Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.30 Tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegwai Negeri Sipil Bab II Pasal 3 tentang Kewajiban dan
Larangan, dikatakan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil dilarang :
a. Melakukan hal-hal yang dapat enurunkan kehormatan atau martabat negara,
pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil
b. Menyalahgunakan wewenangnya
c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara.
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah.
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang
lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara.
Evaluasi rutin Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan melalui DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan) saat ini dinilai belum efektif. Beberapa kalangan
berpendapat penilaian DP3 selama ini masih kental dengan subyektifitas. Berikut
adalah beberapa hal yang penting dalam penilaian DP3 : (Siswanto, 1989)
1. Kesetiaan, yakni tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran.
2. Prestasi kerja, yakni hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
3. Tanggung Jawab, yakni kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas
dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya
serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan
yang dilakukannya.
Begitu lengkapnya keutamaan yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS). Andai saja
semua itu terjewantahkan dalam keseharian, tentu kesejahteraan masyarakat tidak
akan lagi perlu dipertanyakan.
Kasus di Lapangan
“Saya bingung!”, Keluh seorang Kabag. Tata Usaha sebuah lembaga publik kepada
salah satu stafnya. “Bagaimana tidak, beberapa hari belakangan, banyak staf yang
datang dan protes mengenai rekapitulasi absensi yang notabene terkait dengan uang
makan dan transport yang diterimanya. Mereka heran, orang yang jelas hadir setiap
hari, kok jumlahnya lebih sedikit dari orang lain yang jelas banyak absen-nya.
Bagaimana nih masalah rekapitulasi absensi pegawai?Mengapa tidak sesuai dengan
kenyataan ?”
“Jadi bagaimana, Pak?”
“Ah, bingung!, mengatur sedemikian orang memang tidaklah mudah.”
Di lain tempat, di sebuah café, tampak dua orang sedang berbincang. “Kalau mau
untung, harus cerdik, dong!” Entah apa yang dibicarakan mereka, tapi belakangan
diketahui bahwa alat pengukur debit air yang baru dibeli dan dipasang oleh pegawai
Departemen Perhubungan di sebuh provinsi telah dicuri. Dan belakangan lagi
diketahui bahwa sang pencuri adalah pegawai yang telah memasangnya. Wah!
Sedang di pinggiran sebuah kota kabupaten, terkuak kasus, seorang pegawai Bagian
Keuangan telah “Melipat” ke dalam saku pribadinya, uang instansi yang mestinya ia
gunakan untuk gaji pegawai.
Lalu bagaimana dengan para abdi negara/masyarakat yang pada saat jam kerja
terlihat asyik ngerumpi sambil menghisap rokok kretek? Atau berseliweran di café
dan mall ?
Atau bagaimana dengan hasil survei Bulan Februari 2005 oleh Political and Economic
Resk Concultancy, Ltd (PERC) berbasis di Hongkong dan berdasarkan penilaian
pengamat ekonomi dari UGM Revrisond Baswir, bahwa volume korupsi di Indonesia
nyaris menyamai volume APBN 2005 yaitu sebesar Rp 370,59 triliun dan terjadi
penyimpangan APBN sekitar 33 % atau 1/3 dari pendapatan negara. (Buletin bersih
Kota, 2006:8)
Itulan kenyataan kehidupan para abdi negara kita.
Ironis!
Pembentukan karakter PNS yang jujur dan amanah adalah tujuan utama. Karakter tidak
akan terbentuk dengan mudah dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang dan kesabaran.
Pembinaan yang selam ini dilakukan sifatnya sporadis dan hanya berlangsung pada
saat-saat khusus saja, misalnya siraman rohani hanya pada saat Bulan Ramadhan
saja. Training-training hanya dilakukan sesaat saja, tanpa ada target khusus.
Semuanya berlangsung seadanya.
Idealnya pembinaan diawali dengan pemberian informasi yang kontinyu. Metode
yang berulang ini akan menanamkan pemahaman. Kemudian, dikombinasikan dengan
adanya reward (penghargaan) dan punnishment(sanksi) yang dibudayakan oleh lembaga.
Sehingga semua perilaku baik tumbuh menjadi sebuah kebiasaan yang jauh ke depan
akan terpatri dalam kalbu dan menjadi karakter.
Penutup
Membangun aparatur negara yang bersih merupakan prasyarat utama dan pertama serta
menjadi conditio sie quanon untuk membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa
(good and clean governance).
Citra aparatur negara harus dikembalikan ke yang seharusnya. Kewibawaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) harus ditegakkan kembali.
Pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kontinyu adalah kuncinya. Pembinaan itu
lama , namun hasilnya paten. Pembinaan itu sulit, namun hasilnya memuaskan.
Pembinaan bukan segala-galanya, namun segala-galanya hanya bisa diraih dengan
pembinaan (yang kontinyu)!
***
*) Penulis adalah Pustakawan Fikom Unpad.
Daftar Pustaka
Dewan Dikti, Dirjen Dikti. 2006. “Monitoring & Evaluasi Internal dalam Manajemen
perguruan tinggi”. Jakarta.
Dewan Dikti, Dirjen Dikti. 2006.“Pedoman Pelaksanaan Kualifikasi & Pelatihan
Monevin”. Jakarta.
Equilibrium.2007. “Pendidikan Ekonomi Alternatif”. Majalah Ekonomi & Sosial. Nomor
8/Th XXXIX/2007. Yogyakarta.
It’s Me, Edisi 2 Bulan Oktober 2007. Kolom Dunia Kerja. “Ganji Memuaskan & Siap
Lembur”. Bandung. 2007.
Mardianto. 2005. Keberhasilan Pembangunan Dalam Perspektif Efisiensi &
Efiktifitas”. JIP (Jurnal Industri & Perkotaan). Vol. IX No. 16/Agustus 2005.
Pusat Penelitian Industri & Perkotaan Universitas Riau.
Muhafiddin, Didin. 2007. “Sistem Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri sipil di
Lingkiungan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat”. Sosiohumaniora (Jurnal Ilmu-
Ilmu Sosial dan Humaniora). Vol. 9, No. 1 Maret 2007. Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Nata Jaya, BE., SE. 2006. “ Mempersempit Ruang Gerak Terjadinya Korupsi”. Kolom
Fokus, Buletin Bersih Kota, Edisi 18/Agustus.
Negara, Setiyardi. “Mahalnya Kejujuran”. 69++ Life Style & The City, Edisi Juli
2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980
Pikiran Rahyat. 2007. “Sertifikasi Profesi Tidak Bisa Ditunda”. Harian Umum
Pikiran rakyat, edisi Sabtu, 20 Oktober 2007. Bandung.
Rakhmad, Wiwid Noor. 2007. “Manusia, Pelaku & Tujuan Pembangunan”. Interaksi. Vol.
I/No.1/Januari – Juni 2007. Jurnal Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Diponegoro.