Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
HIDROCEFALUS ADALAH KEADAAN PATOLOGIK OTAK
YANG MENGAKIBATKAN BERTAMBAHNYA CAIRAN
CEREBROSPINALIS DI DALAM KEPALA (CSS) DENGAN ATAU
PERNAH DENGAN TEKANAN INTRAKRANIAL YANG MENINGGI
SEHINGGA TERDAPAT RUANGAN TEMPAT MENGALIRNYA CSS
(NGASTIYAH, 1997).
HIDROSEFALUS MASIH MERUPAKAN SUATU MASALAH
PENTING DALAM DUNIA KEDOKTERAN TERUTAMA BILA DIKAITKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK KARENA
TERJADINYA GANGGUAN PERTUMBUHAN OTAK, SEHINGGA
OTOMATIS BILA TIDAK DITANGANI SECARA CEPAT DAN TEPAT
AKAN DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN DALAM PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN YANG LEBIH PARAH LAGI, BAHKAN MENJADI
KASUS YANG LEBIH BERAT DAN DAPAT BERAKIBAT FATAL. SECARA
STATISTIK DITEMUKAN BAHWA DENGAN PENANGANAN BEDAH
DAN PENATALAKSANAAN MEDIS YANG BAIK SEKALIPUN,
DIDAPATKAN HANYA SEKITAR 40% DARI PENDERITA
HIDROSEFALUS MEMPUNYAI KECERDASAN YANG NORMAL DAN
SEKITAR 60% MENGALAMI CACAT KECERDASAN DAN FUNGSI
MOTORIK YANG BERMAKNA. DARI DATA STATISTIK TERSEBUT
DAPAT DILIHAT BAHWA WALAUPUN DENGAN PENANGANAN BEDAH
SARAF DAN PENATALAKSANAAN BEDAH SARAF DAN
PENATALAKSANAAN MEDIS YANG BAIK TERNYATA SEKITAR 60%
PENDERITA MASIH MEMILIKI SEKUEL GANGGUAN YANG CUKUP
BERMAKNA. (MEDLINUX. 2007. DALAM
HTTP://HTTP://MEDLINUX.BLOGSPOT.COM/2007/09/HIDROCEPHAL
US.HTML, ¶ 1. DIAMBIL PADA TANGGAL 21 JUNI 2010).
B. TUJUAN.
Tidak ada perjalanan yang tanpa tujuan. Begitu pula dengan penulisan
makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan wawasan luas umumnya tentang penyakit
hydrochephalus.
2. Sebagai program keahlian mahasiswa dalam memahami konsep
medis dan aspek keperawatan dalam penyakit hydrochephalus.
3. Menjunjung tinggi kreativitas dan intelektualitas mahasiswa akper dengan
menorehkan kemampuannya dalam menyelesaikan sebuah masalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian
- Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial
(TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
- Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala.
Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan
liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel
(Setyanegara, 1998)
- Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat
ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
- Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem
ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.

Tipe Hidrocefalus
menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala
yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
1. Hidrocefalus obstruksi
Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu
tempat antara pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari
ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
2. Hidrocefalus komunikans
Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.

B. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat
sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama
ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa
posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
e. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Neoplasma

C. Patofisiologi
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3
mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran
liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga
mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan
keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama
perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompresi sistem serebrovaskular
2. Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra
selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak
4. Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan
abnormal pada sutura kranial.

D. Tanda Dan Gejala


Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba
tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-
hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan
pusat vital

E. Pathway

Hidrocefalus

Kepala membesar CSS Berlebih Peningkatan TIK

Gangguan aliran
Kulit meregang hingga tipis / Mual / muntah darah ke otak
pasien tidak dapat bergerak
atau menggerakkan kepala

Lemas, Nyeri, Perfusi jaringan


lelah,letih serebral tak efektif
Kerusakan
mobilisasi

Penurunan fungsi
neurologis
Resiko terjadi Krisis pada
dekubitus keluarga

Kurang
pengetahuan
Proses perubahan
keluarga cemas

Kurang info

F. Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)


1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

G. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony
JR, 1972)
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)
mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro
dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
BAB III
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hidrocefalus

A. Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
DS : Pengertian penyakit oleh keluarga/pasien
Kemampuan pasien untuk mengerti
Pernyataan sakit kepala, mual-muntah, kejang
Pernyataan kepalanya membesar
DO : Lingkar kepala melebihi normal
Terjadi peningkatan TIK (mual, muntah, kejang)
Fortanella/Sutura belum menutup
Tingkat kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi, lethargi
Status tanda-tanda vital bervariasi terhadap nadi dan tekanan darah
Riwayat Kesehatan
Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya
a. Riwayat trauma sewaktu lahir
b. Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah
lahir, infeksi, neoplasma
c. Riwayat keluarga
2. Pemerikasaan fisik
a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang
b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah,
disorientasi, lethargi
c. Sunset sign pada mata
d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu
e. Pembesaran lingkar kepala
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Neurologi
Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan kesadaran,
motoris/kejang, edema pupil saraf otak II
b. Pengukuran lingkar kepala
Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala
c. CT Scan
Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan
radio isotop, radioaktif dan scanner
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan volume cairan serebrospinal
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt
4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan
sumber informasi

