a. Afinitas Elektron
Dengan elektron valensi yang sudah penuh, unsur gas mulia sangat sukar untuk
menerima elektron. Hal ini dapat dilihat dari harga afinitas elektron yang rendah.
b. Energi Ionisasi
Kestabilan unsur-unsur golongan gas mulia menyebabkan unsur-unsur gas mulia sukar
membentuk ion, artinya sukar untuk melepas elektron. Perhatikanlah data energi
ionisasinya yang besar sehingga untuk dapat melepas sebuah elektron (untuk dapat
membentuk ion) diperlukan energi yang besar. Helium adalah unsur gas mulia yang
memiliki energi ionisasi paling besar.
c. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom unsur-unsur golongan gas mulia sangat kecil (dalam satu golongan,
semakin keatas semakin kecil) sehingga elektron terluar relatif lebih tertarik ke inti
atom. Oleh sebab itu, atom-atom gas mulia sangat sukar untuk bereaksi.
PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165
kJ/mol, harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia Xe =
1170 kJ/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba mereaksikan Xe
dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai dengan persamaan
reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan bahwa gas
mulia tidak dapat bereaksi. Kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan penelitian
dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat, diantaranya langsung dengan
gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6. Reaksi gas mulia
lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF2. Radon dapat bereaksi langsung
dengan F2 dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2 bersifat (tidak
stabil).
Senyawa gas mulia He, Ne, dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat mungkin karena
tingkat kestabilannya yang sangat besar.
Gas kripton (Tb = -153,2 0C) dan xenon (Tb = -108 0C) mempunyai titik didih yang
lebih tinggi dari gas oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen cair di
dasar kolom destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-
masing gas akan terpisah.
Helium
Helium merupakan gas yang ringan dan tidak mudah terbakar. Helium dapat digunakan
sebagai pengisi balon udara. Helium cair digunakan sebagai zat pendingin karena
memiliki titik uap yang sangat rendah. Helium yang tidak reaktif digunakan sebagai
pengganti nitrogen untuk membuat udara buatan untuk penyelaman dasar laut. Para
penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika digunakan campuran nitrogen dan oksigen
untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terisap mudah terlarut dalam darah dan
dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam. Oleh para penyelam, keadaan ini disebut
“pesona bawah laut”. Ketika penyelam kembali ke permukaan, (tekanan atmosfer) gas
nitrogen keluar dari darah dengan cepat. Terbentuknya gelembung gas dalam darah
dapat menimbulkan rasa sakit atau kematian.
a. Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau roket. Argon
juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola lampu pijar karena
argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.
b. Neon
Neon dapat digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Neon digunakan juga sebagai zat
pendingin, indicator tegangan tinggi, penangkal petir, dan untuk pengisi tabung-tabung
televisi.
c. Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah.
Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
d. Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri).
Xenon juga digunakan dalam pembuatan tabung elektron.
e. Radon
Radon yang bersifat radioaktif digunakan dalam terapi kanker. Namun demikian, jika
radon terhisap dalam jumlah banyak, malah akan menimbulkan kanker paru-paru.