Anda di halaman 1dari 7

Amanah, Mutiara yang Hilang

dari Kemartabatan Para Abdi Negara

Oleh : Yulianti, S.Sos.

SETIAP profesi yang dijalani memiliki konsekuensi tersendiri, baik suka


ataupun duka. Namun apa pun profesinya, yang terpenting adalah “the man behind the
gun”,manusia yang memegang kendali profesi tersebut. Termasuk dalam dunia kerja
para abdi negara, para abdi masyarakat (baca: Pegawai Negeri Sipil).
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan berdasarkan Instruksi
Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 1999, memiliki sasaran sebagai berikut :
a. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat beroperasi
secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya
b. Terwujudnya transparansi pemerintah, terwujudnya partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
c. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Untuk maksud di atas diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berkemampuan
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dari korupsi, kolusi
dan nepotisme, sehingga diperlukan upaya meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil
melalui pengembangan SDM yang berkesinambungan.
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih (good and clean
governance) yang dicita-citakan, setiap pegawai selaku pelaku good and clean
governance tersebut harus menjalankan perannya dengan profesional, artinya setiap
aparatur memiliki kompetensi di bidang tugas masing-masing, memiliki etika
pemerintahan dan menjunjung tinggi semangat korp.
Di sisi lain berkaitan dengan kewajiban dan larangan yang diemban para Pegawai
Negeri Sipil, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bab II Pasal 2 tentang Kewajiban
dan Larangan, dikatakan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil wajib :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara
dan pemerintah.
b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri
sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara
oleh kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain.
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan pegawai
negeri sipil.
d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah janji
jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya.
f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang
langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum.

g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh


pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
negara
i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan
Korps Pegawai Negeri Sipil.
j. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adahal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara/pemerintah, terutama di bidang keamanan,
keuangan dan materiil.
k. Mentaati ketentuan jam kerja
l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya
n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang
tugasnya masing-masing
o. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
p. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya
q. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya
r. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
s. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan karirnya.
t. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan
u. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun
terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan terhadap atasan.
v. Hormat menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berlainan.
w. Menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam masyarakat
x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku
y. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang
z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang
diterima mengenai pelanggaran disiplin.

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegwai Negeri Sipil Bab II Pasal 3 tentang Kewajiban dan
Larangan, dikatakan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang :
a. Melakukan hal-hal yang dapat enurunkan kehormatan atau martabat negara,
pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil
b. Menyalahgunakan wewenangnya
c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara.
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah.
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang
lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara.

g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam


terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya.
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapa pun juga
yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau
mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
i. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat
Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan.
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
k. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya
sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena
kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
n. Bertindak selaku peraturan bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah.
o. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya.
p. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa
sehingga melalui pemilihan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung
menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan.
q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi
direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina
golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.
r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan
tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.

Evaluasi rutin Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan melalui DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan) saat ini dinilai belum efektif. Beberapa kalangan
berpendapat penilaian DP3 selama ini masih kental dengan subyektifitas. Berikut
adalah beberapa hal yang penting dalam penilaian DP3 : (Siswanto, 1989)
1. Kesetiaan, yakni tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran.
2. Prestasi kerja, yakni hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
3. Tanggung Jawab, yakni kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas
dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya
serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan
yang dilakukannya.

4. Ketaatan, yakni kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala ketentuan,


peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati
perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan
untuk tidak melanggar larangan yang telah ditentukan oleh perusahaan maupun
pemerintah, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
5. Kejujuran, yakni ketulusan hati seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya.
6. Kerjasama, yakni kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan
orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditentukan,
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
7. Prakarsa, yakni kemampuan seorang pegawai untuk mengambil keputusan,
langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen
lininya.
8. Kepemimpinan, yakni kemampuan yang dimiliki oleh seorang pegawai untuk
meyakinkan orang lain (pegawai lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimal
untuk melaksanakan tugas pokok.

Begitu lengkapnya keutamaan yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS). Andai saja
semua itu terjewantahkan dalam keseharian, tentu kesejahteraan masyarakat tidak
akan lagi perlu dipertanyakan.

Kasus di Lapangan
“Saya bingung!”, Keluh seorang Kabag. Tata Usaha sebuah lembaga publik kepada
salah satu stafnya. “Bagaimana tidak, beberapa hari belakangan, banyak staf yang
datang dan protes mengenai rekapitulasi absensi yang notabene terkait dengan uang
makan dan transport yang diterimanya. Mereka heran, orang yang jelas hadir setiap
hari, kok jumlahnya lebih sedikit dari orang lain yang jelas banyak absen-nya.
Bagaimana nih masalah rekapitulasi absensi pegawai?Mengapa tidak sesuai dengan
kenyataan ?”
“Jadi bagaimana, Pak?”
“Ah, bingung!, mengatur sedemikian orang memang tidaklah mudah.”
Di lain tempat, di sebuah café, tampak dua orang sedang berbincang. “Kalau mau
untung, harus cerdik, dong!” Entah apa yang dibicarakan mereka, tapi belakangan
diketahui bahwa alat pengukur debit air yang baru dibeli dan dipasang oleh pegawai
Departemen Perhubungan di sebuh provinsi telah dicuri. Dan belakangan lagi
diketahui bahwa sang pencuri adalah pegawai yang telah memasangnya. Wah!
Sedang di pinggiran sebuah kota kabupaten, terkuak kasus, seorang pegawai Bagian
Keuangan telah “Melipat” ke dalam saku pribadinya, uang instansi yang mestinya ia
gunakan untuk gaji pegawai.
Lalu bagaimana dengan para abdi negara/masyarakat yang pada saat jam kerja
terlihat asyik ngerumpi sambil menghisap rokok kretek? Atau berseliweran di café
dan mall ?

Atau bagaimana dengan hasil survei Bulan Februari 2005 oleh Political and Economic
Resk Concultancy, Ltd (PERC) berbasis di Hongkong dan berdasarkan penilaian
pengamat ekonomi dari UGM Revrisond Baswir, bahwa volume korupsi di Indonesia
nyaris menyamai volume APBN 2005 yaitu sebesar Rp 370,59 triliun dan terjadi
penyimpangan APBN sekitar 33 % atau 1/3 dari pendapatan negara. (Buletin bersih
Kota, 2006:8)
Itulan kenyataan kehidupan para abdi negara kita.
Ironis!

Apa yang Hilang ?


Setelah pemerintah membuat pola rekruitmen CPNS sedemikian rupa, kemudian
dibingkai dengan berbagai peraturan untuk mengatur para Pegawai Negeri Sipil,
namun dalam kenyataannya banyak terjadi bias. Lalu apa yang kurang dalam pembinaan
SDM para abdi negara tersebut selama ini?
Berkaitan dengan kualitas SDM, perdaban dan kemajuan sebuah negara tidak bisa
dipisahkan dari sosok manusia yang menyusun peradaban dan kemajuan negara itu.
Peradaban disusun sesuai dengan pemikiran-pemikiran yang diperoleh dari pengalaman
dan pembelajaran. Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Sumarna F.
Abdurahman menegaskan bahwa Kata kunci persaingan adalah produktifitas, substansi
utamanya adalah kualitas SDM. Sehingga tidak heran, melihat fenomena SDM saat ini,
Sumarna menuntut segera diberlakukannya sertifikasi profesi.para pegawai.
( (Pikiran Rakyat, 20 Oktober 2007)
Sedangkan Rakhmad (2007:43) dalam penelitian mengenai “Manusia, Pelaku &
Pembangunan” mengatakan bahwa telah terjadi salah penyikapan terhadap pembangunan
pada masa orde lama. Pendekatan yang ditawarkan dalam proses perubahan dan
aktivitas sehari-hari tidak semata-mata diukur berdasarkan parameter pertumbuhan
ekonomi. Alternatif lain yang jauh lebih utama adalah peningkatan kualitas manusia
sebagai subyek/pelaku perubahan. Intinya adalah pendidikan/pembinaan. Pendidikan
adalah investasi mahal yang hasilnya tidak dapat seketika dinikmati, namun
pembangunan manusia melalui pendidikan memiliki jaminan yang lebih abadi. Maka
pembinaan PNS yang kontinyu sangat mendesak.
Di sisi lain, Mardianto (2005:1054) menambahkan perlunya modal rohaniah dan
mental, berupa kepercayaan kepada Tuhan dan ketakwaan sebagai tenaga penggerak
yang tak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa yang dapat membawa
bangsa menuju cita-citanya.
Maka, ada yang hilang dalam kepribadian para abdi negara kita. Kejujuran dan sikap
amanah. Bagaimana bisa seorang yang telah di sumpah jabatan melalaikan
kewajibannya dan tak jujur dengan pekerjaannya. Ada yang tidak beres dengan
kualitas pegawai (SDM).
Idealnya
Berdasarkan segala gejala perubahan yang ada, maka membangun aparatur negara yang
bersih merupakan prasyarat utama dan pertama serta menjadi conditio sie quanon
untuk membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good and clean
governance). Perilaku individu pegawai yang harus dipupuk adalah : (Dirjen Dikti,
2006)
1. Be broad minded, open minded,
PNS harus terbuka terhadap segala perubahan dan kemjuan. Buka Mata, buka telinga,
sehingga tidak ada lagi cerita pegawai yang gaptek.
2. Emphasize on Quality First in all job aspects.
PNS harus profesional dan mengutamakan kualitas di semua aspek pekerjaannya.
3. Be loyal to the organization
PNS memiliki sense of belonging (rasa memiliki) yang kuat dan bersikap setia dan
terhadap lembaga yang menaunginya.
4. Be customer oriented
PNS harus beroientasi terhadap pelayanan, bukan uang, apalagi jabatan.
5. Be team oriented
PNS harus mampu bekerja dalam tim, karena tidak ada satu pekerjaan pun yang bisa
dilakukan sendirian.
6. Respect Humanity
PNS harus memiliki empati yang tinggi dan menghargai kemanusiaan
7. Be responsible to one’s job
PNS memiliki rasa tanggung jawab (amanah) dalam melaksanakan segala tugas yang
diembannya.