C. NOC & NIC


Dx I
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume
cairan cerebrospinal.
NOC : Status sirkulasi
Kriteria hasil NOC
1. Menunjukkan status sirkulasi ditandai dengan indikator berikut:
a. TD sistolik dan diatolik dalam rentang yang diharpkan
b. Tidak ada hipotensi otastik
c. Tidak ada bising pembuluh darah besar
2. Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai dengan indikator:
a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kepmampuan
b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi serta orientasi
c. Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini
d. Memproses informasi
e. Membuat keputusan dengan benar
Intervensi NIC
1. Pantau hal-hal berikut ini
a. Tanda – tanda vital
b. Sakit kepala
c. Tingkat kesadaran dan orientasi
d. Diplopia inistagmus, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan
e. Pemantauan TIK
- Pemantauan TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas
perawatan
- Pantau tekanan perfusi jaringan
- Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus
f. Penatalaksanaan sensasi perifer
- Pantau adanya parestes: mati rasa atau adanya rasa kesemutan
- Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran
2. Aktivitas kolaboratif
a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang
dianjurkan
b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler,
sesuai permintaan
c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk
mempertahankan tekanan perfusi serebral sesuai dengan permintaan
d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat,
bergantung pada kondisi pasien dan permintaan medis
e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.
Dx II
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC :
a. Level nyeri
- Laporan nyeri
- Frekwensi nyeri
- Lamanya nyeri
- Ekspresi wajah terhadap nyeri
- Kegelisahan
- Perubahan TTV
- Perubahan ukuran pupil
b. Kontrol Nyeri
- Menyebutkan faktor penyebab
- Menyebutkan waktu terjadinya nyeri
- Menggunakan analgesik sesuai indikasi
- Menyebutkan gejala nyeri
NIC :
a. Manajemen Nyeri
- Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
intensitas dan faktor predisposisi nyeri.
- Observasi isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara
efektif.
- Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.
- Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup
(misal ; tidur, aktivitas, dll).
- Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan,
efektivitas dari kontrol nyeri pada masa lalu yang biasa digunakan.
- Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan
menyediakan pendukung.
- Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab,
berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
- Kontrol faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi respon pasien untuk ketidaknyamanan (misal :
temperatur rungan cahaya dan kebisingan).
- Ajarkan untuk menggunakan teknik
nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik,
distraksi, dll).

Dx III
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl

NOC :
a.Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
- Dapat memonitor faktor resiko
- Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor
resiko
- Mengembangkan keefektifan strategi untuk
mengendalikan faktor resiko
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko
b. Deteksi Resiko
Kritria hasil :
- Mengtahui atau mengungkapkan tanda dan gejala
tentang indikasi resiko.
- Menggunakan sumber untuk menyediakan
informasi tentang resiko potensial.
- Berpartisipasi dalam pemeriksaan.
NIC :
a. Kontrol Infeksi
Aktivitas :
- Gunakan sarung tangn steril
- Pelihara lingkungan yang tetap aseptik.
- Batasi pengunjung
- Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi dan jika terjadi infeksi laporkan kepada petugas
kesehatan.
- Anjurkan intake nutrisi yang baik.
b. Identifikasi Resiko.
Aktivitas :
- Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan
secara berkelanjutan
- Menentukan sumber yang finansial.
- Identifikasi sumber agen penyakit untuk
mengurangi faktor resiko.
- Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan
perawatan.
Dx IV
Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
NOC:
1. Anxiety control
- Monitor intensitas dari cemas
- Mencari informasi untuk menurunkan cemas
- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
- Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi
- Kontrol respon cemas
2. Coping
- Identifikasi pola koping yang efektif
- Identifikasi pola koping yang tidak efektif
- Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya
dengan kata – kata
- Laporkan penurunan stress
- Pakai perilaku untuk peenurunan stress
NIC
1. penurunan cemas
- ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas
- menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan
program perawatan yang diberikan
- kaji penyebab kecemasan pasien
- anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi
kecemasan
- identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien
2. teknik ketenangan
- pertahankan kontak mata dengan pasien
- duduk dan berbincang – bincang dengan pasien
- ciptakan suasana yang tenang
- gunakan teknik distraksi
- berikan obat anti cemas
- instruksikan pasien dengan metoda decrease anxiety
(menguurangi cemas)
Dx V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi.
NOC :
a. Knowledge : Disease Process (1803)
- Kenalkan dengan nama penyakit
- Gambarkan dari proses penyakit
- Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
- Jelaskan faktor resiko
- Jelaskan efek dari penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala
b. Knowledga Illness care (1824
- Proses penyakit
- Pengendalian infeksi
- Pengobatan
- Prosedur pengobatan
- Perawatan terhadap penyakit
NIC :
a. Teaching Disease Process
Aktifitas :
- Jelaskan patofisiologi penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala dari penyait
- Jelaskan proses penyakit
- Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit
- Diskusikan pilihan perawatan
b. Teaching : Prosedur / Treatment
Aktifitas :
- Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan
dilakukan
- Informasikan kepada pasien tentang berapa lama prosedur
dilakukan
- Jelaskan tujuan dari prosedur / perawatan
- Gambarkan aktifitas sebelum prosedur dilakukan
- Jelaskan prosedur tindakan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK)
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah kelainan
bawaan, infeksi, perdarahan, neoplasma. Tanda dan gejalanya biasanya muntah,
nyeri kepala, edema pupil saraf otak II, pada bayi biasanya disertai pembesaran
tengkorak, kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh, ubun-
ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala, sutura tengkorak belum
menutup dan teraba melebar, terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang
kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas), bola mata terdorong ke
bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita, sklera mata tampak di atas
iris Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

B. Saran.
Demi berkurangnya angka penderita penyakit hydrocephalus, maka sudah
seharusnya pemerintah lebih menggalakkan berbagai macam program kesehatan
baik berupa penyuluhan ataupun program kesehatan gratis untuk menjangkau
masyarakat menengah ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi

6. Jakarata : EGC

Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC

Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC).

Missouri: Mosby

Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing

Intervention Clasification (NIC). Missouri: Mosby

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa

dan editor: Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika


Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter

Anugrah Buku II. Jakarta: EGC

Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan

NIC dan NOC . Edisi 7 . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai