Anda di halaman 1dari 16

Presentasi Kasus

PENATALAKSANAAN ANESTESI UMUM PADA CLOSE FRACTURE


RADIUS ULNA (S) DAN CLOSE FRACTURE FEMUR (S)

Disusun Oleh :
Gatiningdyah S G0003101

Pembimbing :
dr. Syarif Sudirman Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK LAB/UPF ANESTESIOLOGI


FK UNS/RS ORTHOPEDI
SURAKARTA
2010
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala izinnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus dengan judul
“PENATALAKSANAAN ANESTESI UMUM PADA CLOSE FRACTURE
RADIUS ULNA (S) DAN CLOSE FRACTURE FEMUR (S) ” ini.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di Unit Anestesi dan Keperawatan Intensif di FK UNS / RS
Orthopedi Surakarta.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Syarif Sudirman, Sp.An, selaku pembimbing
2. Dr. Bambang W.S Sp.An selaku kepala bagian anestesi dan keperawatan
intensif FK UNS / RS Orthopedi Surakarta.
3. Dr. Heri, Sp.An. selaku staf ahli anesthesi.
4. Seluruh staf dan paramedis yang bertugas di bagian anestesi RSUD dr.
Moewardi Surakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.
Saran dan kritikan kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, September 2010

Penyusun

ii
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
No. Register : 18.86.32
Nama : Sdr. A
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cumpleng 06/19 Tunggul, Gondang, Sragen
Diagnosis pre operatif : Close Fracture radius ulna sinistra
Close Fracture femur 1/3 proximal sinistra
Diagnosis post operatif : Close Fracture radius ulna sinistra
Close Fracture femur 1/3 proximal sinistra
Macam Operasi : ORIF
Macam Anestesi : Anestesi umum (GA)
Tanggal masuk : 20 September 2010
Tanggal operasi : 21 September 2010

B. PEMERIKSAAN PRA ANESTESI


1. Anamnesa
a. Keluhan utama : Nyeri lengan kiri bawah dan kaki kiri

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


2 jam SMRS penderita mengalami kecelakaan lalu linta saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang. Penderita
bertabrakan dengan sepeda motor dari arah depannya sehingga pasien
jatuh. Pasien jatuh dengan posisi jatuh ke arah kiri. Setelah jatuh
penderita merasakan tangan kiri bawah dan kaki sebelah kiri nyeri
pada sampai susah digerakkan. Setelah jatuh penderita sadar, tidak
pingsan, tidak muntah, tidak nyeri kepala dan pandangan tidak kabur.
Kemudian pasien dibawa ke RSO. Prof. DR.R.Soeharso Surakarta

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat mondok (-)
Riwayat alergi makanan / obat (-)
Riwayat asma dan penyakit paru (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat konsumsi narkotik (-)

2. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum : sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
GCS E4 V5 M6
Vital Sign:
Tensi : 110 / 70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu Axiler : 36,2 C
Respirasi : 18 x/menit
Nyeri : Radius ulna sinistra dan femur sinistra
Berat badan : 35 kg
Mata : konjungtiva anemis ( -/- ), sklera ikterik ( -/- )
Hidung : lapang (+/+), nafas cuping hidung ( -/- ), sekret ( -/- )
Mulut : Mallampati I, sianosis ( - ), gigi goyah / palsu ( - )
Telinga : sekret ( - ), pendengaran baik
Leher : leher pendek (-), deviasi trakhea (-), glandula thiroid ditengah,
pembesaran limfonodi ( - ), JVP tidak meningkat, TMD >3jari
Thorax : retraksi (-)
Pulmo
I : Pengembangan paru kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri

2
P : Sonor/Sonor
A: Suara dasar: vesikuler (+/+)
Suara tambahan : (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak melebar
A: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Abdomen : I : Dinding perut // dinding dada
P : Supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tak teraba.
P : Timpani (+)
A : Peristaltik usus (+) N
Ekstremitas : lihat status lokalis
Status Lokalis :
Regio wrist sinistra:
Look : vulnus ekskoriasi (+), deformitas (+),
Feel : nyeri tekan (+), arteri radialis teraba, isi
dan tegangan cukup
Movement : ROM terbatas karena nyeri
Regio femur sinistra :
Look : deformitas (+)
Feel : nyeri tekan (+), arteri dorsalis pedis teraba,
isi dan tegangan cukup
Movement : Rom terbatas karena nyeri

3
3. Pemeriksaan Penunjang :
Hemoglobin : 12,3 gr/dl GDS : 137 mg/dl
Hct : 38 % HbSAg : (-)
Eritrosit : 3,33.106 uL
Lekosit : 20,1.103 uL
Trombosit : 231.103 uL
Gol darah : A
Masa Perdarahan : 2’30”
Masa Pembekuan : 4’30”
Laboratorium darah tanggal 20 September 2010