Kemampuan yang harus dikembangkan dalam individu pegawai diantaranya: (Dirjen


Dikti, 2006)
1. Kemampuan komunikasi (clearness, systematic, critical). Hal ini penting
terutama terkait dengan kemampuan koordinasi dengan divisi atau bagian lain dalam
lembaga.
2. Kemampuan untuk kerja kelompok.
3. Kepercayaan diri. Hanya pegawai yang memiliki rasa Percaya diri yang tinggi
yang akan maju dan berkembang. Bukan Pegawai yang diam, pasif seperti tidak punya
kemauan untuk maju.
4. Inisiatif. Segala kreativitas akan sangat dihargai sejauh tidak melenceng
dari tujuan umum serta visi dan misi lembaga.
5. Memikirkan pengembangan. Bidang yang ditangani seorang pegawai harus
difikirkan pengembangannya. Tidak mengikuti pepatah ”Seperti air mengalir”, namun
harus mendobrak dan menemukan hal-hal baru yang lebih baik.

Pembinaan (kontinyu) adalah kuncinya


Pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terarah dan kontinyu adalah
kuncinya. Idealnya, jauh sebelum diberlakukan penilaian, maka pembinaan dulu
dikuatkan. Karakter unggulnya dimunculkan terlebih dahulu.
Kaidah-kaidah pembentukan karakter diterapkan ke dalam proses pendidikan sebagai
berikut :

Gb.1. Proses Pendidikan

Pembentukan karakter PNS yang jujur dan amanah adalah tujuan utama. Karakter tidak
akan terbentuk dengan mudah dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang dan kesabaran.
Pembinaan yang selam ini dilakukan sifatnya sporadis dan hanya berlangsung pada
saat-saat khusus saja, misalnya siraman rohani hanya pada saat Bulan Ramadhan
saja. Training-training hanya dilakukan sesaat saja, tanpa ada target khusus.
Semuanya berlangsung seadanya.
Idealnya pembinaan diawali dengan pemberian informasi yang kontinyu. Metode
yang berulang ini akan menanamkan pemahaman. Kemudian, dikombinasikan dengan
adanya reward (penghargaan) dan punnishment(sanksi) yang dibudayakan oleh lembaga.
Sehingga semua perilaku baik tumbuh menjadi sebuah kebiasaan yang jauh ke depan
akan terpatri dalam kalbu dan menjadi karakter.

Penutup
Membangun aparatur negara yang bersih merupakan prasyarat utama dan pertama serta
menjadi conditio sie quanon untuk membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa
(good and clean governance).
Citra aparatur negara harus dikembalikan ke yang seharusnya. Kewibawaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) harus ditegakkan kembali.
Pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kontinyu adalah kuncinya. Pembinaan itu
lama , namun hasilnya paten. Pembinaan itu sulit, namun hasilnya memuaskan.
Pembinaan bukan segala-galanya, namun segala-galanya hanya bisa diraih dengan
pembinaan (yang kontinyu)!

***
*) Penulis adalah Pustakawan Fikom Unpad.

Daftar Pustaka

Dewan Dikti, Dirjen Dikti. 2006. “Monitoring & Evaluasi Internal dalam Manajemen
perguruan tinggi”. Jakarta.
Dewan Dikti, Dirjen Dikti. 2006.“Pedoman Pelaksanaan Kualifikasi & Pelatihan
Monevin”. Jakarta.
Equilibrium.2007. “Pendidikan Ekonomi Alternatif”. Majalah Ekonomi & Sosial. Nomor
8/Th XXXIX/2007. Yogyakarta.
It’s Me, Edisi 2 Bulan Oktober 2007. Kolom Dunia Kerja. “Ganji Memuaskan & Siap
Lembur”. Bandung. 2007.
Mardianto. 2005. Keberhasilan Pembangunan Dalam Perspektif Efisiensi &
Efiktifitas”. JIP (Jurnal Industri & Perkotaan). Vol. IX No. 16/Agustus 2005.
Pusat Penelitian Industri & Perkotaan Universitas Riau.
Muhafiddin, Didin. 2007. “Sistem Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri sipil di
Lingkiungan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat”. Sosiohumaniora (Jurnal Ilmu-
Ilmu Sosial dan Humaniora). Vol. 9, No. 1 Maret 2007. Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Nata Jaya, BE., SE. 2006. “ Mempersempit Ruang Gerak Terjadinya Korupsi”. Kolom
Fokus, Buletin Bersih Kota, Edisi 18/Agustus.
Negara, Setiyardi. “Mahalnya Kejujuran”. 69++ Life Style & The City, Edisi Juli
2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980
Pikiran Rahyat. 2007. “Sertifikasi Profesi Tidak Bisa Ditunda”. Harian Umum
Pikiran rakyat, edisi Sabtu, 20 Oktober 2007. Bandung.
Rakhmad, Wiwid Noor. 2007. “Manusia, Pelaku & Tujuan Pembangunan”. Interaksi. Vol.
I/No.1/Januari – Juni 2007. Jurnal Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai