c
c
c
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002).
Suatu proses sistematik artinya suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis,
berangka dan terorganisasi. Proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang
mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha.
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
adalah hasil proses akuntansi. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi
terhadap hasil pengumpulan bukti dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan yang
ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang telah
ditetapkan oleh manajemen, prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan dan dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit kepada pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit tersebut.
Meskipun berbagai macam tipe audit dilaksanakan, sebagian besar audit
menekankan pada sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi dan pencatatan
keuangan dan pelaksanaan operasi organisasi yang efektif dan efisien.
c c
c c
c
c
Teknik yang spesifik hanya diaplikasikan untuk sistem informasi pemrosesan transaksi
secara otomatis.Teknik ini dapat digunakan untuk pengujian pengendalian atau
pengujian substantif. Namun begitu, sistem ini tidak bisa menggunakan sistem
flowchart, data flow diagram dan kuisioner dalam mereview struktur pengendalian
intern. Tiga teknik pengujian yang berbasis komputer, yaitu pengauditan sekitar
komputer, pengauditan melalui komputer, pengauditan dengan menggunakan
komputer. Auditor intern dan ekstern dapat menggunakan tiga teknik pendekatan ini
secara efektif.
c%"# !'"
Pendekatan pengauditan sekitar komputer (a
)
memperlakukan komputer sebagai ³kotak hitam´. Pendekatan ini difokuskan pada input
dan outputnya. Asumsi yang mendasari pendekatan ini yaitu jika auditor dapat
menunjukkan output yang aktual adalah hasil yang benar yang diharapkan dari
sekumpulan input untuk sistem pemrosesan, maka pemrosesan komputer harus
difungsikan menggunakan cara yang andal. Teknik yang penting dalam pendekatan ini
meliputi penelusuran dan pemilihan transaksi dari dokuman sumber untuk meringkas
transaksi dan catatan serta sebaliknya. Pendekatan pengauditan sekitar komputer
adalah
. Auditor tidak menyiapkan
atau menggunakan file-file auditee yang aktual untuk memprosesnya
dengan program komputer auditee. Pendekatan sekitar komputer akan tepat, jika
kondisi berikut ini terpenuhi :
lengkap dan . Oleh karena itu dokumen sumber digunakan
untuk semua transaksi, jurnal-jurnal terinci dicetak dan referensi transaksi
dipindahkan dari jurnal ke buku besar dan laporan ringkas.
???????Pemrosesan operasi yang secara relatif tidak rumit dan volumenya rendah.
??????Dokumennya lengkap, seperti data flow diagram dan sistem flowchart, yang
tersedia bagi auditor.
6
c c c ,
6 ( "# '!$ c!
Satu tipe utama audit operasional meliputi pengauditan fungsi pemrosesan informasi.
Audit operasional pemrosesan data secara sistematis memperkirakan keefektifan unit-
unit dalam mencapai tujuan dan mengidentifikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk
perbaikan. Pemrosesan data audit operasional mempunyai sifat yang luas meliputi
semua kegiatan departemen pemrosesan atau mungkin dihubungkan dengan segmen
khusus dalam kegiatan tersebut, tergantung pada tujuan manajemen.
6 " -% ""$ $ "# '!$ c!
Dalam hal pemrosesan data yang umumnya terjadi adalah:
????????????Biayanya tinggi untuk penyediaan jasa komputer.
intensif.
????????????Ketidakteraturan perputaran personil dalam departemen pemrosesan data.
pemrosesan data.
????????????Merupakan sistem utama yang tidak responsif terhadap kebutuhan atau sulit
dalam pemeliharaan.
????????????Meningkatnya jumlah komplain user.
? ?
c
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya merupakan perluasan dari audit
konvensional (conventional audit) yang meliputi audit ketaatan dan audit keuangan. Salah satu hal yang
membedakan audit kinerja dan audit konvensional adalah dalam hal laporan audit.
Dalam audit konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan obyektif
tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian
rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau
berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan
dimasa mendatang. Audit terhadap kinerja manajemen dan mengomentari mengenai bagaimana mereka
melaksanakan kewajiban mereka secara ekonomis, efisien dan efektif bukanlah merupakan topik yang baru
sekarang ini, namun sampai sekarang hasil dari audit kinerja ini selalu disimpan dan dianggap hanya sebagai dalam
pertimbangan organisasi saja. Tumbuhnya rasa tidak puas dan adanya tuntutan yang meningkat terhadap
akuntabilitas manajemen dari perusahaan publik mengakibatkan perlunya mempertimbangkan kemungkinan audit
kinerja sebagai sebuah mandatori. Secara tradisional audit kinerja telah dilakukan melalui audit internal suatu
departemen dari suatu entitas. Hasil audit ini hanya disimpan oleh entitas tersebut tanpa ada tindakan lebih lanjut.
Auditor internal diminta untuk mereview sebuah area dari suatu entitas dan melaporkannya kembali pada
manajemen mengenai seberapa ekonomis, efisien dan efektif wilayah tersebut dikelola selama periode yang
diperiksa. Manajemen sepertinya enggan untuk mengungkapkan hasil tersebut pada anggota dari entitas tersebut
atau pada masyarakat umum. Hal ini menjadi pertanyaan besar, seharusnya hasil atau kesimpulan yang diperoleh
dari audit ini disampaikan atau diungkapkan pada orang-orang yang berkepentingan dan juga pada masyarakat
umum, sehingga mereka dapat menilai bagaimana kinerja dari manajemen tersebut.
Auditing merupakan profesi dan seperti halnya profesi lain, ia dinamis tidak statis. Ia akan berkembang dan
menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan pemakai dari profesi tersebut. Saat ini ketidakpuasan terhadap hasil audit
laporan keuangan terjadi dimana-mana, bahkan di negara maju sekalipun, sehingga terjadi apa yang disebut dengan
³expectation gap´ yakni perbedaan antara apa yang dilakukan oleh auditor dan apa yang diinginkan oleh pemakai
laporan audit. Hal ini terjadi karena audit laporan keuangan oleh auditor hanya mengungkapkan opini atas rekening-
rekening dari laporan keuangan saja. Padahal pemakai informasi laporan keuangan ingin terjamin bahwa rekening
yang diaudit akurat, wajar, tidak ada kecurangan dan dapat digunakan untuk proyeksi masa depan. Blair (1990)
memperjelas fungsi yang tidak dilakukan oleh audit, yakni audit tidak merupakan jaminan dari kelangsungan
perusahaan di masa depan. Hasil audit bukan merupakan pendapat atas ekonomis, efisiensi atau efektivitas yang
dilakukan manajemen, tidak juga menjamin bahwa tidak ada fraud atau pelanggaran aturan. Komentar ini sangat
menarik, karena merupakan cerminan dari harapan publik bagaimana seharusnya jasa akuntansi dilakukan. Saat ini
muncul keinginan dari sebagian pemakai informasi laporan keuangan bahwa seorang akuntan seharusnya
berkomentar atas kinerja manajemen selama periode amatan, seperti halnya pelaporan untuk akurasi laporan
Audit Operasional adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu
organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan operasi organisasi yang
berada dalam pengendalian manjemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis,
terstruktur, dan terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara objektif
Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati. Dalam auditing
operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen. Namun,
dalam beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan atau oleh industri. Kriteria ini
seringkali didefinisikan kurang jelas bila dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan
keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual dan kriterianya.
Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-
kebijakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling
berkaitan erat satu dengan lainnya, bisa saja suatu kebijakan organisasi itu sangat efisien akan tetapi tidak efektif
begitupun sebaliknya. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan manusia yang
Auditor internal biasanya melapor ke manajemen atau individu atau badan yang meminta audit tentang seberapa
efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit
kinerja ini sangat jarang sekali diungkapkan ke seluruh bagian organisasi apa lagi ke masyarakat umum. Padahal
hasil audit ini bisa jadi sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak selain manajemen, misalnya masyarakat luas yang
langsung atau tidak langsung berhubungan dengan perusahaan tersebut. Sedangkan dewan komisaris atau komite
Rekomendasi perbaikan (Sesuai standar Pelaporan Ketiga dalam Standar Pelaporan Audit Kinerja)
Hasil dari audit operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak manajemen untuk
menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan perusahaan apakah sudah tepat waktu atau memerlukan
Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan keuangan perusahaan. Ada
beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
1.Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat mengikuti
2.Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan.
3.Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim investasi dan usaha akan makin
kondusif.
1. Waktu
Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan informasi kepada manajemen
secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional
dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam
perusahaan.
2. Keahlian auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karea tidak mungkin bagi seorang auditor
mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis. Auditor operational hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit harus lebih kecil dari jumlah yang
dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor harus mengabaikan masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika
Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, audit operasional biasnya terkena kendala anggaran atau
kehemaatan. Oleh karena itu, sumber daya untuk audit operasional harus digunakan dengan sebaik-baiknya.
Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kehematan operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan yang aka menghasilkan
peringkat dari calon auditee. Titik awal dari studi pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus
memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat dan luas peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya,
perhatian difokuskan pada aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon auditee diperoleh
dengan:
mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan
mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan tertentu (sering kali disebut entry
interview)
menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan yang tidak biasa
melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau menjernihkan pemahaman auditor
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui kuesioner yang sudah diisi dengan
Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum studi pendahuluan, yang
mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini
hanya digunakan oleh departemen auditing internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.
2.Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasional.
Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya audit operasional. Landasan utama
dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee
yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi
seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti
yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit gharus dipertimbangkan
penggunaan teknik-teknik sampling statistik. Disamping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik
berbantuan komputer (computer assisted techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari
auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan
melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit.
3.Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang
teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan
waktu dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam (in-depth
audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan.
Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai
dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh
pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit
operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus melibatkan
studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan
secara internal oleh entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau, kriteria ini dapat
berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh auditor dari audit-audit sebelumnya atas
aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja. seperti dalam
audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor. Auditor menanggung jawab (in-
charge) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya
pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan review pada akhir audit
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini adalah laporan
audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya,
berlawanan dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa
laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee. Laporan itu harus memuat:
suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
ikhtisar temuan-temuan
rekomendasi perbaikan
komentar auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas dengan
manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang
untuk menguji akurasi temuan serta ketpatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan komentar
auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas
masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat opsional. biasanya, komentar itu hanya
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis laporan, auditor harus
sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka tanggapan penerima laporan
kemungkina besar akan lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen
senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk
menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan
manajer unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi,
tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor internal harus
menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan.
Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.
A. Standar Umum
³Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai
staf yang secara kolektif memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk tugas audit tersebut. Staf
tersebut harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang audit pemerintahan, tentang keadaan khas yang
2.Standar Umum Kedua (Independensi)³Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau
lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan public, harus independen (secara organisasi maupun
secara pribadi), bebas dari gangguan ilndependensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar pribadinya ekstern),
yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang
independen´Dengan standar umum kedua ini, organisasi atau lembaga audit dan para auditornya bertanggung jawab
untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan
atau rekomendasi dari audit dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal
itu.
³Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
³Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP ini harus memiliki system
pengendalian intern yang memadai, dan system pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mendefinisikan tujuan pemeriksaan, dan lingkup serta
metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
tidak ditentukan secara terpisah. Pemeriksa menentukan ketiga elemen ini secara bersama-sama. Perencanaan
merupakan proses yang berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh sebab itu, pemeriksaan harus
mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian pada tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan selama
pemeriksaan dilakukan.
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam
pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf,
pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan yang
dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif. Supervisor harus yakin bahwa
staf benar-benar memahami mengenai pekerjaan pemeriksaan yang harus dilakukan, mengapa pekerjaan tersebut
harus dilakukan, dan apa yang diharapkan akan dicapai. Bagi staf yang berpengalaman, supervisor dapat
memberikan pokok-pokok mengenai lingkup pekerjaan pemeriksaan dan menyerahkan rinciannya kepada staf
tersebut. Bagi staf yang kurang berpengalaman, supervisor harus memberikan pengarahan mengenai teknik
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah: ³Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk
Dalam mengidentifikasikan sumber-sumber data potensial yang dapat digunakan sebagai bukti pemeriksaan,
pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data dikumpulkan oleh entitas
yang diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa, atau data yang diberikan oleh pihak-pihak ketiga. Demikian juga
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah: ³Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa´
³Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan hasil setiap audit´
Kebutuhan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tentang program pemerintahan menghendaki bahwa laporan
mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasar peraturan perundang-
membuat hasl audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait,
memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah: ³Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup´:
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah: ³Laporan hasilpemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat,
Pernyataan standar pelaporan keempat adalah: ³Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan,
entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku´.
Peranan audit operasional dalam menunjang system pengendalian intern adalah audit operasional dapat mengetahui
efektivitas dan efisiensi akan suatu system pengendalian intern pada suatu fungsi (misal fungsi penjualan) dari suatu
perusahaan. Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan audit operasional itu sendiri adalah memberikan penilaian
terhadap efisiensi dan efektivitas serta keekonomisan dari suatu bagian operasional perusahaan yang merupakan
akibat yang diharapkan dari system pengendalian intern yang baik. Hubungan ini juga dapat dilihat dari pernyataan
Abdul Halim (2003:198) mengenai beberapa konsep dasar dari Sistem Pengendalian Intern, yaitu : ³Sistem
Pengendalian Intern diharapkan dapat mencapai tujuan audit, baik audit keuangan, audit operasional maupun audit
kepatuhan serta Sistem Pengendalian Intern tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang mutlak dimana
CONTOH KASUS :
Unibank
Untuk melihat bahwa laporan keuangan seringkali misleading untuk menilai keadaan suatu perusahaan, dapat dilihat
dari fakta penutupan Bank Unibank. Bank yang berdiri sejak tahun 1967 tersebut pada Maret 1999 oleh Bank
Indonesia dimasukkan ke dalam bank kategori A. Bank ini telah memenuhi Ratio Kecukupan Modal (CAR) yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1997 bank ini mencatat laba Rp13 milyar. Pada tahun 1998 sebagai
puncak dari krisis perbankan dan moneter yang melanda Indonesia, bank ini mengalami kerugian yang cukup besar
yakni Rp436 milyar. Pada tahun 1999 bank ini membukukan laba sebesar Rp55 milyar. Pada tahun 2000 prestasi
labanya masih lumayan. Namun tanpa ada informasi yang lengkap, maka (bagi masyarakat awam) tiba-tiba saja
bank ini ditutup oleh pemerintah. Sepintas bank ini mencatat kinerja yang lumayan baik. Hal ini juga dapat dilihat dari
kategori bank yang diperoleh oleh Unibank. Masyarakat tidak tahu atau tidak diberitahu dengan informasi yang cukup
tentang kinerja bank. Jika kinerja bank ini dilihat dari laporan keuangan saja kelihatan cukup baik, tapi kita tidak tahu
seberapa ekonomis, efisien dan efektifnya bank ini bekerja. Akibatnya cukup jelas, masyarakat kembali dirugikan
BUMN
Beberapa waktu yang lalu banyak media massa yang memberitakan bahwa kinerja kebanyakan BUMN payah. Dari
lima BUMN yang diteliti oleh beberapa akuntan publik lokal dan asing ditemukan rugi efisiensi sebesar Rp24,5 triliun
dan potensi rugi yang jumlahnya mencapai Rp7, 3 triliun dan USD 698 juta. Temuan ini tentu sangat menyesakkan
dada karena gambaran perusahaan-perusahaan publik yang beroperasi sekehendak hatinya tanpa memperhatikan
kelayakan ekonomis, efisiensi dan efektivitas sangat jelas tergambar. Lima BUMN tersebut adalah PT. PELINDO II,
PT. JASA MARGA, PT. PTPN IV, PT. GARUDA INDONESIA dan PT. TELKOM. Masyarakat benar-benar dirugikan.
Ada dua jenis kerugian yang dirasakan masyarakat, pertama, yakni masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan
tersebut karena masyarakat harus membayar inefisiensi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kedua,
masyarakat luas karena bagaimanapun BUMN tersebut dibiayai dari uang negara yang notabene itu adalah uang
rakyat yang dipungut dari pajak. Masyarakat juga harus membayar inefisiensi yang dinikmati oleh sekelompok orang
dari perusahaan publik tersebut. Kebiasaan untuk mengungkapkan kepada publik kinerja perusahaan seperti ini
merupakan awal yang baik karena masyarakat memperoleh informasi lain selain informasi laporan keuangan.
Diharapkan manajemen perusahaan tidak sekenanya mengelola perusahaan. Namun karena informasi yang
diungkapkan oleh kementerian BUMN tersebut merupakan ³proyek´ Letter of Intent dengan IMF, maka
kesinambungan penyampaian informasi kinerja operasional perusahaan ini masih dipertanyakan karena bisa jadi
hanya sekedar memenuhi LoI tersebut. Sebenarnya dari sisi teoritis, kegiatan ini dinamakan audit kinerja. Jenis audit
yang telah dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Asing tersebut
selama ini tidak sepopuler audit laporan keuangan yakni audit kinerja (performance audit). Audit kinerja ini
sepengetahuan penulis telah dilakukan di Australia dengan adanya Australian Standard Auditing AUP 33 yang
KESIMPULAN
Auditing terhadap kinerja manajemen bertujuan untuk memberikan komentar mengenai pelaksanaan kewajiban
mereka, apakah telah dilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif. Dan kemudian auditor memberikan
rekomendasi atas kinerja manajemen. Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti oleh manajemen, dan hasilnya akan
direview kembali serta dilihat apakah telah sesuai dengan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan rekomendasi
yang telah diberikan.
Audit kinerja lebih dari sekedar audit laporan keuangan tradisional, dalam beberapa tahun kedepan, kantor akuntan
publik selain melakukan audit laporan keuangan, juga mungkin akan dituntut untuk melakukan review terhadap
kinerja manajemen yang sedang diaudit, pada saat periode audit entitas tersebut.
Tujuan dari audit kinerja adalah untuk memberikan rekomendasi agar sumber daya yang ada pada suatu entitas
yang diaudit dapat dikendalikan dan digunakan dengan lebih baik, dan dapat meningkatkan keefisienan,
keekonomisan, serta dapat meningkatkan kinerja manajemen. Jika masyarakat umum dan komunitas bisnis
mempertimbangkan dan merasa membutuhkan sebuah audit untuk mengevaluasi kinerja perusahaan publik dan
swasta dimasa depan, maka audit kinerja sangat diperlukan demikian pula untuk perusahaan publik di Indonesia,
sudah saatnya audit kinerja dijadikan sebagai suatu keharusan (mandatori), sehingga sumber daya yang ada dapat
DAFTAR PUSTAKA
http://www.spkn.bpk.go.id
Boynton, Raymond N, Johnson and Walter G Kell. 2001. Modern Auditing : 7th Edition. New York : John Willey and
Sons, Inc
Effendi, Antonius. 2004. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Penjualan.
Nurbachtiar. 2002. Audit Kinerja : Sebuah Keharusan bagi Perusahaan Publik. UGM : Jurnal Akuntansi dan
? ?
|
c
¦ à
¦ Õ
!"#$
$
%
&'#$
(
)
*
(
*
(+'
+
(
$
*
,c#%
%( ' '#$
(
*
(
(
$
%
!%
#$
()
*&&)
(
'+
%
-& "#
((+
%
+$
(
(
*
%
c./ % àà$%#(
+
(
(
+
(
$ $(($
%
$
(
$
$(
((
(
àà %
$
(
c
+$0011#$
%c
c%
(
$
(
"($
%)
+%
%&(
%
'% %
%%
%'
%
&%
%
%c
'%
( (
'
(
%+(((
( (
'$
%(
%
%
'%
%
%
%
%
&
(
(
$+
(
%
&%
)
&
(
+*
++%
%
(
&%
(%(
%
!%cc+
(+(2
+2%+(
(
&)
+
%
((
'
+%
3%c
%
((
'
% ((
(+
%
(
(
(
%.
(
'%.'
$
'.
c
&
c$c./ % àà$4%#(
(
( (àà (
%.
5
%(
(
((('
%
% (
($(
( (
%
'%
$
+(
& '
%
%.
c
+
%c
+(
'*+(
)
%
%c(
(
(
'
&$+%
'% '(
($$+
$ &
%
!%.
c
%
(
(
(
%
%
(
+
'
+(
%
'%c&
&
(
$'
%
%
(
'
(
(
%6'
(
$(
% (
$
(
++
&
+
$+$+
%
((
((
%c(
(%
7
"!#. ) 4#$+
(
$
%c
+
' 8& #
c
(
$+
$
(+%
%c
+
'((+
c
(
$+
$
(+%
!%c
+
' 8& #
.49
& àà$49%#$+
% '
(
(
'
(%
%
(
(
'
(%
c
$
(
%
3%c
+
)
#
c(
+'
+
$
((
%
(
+
+
$
(
(
%
4%c
'
& #
c
$
(
(%
"%c( ' #
c
+
%c(
(
%c (
+
+
'
(%
c
' 00"#
$
%
cà
.(090
c:2((2% (090$
+
($(+2(;2%
$&
((
%c($
c
&
$:(<)%(<)
(c
(
à
&cc
5 =Õ %#$c
( '( ( à
&c7 &#$c
- à
&c7$.
.++#$c
'
(
Õ
à
&c
%7. >#$c)c
',
?c, à
&c.(
$.(
7
#%
/
($c
(
$!#% à $
c
&c
(
c
- $(
+cc
$.
.++ /$#%
%
c/
c
.
'*'
(
.
%
(c
(+
%c
++
à %
!%
c >
.
à
$
c6
%
&
!
(*(
&
+%
3%
c '
.
à
4
&
c%
+
(*
('
$
( '%
c
c
(c
.(!$
cc/
9?c?00"
@ !#
$
(
&
(&&
+
cc*(
(
(
(%/+!.
!$cc
)
$
cc
/
!"?c?!(
((
:cc*
(
0(
#(
( . )$4#%
.
(
&
(+&&
+
cc3 #
$
*
#%
(
cc
'$
$
($
$'
$
+
+
(
+
%
(
+
%c
(
+
'$
(
+
*
#
(
(à
($*
(
(
(%
%
'$
$
(
+
(
+
(+cc%
'%c
(
%
%
(
cc* #(
+(%
6
(
+
'$
$
(
+
(*(
%c
&+ $
(*(
c
%
c
%
c+(
(
%
(
%+
(
cc
+
(
+0(
+
%7
+
)
(
(
('
%
$
+(
(
(*'$
+
&
%
(
(
(*
(
(
%)
0"9#,) c 09#
&
$)
+
(%+
((
+
+
%/
'
* %
(
(&
#
+%
&(
(
(&
% &
(Õ
00#A( #A7
009#A7 #A
(
#%
'7( 014#
+
%
$
)
(
(&
( (
%
%
B
$
)
(
(&
'
%
!% $
)
(
(&
( (
%
à $c
c
cc#
&6
6#
(
((
0(
(
(
cc6%7+ (
(
+
((
(0(
!#%
$cc
(
(%
?