berbagai permasalahan yang merusak lingkungan hidup. Permasalahan
tersebut merupakan permasalahan bersama yang tidak mungkin dapat dituntaskan oleh
satu institusi saja sehingga harus dikelola secara bersinergi antar lembaga/ins titusi dan
membutuhkan keputusan politik negara sehingga membutuhkan sebuah lembaga yang
secara khusus menanganinya.

4 c    


 

 "
  

 
.
Mengevaluasi beberapa kasus yang pernah terjadi didalam negeri, seperti tragedi
Sampit, Ambon dan Poso, dinilai bahwa proses penangannya agak terlambat yang
mengakibatkan korban jiwa berjatuhan dalam jumlah yang cukup besar. Trend baru
yang berkembang dalam bentuk aksi anarkhis, konflik komunal dan aksi yang
menentang pemerintah, serta sikap menantang dalam sengketa perbatasan negara,
belum dapat diselesaikan secara tuntas dan masih menyisakan residu. Keadaan
tersebut terjadi karena sinergi antar lembaga belum dapat terjalin dengan baik dan
belum terkoordinir sebagai akibat : Kebijakan keamanan nasional belum jelas;
Kerancuan konsep yang menimbulkan multi tafsir, masing-masing institusi menafsirkan
sesuai kepentingan lembaga masing -masing, mulai dari pemahaman tentang
keamanan nasional; ancaman dari luar dan dari dalam negeri; pemahaman tentang
pertahanan negara dan TNI sebagai komponen kekuatan nasional; dan pemahaman
kamtibmas. Proses pembuatan keputusan belum terorganisasi, sistem koordinasi dan
kerjasama antar institusi belum dibakukan, baik dibelakang meja maupun dilapangan,
menyebabkan para unsur pelaksana dilapangan kurang bersinergi.

Mempelajari tragedi yang pernah terjadi dan mencegah kemungkinan muncul


ditempat lain, dirasakan perlu menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang Dewan
Keamanan Nasional (DKN) yaitu : c , bahwa DKN merupakan suatu perangkat
negara untuk mengelola keamanan nasional yang perlu dibentuk berdasarkan undang-
undang.  , DKN berfungsi sebagai pusat pengambilan keputusan yang bertugas
melaksanakan deteksi dini, Identifikasi, pengkajian, proses pengambilan keputusan ,


4

dan pengendalian. Deteksi dini menjadi elemen penting, karena data intelijen akan
menjadi bahan untuk melakukan identifikasi, analisis/pengkajian dan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pembuatan keputusan, sebagai dasar untuk melakukan
tindakan pencegahan sebagai sikap proaktif.   , Anggota tetap DKN ialah Menteri
Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Panglima TNI, Kapolri, dan
Kepala Badan Intelijen Negara. Mengingat keputusan DKN adalah keputusan dan
tanggung jawab Presiden RI selaku Kepala Pemerintah dan Kepala Negara , maka
sidang DKN harus dipimpin langsung oleh Presiden.   Staf DKN dipimpin
Sekretaris Jenderal DKN sebagai kepala staf dan struktur disusun sesuai bidang
permasalahan; Anggota staf tetap harus   
  sesuai bidangnya dan
berkemampuan analisis tinggi, yang dapat diangkat dari lingkungan kementrian,
lembaga non-kementrian, universitas, TNI, Polri, dan Badan Intelijen Negara. Staf DKN
berkewajiban untuk memberi informasi secara kontinyu agar Presiden senantiasa
mengetahui situasi dan kemajuan pelaksanaan keputusan. Sedangkan staf tidak
tetap dapat diangkat dari kelompok cendekiawan, figur tokoh masyarakat yang
dihormati yang bertindak sebagai penasihat dalam menangani kasus tertentu.  ,
Presiden memimpin Sidang Paripurna DKN apabila menghadapi masalah yang sangat
serius, dengan mengikutsertakan DPR-RI (Pimpinan dan Komisi yang membidangi).
Setelah putusan diambil, staf DKN segera menuangkan keputusan dalam bentuk
peraturan Presiden atau Instruksi Presiden, dan menyampaikannya kepada unsur-
unsur pelaksana. Selanjutnya DKN melakukan pengendalian dari pelaksanaan dan
menyampaikan laporan kemajuan kepada Presiden, disertai saran tentang
penyesuaian tindakan yang perlu dilakukan dan atau tentang putusan lanjutan yang
perlu diambil, setelah tindakan dilaksanakan dan terdapat perkembangan situasi
terbaru.
 , Staf DKN berkewajiban untuk bekerja terus menerus dan berkesinambungan,
setiap saat menyampaikan pendapat kepada pimpinan dan melaksanakan pekerjaan
tidak hanya melakukan analisis permasalahan, tetapi juga menyampaikan saran
sebagai pilihan tindakan yang didukung dengan data keuntungan dan kerugian dalam
setiap alternatif tindakan.
Keikutsertaan Pimpinan TNI sebagai anggota tetap DKN merupakan pengendalian
dan pengawasan, karena dengan kehadiran pimpinan TNI dalam proses pembuatan



-

keputusan politik negara, akan menumbuhkan tanggungjawab untuk melaksanakan
keputusan dan bertanggungjawab atas keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan tugas. Sebagai alat negara, TNI adalah fihak yang paling memahami
tentang kemampuan dan kesiapsiagaan pasukan. Keputusan politik negara perlu
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki, sehingga pimpinan TNI sangat penting
berada dan ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik negara.

-.  
. Keamanan nasional adalah masalah yang amat kompleks yang
harus dikelola terus menerus secara berkesinambungan, sehingga membutuhkan
perangkat negara yang dibentuk berdasarkan mandat undang-undang yang disebut
Dewan Keamanan Nasional.
Dewan Keamanan Nasional dipimpin Presiden/Kepala Negara, beranggotakan
Menteri anggota kabinet, Kepala Badan Intelijen, DPR-RI, Pimpinan TNI dan Polri.
Pembuatan keputusan politik negara harus melalui proses permusyawaratan,
menentukan pola kontrol, efektifitas dan efisiensi atas pelaksanaan putusan. Dengan
DKN dilembagakan akan mengilangkan kekuasaan absolut kepala negara , DKN
sebagai kontrol sipil atas penggunaan dan pengerahan TNI dan melalui DKN upaya
mensinergikan kekuatan nasional dalam melindungi kepentingan nasional untuk
mencapai tujuan nasional dapat terkoordinasi dengan baik.

Tentang penulis :


D

Nama : Juanda Syaifuddin, M.ST (Han)
Pangkat : Kolonel Inf
Jabatan : Pamen Ahli Kasad Bidang Ekonomi.
Alamat : Gedung B Lantai III, Komplek Mabesad Jl. Veteran No. - Jakpus.

c  :
Akabri th 1981, susarcab If, dasar para, susjurpa interogator, susjurpatih Nubika,
Suslapa II, Seskoad, sesko TNI dan SSPS Unhan.
Executive Course, Civil military relationship, NPS, California, AS
 :
Danton, Dankiban, Dankipan, Kasiops, Dankima ( Yonif 410/Alg), Wadanyonif
732/Banau, Danyonif 141/AYJP, Dandim 040-/Lahat, Pamen Bakorstanasda bidang
Hukum, Waasops Dam II/Swj, Irmadya Itjenad bidang Organisasi dan pendidikan,
Dirbinlem Secapaad, Danmensis Secapaad dan Danrindam XVI/PTM.
c   : Irian jaya ( 82/83, 90/91, 93/94, 9D/97), Timo r Timur (198--1988)

Anda mungkin juga menyukai