Anda di halaman 1dari 7

PENCEMARAN AIR TANAH AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH DOMESTIK DI

LINGKUNGAN KUMUH BANJAR SARI, KELURAHAN UBUNG

I Made Yuda Prawira (0820025022)

I Putu Adi Suryadi Putra (0820025026)

Ni Kadek Novita Dewi (0820025027)

I Ketut Estrada Adhi Saputra (0820025030)

I Made Adi Sastrawan (0820025031)

I.B. Made Widiana (0820025039)

I Wayan Agus Lingga Mahardika (0820025047)

Ni Made Alit Prabawati (0820025054)

Putu Ika Farmani (0820025059)

Ni Putu Emi Yuliastari (0820025060)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA
Di daerah Banjar Ubung Sari, pola penyebaran penduduknya tidak merata dan
volume penduduk pendatangnya cukup besar. Hal ini mengakibatkan makin berkembangnya
permukiman-permukiman yang kurang terencana dengan baik sehingga dapat mengakibatkan
sistem pembuangan limbah rumah tangga yaitu limbah kamar mandi/wc dan dapur tidak
terkoordinasi dengan baik. Limbah tersebut dapat berakibat pada pencemaran air tanah yang
menyebabkan penyebaran beberapa penyakit menular. Hasil penelitian terhadap air yang
berasal dari air sumur bor tidak mengalami pencemaran oleh bakteri, sehingga air sumur bor
dapat dikonsumsi menjadi air minum.

Air yang berasal dari sumur gali sebagian besar tercemar oleh bakteri E.Coli dan
bakteri Coliforms sehingga air sumur yang berasal dari sumur gali sebagian tidak boleh
dikonsumsi menjadi air minum. Sebagian besar (82,98 %) penduduk Banjar Ubung Sari
memakai air dari PDAM untuk kebutuhan sehari-harinya tetapi masih ada penduduk yang
memakai air sumur gali untuk kebutuhan sehari-hari. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa
pencemaran yang terjadi pada sumur gali di masyarakat daerah Banjar Ubung Sari yaitu
adanya E.coli dan coliform, jumlah BOD, fosfat , dan NH3 (amonia) yang melebihi baku
mutu. Ini terjadi karena pembuangan limbah cair rumah tangga yang kurang terkoordinasi
dengan baik, septic tank yang dibuat berjarak kurang dari 10 meter dengan sumur, beberapa
warga yang BAB dan BAK sembarangan, dan sampah-sampah organic/sisa makanan yang
dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu. Jika terjadi wabah di banjar ini, maka akan
cepat menyebar ke banjar lain walaupun hanya sedikit yang menggunakan sumur gali untuk
dikonsumsi karena wabah bisa menyebar melalui perantara air dan makanan.

Parameter biologis yang menunjukkan pencemaran air tanah (sumur) adalah bakteri
E.coli dan coliforms yang berasal dari tabung septic penduduk dimana kedalaman sumur gali
juga menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran air oleh E. coli. Selain pencemaran air
secara biologis terdapat juga indikator – indikator lainnya yang menentukan tingkat
pencemaran air, yaitu :

1. Bau dan rasa

Air yang dapat dimanfaatkan sebagai air minum haruslah air yang tidak berbau dan tidak
berasa. Pada pemeriksaan lima sumur gali yang dijadikan sampel ditemukan hanya satu
sampel yang berbau dan sisanya tidak berbau, sedangkan semua sampel air tersebut tidak
berasa, sehingga kemungkinan penyebab pencemaran sumur gali di daerah ubung tidak
disebabkan oleh cemaran kimia atau logam berat.

2. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh adanya bahan-bahan organic dan anorganik, seperti lumpur
dan buangan dari pemukiman tertentu yang menyebabkan air tanah menjadi keruh. Bila
dilihat dari estetika , kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan adanya pencemaran
melalui buangan. Warna air berubah tergantung pada warna buangan yang memasuki badan
air. Sifat pengendapannya/ kekeruhan diakibatkan oleh bahan-bahan yang sulit mengendap.
Upaya minimalisasi pada air dapat dilakukan dengan pengendapan (untuk bahan yang mudah
mengendap) dan cara filtrasi (untuk bahan yang sukar mengendap).

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kekeruhan pada Sumur

No Parameter Satuan Hasil

1. Kekeruhan Mg 1 2 3 4 5
SiO2/liter

112,5 ttd 12,5 175 137,5

3. pH

pH yang untuk air minum adalah yang netral, pada pemeriksaan lima sampel air sumur gali
ditemukan kelima sampelnya memiliki pH netral.

4. BOD

Secara tidak langsung merupakan gambaran kadar bahan organic yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organic menjadi karbondioksida
dan air (Davis and Cornwell,1991).

Tabel 2. Hasil Pengukuran BOD pada Sumur

No Parameter Satuan Hasil

1. BOD Ppm(mg/liter 1 2 4 5
)

8,30 1,80 1,44 4,31 3,60

5. COD

Menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organic
secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi
secara biologis menjadi CO2 dan H2O. dari hasil pemeriksaan kadar COD pada lima sampel
dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengukuran COD pada Sumur

No Parameter Satuan Hasil

1. COD Ppm(mg/liter 1 2 3 4 5
)

15,05 3,60 2,40 7,18 5,30

6. Fosfor

Hasil pemeriksaan lima sampel air sumur gali didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Fosfat pada Sumur

No Parameter Satuan Hasil

1. Fosfat Ppm(mg/liter 1 2 3 4 5
)

0,255 1,017 0,180 0,412 0,833

7. Cemaran E. Coli dan Coliforms

Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu mikroba pencemar,
pathogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba yaitu bakteri pencemar tinja
(E.coli) dalam air sangat tidak diharapkan apalagi bila air itu untuk kepentingan rumah tangga.
Beberapa jenis bakteri pathogen yang berkembang dan menyebar melalui badan air, misalnya
tifus (Salmonella), disentri (Shigella), kolera (Vibrio),dan difteri (Corynebacterium). Selain itu
banyak bakteri penghasil toksin berkembang dan menyebar melalui air, baik yang hidup secara
anaerobic(Clostiridium) maupun yang hidup secara aerobic (Pseudomonas dan Vibrio). Kontak
bahan makanan dengan air mengandung bakteri tersebut akan berbahaya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lima sampel air sumur gali ditemukan kadar E. Coli dan
Coliforms sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Pengukuran E.coli dan Coliform pada Sumur

No Parameter Satuan Hasil

1 2 3 4 5

1. E.Coli E. Coli/100ml 28 0 0 3 3
2. Coliforms Coliforms/100ml 1100 - 240 1100 150

Baku mutu yang ada telah mengatur mengenai komponen yang diperbolehkan ada dalam air
bersih. Komponen yang diperbolehkan dilihat dari tiga factor yaitu factor fisik, biologis, dan
kimia. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan
bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri indikator
sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya
bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap
pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus
manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya.

Metode penanggulangan :

1. Permasalahan pembuangan tinja dan urine di daerah tersebut diatasi dengan direncanakan
sebuah tangki septik yang terletak di gang/jalan, perencanaan ini dilaksanakan karena
lahan yang dikuasai oleh penduduk sekitar tidak cukup untuk merencanakan tangki septik
di halaman rumah. Selain itu, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah
lingkungan hidup, masalah kesehatan penduduk sekitar, dan untuk meringankan
beban/biaya pengurasaan tangki septik bagi penduduk sekitar. Penerapan teknik tangki
septik dengan sistem filter up flow, dimana tangki septik ini digunakan untuk mengolah
limbah cair rumah tangga. Prinsip kerja tangki septik filter up flow ini hampir sama
dengan tangki septik biasa, yakni terdiri dari bak pengendap, dan ditambah dengan suatu
filter yang berisi dengan kerikil atau pecahan batu. Penguraian zat organik dalam limbah
cair atau tinja dilakukan oleh bakteri anaerobik. Bak pengendap terdiri dari dua ruangan,
yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, pengurai lumpur (sludge
digestion) dan penampung lumpur. Sedangkan bak kedua berfungsi sebagai pengendap
dan penampung lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama dan luapan air dari bak
pengendapan dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari bawah ke atas. Tempat
yang dipilih adalah gang/jalan kecil didepan rumah, hal ini kerena lahan penduduk
dibanjar tersebut yang kurang luas untuk tempat tangki septik.

2. Purifikasi limbah cair (detergen,sabun) dengan tanaman air untuk meminimalisir jumlah
fosfor/pospat (PO4) dan (NH3).

3. Pemberdayaan wanita & keluarga dalam memilih, mengambil, menyimpan, memelihara,


dan memanfaatkan air.

4. Pemberian kaporit pada sumur.


Tabel 6. Perbandingan Pengukuran Parameter pada Sumur dengan Beberapa Baku Mutu yang
Berlaku

No. Parameter Baku mutu yang diperbolehkan Pengamatan Sumur Gali

Permenkes RI no. PP RI PerGub 1 4 5


416/Menkes/Per/IX/1990 no. Bali no.
82/2001 8/2007

1 Bau dan rasa Tidak berbau dan tdak Tidak Tidak Tidak Berbau Tidak
berasa berbau berbau berbau dan berbau
dan dan tidak dan tidak dan
tidak berasa tidak berasa tidak
berasa berasa berasa

2 Kekeruhan 25 - - 112,5 175 137,5


(NTU)
3 pH 6,5 – 9 6 -9 - 7 7 7

4 BOD (ppm) - 2 6-9 8,30 4,31 3,60

5 COD (ppm) - 10 2 15,05 7,18 5,30

6 Fosfor (ppm) - 0,2 6 0,255 0,412 0,833

7 Cemaran E. 0 100 0,005 28 3 3


coli (per 100
ml)

8 Cemaran 0 1000 500 1100 1100 150


Coliform (per
100 ml)

DAFTAR PUSTAKA
Soemirat Slamet, Juli. 2009.Kesehatan lingkungan.Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Anonim.(t.t). Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air.
www. www.esdm.go.id/.../745-undang-undang-nomor-20-tahun 1990.html. Akses : 11
Oktober 2010

Suriwiria,unus.1996.Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.Penerbit Alumni :


Bandung.

Effendi,Hefni.2003.Telaah Kualitas Air. Kanisius :Yogyakarta.

Sastrawijaya,A.Tresna.2000.Pencemaran Lingkungan.Rineka Cipta :Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Arbain dkk. Baku Mutu Limbah Domestik Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 dalam
Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas
Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Echotropic
3(2) : 55-60

Anda mungkin juga menyukai