Hitung jenis lekosit :

Eosinofil : 1%

Basofil : 0%

Batang :2%

Segmen : 86%

Limfosit : 8%

Monosit : 3%

4. Kesimpulan :
Kelainan sistemik : (-)
Kegawatan bedah : (-)
Status fisik : ASA I.

C. RENCANA ANESTESI
1. Persiapan Operasi
a. Persetujuan operasi tertulis ( + )
b. Suhu tubuh pasien dibawah 38 0 C
c. Puasa > 6 jam atau pasang NGT
d. Oksigenasi 3 L / menit
e. Infus RL , NaCl

4
2. Jenis Anestesi : General anestesi
3. Teknik anestesi: Semi closed inhalasi dengan Endotracheal Tube no 7.
4. Premedikasi : -Miloz 3 mg i.v,
-Fentanyl 50 mg i.v,
-Ondansetron 4 mg i.v
5. Induksi : Propofol 50 mg i.v
Ketamine 30 mg i.v
6. Maintenance : -N20 : 02 = 2,5 L : 2,5 L,
-Isofluran 1-2 vol %
7. Pelumpuh otot : Roculax 35 mg i.v maintenance 10 mg i.v
8. Monitoring : tanda vital selama operasi tiap 10 menit, kedalaman
anestesi, cairan, perdarahan
c 9. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan (Recovery Room)
d
D. TATA LAKSANA ANESTESI
1. Di ruang persiapan
a. Jam 01.30 dilakukan pemeriksaan kembali identitas penderita,
persetujuan operasi, lama puasa 6 jam, lembar konsul anestesi, obat-
obatan dan perlengkapan yang diperlukan.
b. Jam 01.45 pemeriksaan tanda-tanda vital
T : 90/60 mmHg Rr : 20 x/menit
N : 92 x/menit S : 36,1 oC
c. Infus NaCl 40 tetes/menit terpasang pada tangan kanan dan kaki
kanan.
d. Mengganti pakaian penderita dengan pakaian operasi
2. Di ruang operasi
a. Jam 01.50 penderita ditidurkan di ruang operasi telentang dilakukan
premedikasi pemberian miloz 3 mg i.v, ondansetron 4 mg i.v serta
fentanyl 50 mg i.v, kemudian stetoskop dan manset dipasang pada kaki
kiri.

5
b. Jam 01.55 dilakukan induksi dengan Propofol 50 mg i.v dan ketamine
30 mg i.v lalu segera kepala diekstensikan, face mask didekatkan pada
hidung dengan O2 6 l/menit. Setelah reflek bulu mata menghilang,
dimasukkan Roculax 35 mg i.v. Sesudah tenang dilakukan intubasi
dengan orotrakhea no.7,5 Setelah terpasang baik dihubungkan dengan
mesin anestesi untuk mengalirkan O2 2,5 l/menit dan N2O 2,5 l/menit.
Untuk maintenance digunakan Isofluran 1-2 vol %.
c. Jam 02.05 anestesi sudah cukup dalam (napas teratur, pupil terfiksasi
sentral dan midriasis), ahli bedah dipersilakan memulai operasi.
Selama operasi dimonitor tanda vital dan Sat O2 tiap 10 menit.
d. Jam 02.15 infus jalur I RL habis diganti dengan infus HAES 500 cc,
jalur II RL diganti NaCl.
e. Jam 02.15 diberi injeksi Roculax 10 mg i.v.
f. Jam 02.30 diberi injeksi Efedrin 10 mg i.v
g. Jam 02.45 diberi injeksi Roculax 10 mg, infus HAES habis diganti
infus NaCl, jalur II NaCl habis diganti RL
h. Jam 03.15 diberi injeksi Roculax 10 mg, infus NaCl habis diganti
Whole Blood 1 kolf, jalur II RL habis diganti RL
i. Jam 03.45 diberi injeksi Roculax 10 mg, jalur II RL habis diganti RL
j. Jam 04.15 diberi injeksi Roculax 10 mg, WB habis diganti Whole
Blood kolf kedua, jalur II RL habis diganti RL
k. Jam 04.50 operasi hampir selesai, N2O dimatikan, isofluran dimatikan,
O2 dinaikkan 6 l/menit.
l. Jam 05.00 operasi selesai, alat anestesi dilepas.
m. Jam 05.10 pasien dipindahkan ke ruang RR
Monitoring Selama Anestesi
Anestesi mulai jam 01.55 Operasi mulai jam 02.00

6
03.30 111/62 94 100
03.40
Jam 113/64
Tensi 102
Nadi 100
Sa02 injeksi Roculax 10 mg, jalur II RL habis
Keterangan
01.55 95/63 96 100 Induksi Propofol 50 mg i.v,ketamine 30 mg i.v
diganti RL
03.50 107/64 98 100 roculax 35 mg iv, O2 6 L / menit dan intubasi.
02.10 92/63 100 100 N20 / 02 = 2,5:2,5, total flow 5 L / menit, Isofluran
04.00 109/67 101 100
04.10 112/61 94 100 1-2 vol %.
injeksi Roculax 10 mg, WB habis diganti Whole
infus
Bloodjalur
kolfI kedua,
RL habis diganti
jalur II RLdengan infus HAES
habis diganti RL
04.20 114/60 94 100 500 cc, jalur II RL diganti NaCl
02.20
04.30 89/60
114/64 106
96 100
100
02.30
04.40 84/56
118/68 110
96 100
100 Injeksi efedrin 10 mg i.v
02.40 109/63 105 100
04.50 117/65 94 100 Operasi hampir selesai, N2O dimatikan, isofluran
02.45 injeksi Roculax 10 mg, infus HAES habis diganti
dimatikan, O2 dinaikkan 6 l/menit.
infus NaCl, jalur II NaCl habis diganti RL
05.00 118/66 98 100 Operasi selesai, perdarahan selama operasi kurang
lebih 2200 cc, alat anestesi dilepas
02.50 115/68 92 100
05.10 121/68 102 100 Pasien dipindahkan ke RR
03.00 107/54 88 100
03.10 100/58 94 100 injeksi Roculax 10 mg, infus NaCl habis diganti
Whole Blood 1 kolf, jalur II RL habis diganti RL

03.20 105/56 98 100

Anestesi selesai jam 05.05


Operasi selesai jam 05.00
3. Di ruang pemulihan
Jam 05.10 : pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar dalam keadaan
posisi terlentang kepala diektensikan, diberikan O2 3
liter/menit, lendir dihisap dan tanda–tanda vital dimonitoring
tiap 10 menit.
Jam 05.20 : Pasien sadar penuh .
Jam 05.40 : Pasien dipindah ke ICU.
Monitoring Pasca Anestesi
Jam Tensi Nadi RR Keterangan
05.10 120/70 100 20 O 3 L / menit, lendir dihisap dan monitoring tanda
2
– tanda vital.
05.20 120/70 96 20 Pasien sadar penuh
05.30 120/70 92 20
05.40 Penderita dipindah ke ICU

7
8
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik
akan dibahas masalah yang timbul, baik dari segi medis, bedah maupun anestesi.

A. PERMASALAHAN DARI SEGI MEDIK


Adanya penyakit tersebut menyebabkan perdarahan yang dapat
menyebabkan syok hipovolemik selain itu bila lien tidak diselamatkan dapat
terjadi permasalahan medik yang lain karena tidak berfungsinya lien.

B. PERMASALAHAN DARI SEGI BEDAH


1. Cito yang jika tidak segera dilakukan pembedahan, bisa mengancam jiwa
pasien
2. Kemungkinan kehilangan cairan dan perdarahan dalam jumlah besar.
3. Iatrogenik (resiko kerusakan organ akibat pembedahan)
Dalam mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dipersiapkan jenis dan
teknik anestesi yang aman untuk operasi yang lama, juga perlu
dipersiapkan darah untuk mengatasi perdarahan.

C. PERMASALAHAN DARI SEGI ANESTESI


1. Pemeriksaan pra anestesi
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup, antara lain :
a. Puasa lebih dari 6 jam (pasien sudah puasa selama 6 jam)
b. Pemeriksaan laboratorium darah
Permasalahan yang ada adalah :
a. Bagaimana memperbaiki keadaan umum penderita sebelum dilakukan
anestesi dan operasi. Karena pasien datang dalam keadaan syok
hipovolemik tapi sudah dalam proses perbaikan karena telah dilakukan
terapi cairan oleh pihak bedah.

9
b. Macam dan dosis obat anestesi yang bagaimana yang sesuai dengan
keadaan umum penderita.
Dalam memperbaiki keadaan umum dan mempersiapkan operasi pada
penderita perlu dilakukan :
a. Pemasangan infus 2 jalur untuk terapi cairan sejak pasien masuk RS.
b. Persiapan darah untuk pasien karena adanya perdarahan sebelum dan
selama operasi.
c. Puasa paling tidak 6 jam untuk mengosongkan lambung, sehingga
bahaya muntah dan aspirasi dapat dihindarkan.
d. Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi karena pada operasi
ini diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit dan amnesia dengan
menggunakan premedikasi midazolam dan pethidin. Teknik
anestesinya semi closed inhalasi dengan pemasangan endotrakheal
tube, dan perencanaan ini sudah tepat karena bila dengan face mask
bahaya aspirasi dan terganggunya jalan napas lebih besar
e. Selama operasi dipasang ET teknik cepat.

Premedikasi
a. Midazolam digunakan untuk premedikasi pada kasus ini karena
midazolam mempunyai efek sedatif dan hipnotik kuat serta amnesia
retrograde sehingga mengurangi trauma psikis saat operasi.
b. Untuk mengurangi rasa sakit pra bedah dan pasca bedah, mengurangi
kebutuhan obat anestesi dan memudahkan induksi digunakan fentanil
75 ug IV.
d. Ondansetron digunakan sebagai obat anti emetik (anti mual-muntah),
diberikan menjelang induksi anestesia. Ondansetron ini ditujukan
untuk mengurangi mual muntah selama dan pasca operasi..

10
Induksi
a. Digunakan Propofol 50 mg i.v karena memiliki induksi yang cepat,
masa pulih sadar yang cepat, jarang menimbulkan mual dan muntah,
tensi juga kondisi pernapasan yang normal.
b. Juga digunakan Ketamine 30 mg i.v karena mempunyai efek
menaikkan tekanan darah yang dapat berguna bagi penderita yang
mempunyai resiko syok.
c. Untuk mengurangi cedera karena pemasangan ET, merelaksasikan otot
saluran napas untuk sementara maka digunakan atracurium yang
merupakan pelumpuh otot non depolarisasi.

Maintenance
Dipakai N20 dan 02 dengan perbandingan 2,5 L : 2,5 L, serta Isofluran
1-2 vol%. Derajat kelarutan isofluran dalam darah sedang, potensi
tinggi, sehingga memiliki onset dan pemulihan anestesi yang cepat.

Terapi Cairan
a. Defisit cairan karena puasa 6 jam
2 cc x 55 kg x 6 jam = 660 cc
b. Kebutuhan cairan selama operasi besar dan karena trauma operasi
selama 3 jam
= (2 cc x 55 kg x 3 jam) + (8 cc x 55 kg x 3 jam)
= 330 cc + 1320 cc = 1650 cc
c. Perdarahan yang terjadi = 2200 cc
EBV = 70 cc x 55 kg = 3850 cc
Jadi kehilangan darah = 2200/3850 x 100% = 57,14 %
Diganti dengan cairan kristaloid 4 x 500 = 2000 cc
Diganti dengan cairan koloid 500 cc
Diganti dengan 2 kolf WB 500 cc
Kebutuhan cairan total = 660 + 1650 + 2200 = 4510 cc
d. Cairan yang sudah diberikan :

11
1). Pra anestesi = 2500 cc
2). Saat operasi = 3000 cc
Total cairan yang masuk = 5500 cc
Terdapat urin 500 cc
Jadi terdapat kelebihan cairan yaitu 490 cc, sehingga pengawasan
terhadap pemberian cairan masih diperlukan saat pasien berada di
bangsal, diperhatikan kemungkinan terjadinya overload dan
diperhatikan pula produksi urin.
.

12
BAB V
KESIMPULAN

Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi


yang melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui
kondisi pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat
mengantisipasinya.
Pada makalah ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi umum pada
operasi cito laparatomi eksplorasi pada penderita laki-laki, usia 23 tahun, status
fisik ASA IIE. Dengan diagnosis Peritonitis Generalisata atas indikasi internal
bleeding et causa Ruptur Lien dengan menggunakan teknik anestesi semi closed
dengan ET no.7,5.
Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya permasalahan
yang ada diantisipasi terlebih dahulu sehingga kemungkinan timbulnya
komplikasi anestesi dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang
berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang
pemulihan juga tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan serius.
Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung
dengan baik meskipun ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dobson Michael B. 1994.Penuntun Praktis Anestesi, cetakan I, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Gan, Sulistia. 1986.Farmakologi dan terapi, edisi ke- 3 FKUI, Jakarta.

Muhardi, M, dkk. 1989. Anastesiologi, bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif,


FKUI, CV Infomedia, Jakarta.

Snow, J.C. 1982.Manual of Anasthaesiology, 2 nd edition, Little Brown and


Company, Boston.

Tony H. 1998. Anestesi umum dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Wim de Jong, Sjamsuhidajat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi.EGC,
Jakarta.

Wirjoatmojo, K. 2000.Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk


Pendidikan S1 Kedokteran, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.

34
34

27

Anda mungkin juga menyukai