pencerahan tanpa menjadi bhikkhu? Saya akan berusaha mengulasnya sejauh yang saya tahu. Banyak orang salah mengerti bahwa untuk menjadi tercerahkan harus jadi bhikkhu. Kita tahu bahwa ada 4 macam kelompok di dalam agama Buddha : bhikkhu, bhikkhuni, upasaka(umat 'awam' pria) dan upasika (umat 'awam' wanita). Dalam teks-teks agama Buddha sendiri, Buddha digambarkan sangat menjunjung tinggi dan menganjurkan menjadi bhikkhu (melepaskan keduniawian). Namun kita pun harus kritis. Dalam Dhammapada syair 142, dikatakan bahwa "Walau digoda dengan cara bagaimanapun, tetapi bila seseorang dapat menjaga ketenangan pikirannya, damai, mantap, terkendali, suci murni dan tidak lagi menyakiti makhluk lain, sesungguhnya ia adalah seorang brahmana, seorang samana, seorang bhikkhu." Kata-kata ini diucapkan Sang Buddha ketika adanya kejadian menteri bernama Santati yang mencapai tingkat ke-Arahatan(tanpa menjadi bhikkhu). Dalam kitab Pali Theravada, umat awam yg disebutkan mencapai Ke- Arahatan tidaklah banyak(umat awam dianggap sulit mencapai tingkat Arahat), dan kebanyakan dari mereka langsung menjadi bhikkhu. Contohnya adalah Yasa dan Khema, yang mencapai tingkat Arahat pada saat masih umat awam, namun kemudian langsung ditahbiskan menjadi bhikkhu dan bhikkhuni. Raja Sudhodhanna, ayah Sang Buddha, mencapai tingkat Arahat menjelang kematiannya tanpa menjadi bhikkhu terlebih dahulu. Dalam Kathavatthu juga disebutkan bahwa tidak peduli itu umat awam ataupun bhikkhu, apabila ia dapat membersihkan pikirannya dari kekotoran batin, maka mereka dapat mencapai tingkat Arahat. Raja Milinda(Menander) juga memegang pandangan ini. Dalam beberapa sutta, ada indikasi bahwa Buddha juga secara tidak langsung mengatakan bahwa umat awam mampu mencapai Nibbana. Namun dalam pandangan beberapa umat dan bhikkhu Theravada, umat awam hanya dapat mencapai Sotapanna, Sakadagamin dan Anagamin. Dalam Milinda Panha dan kitab-kitab sesudahnya mengatakan bahwa seseorang umat awam yang mencapai Arahat harus ditahbiskan menjadi bhikkhu dalam waktu batas 7 hari(atau ada yang menyebut satu hari), kalau tidak ia akan meninggal dunia. Pandangan ini, tentu saja, tidak dikatakan oleh Sang Buddha sendiri dan tidak ada dasar yang jelas. Umat awam juga dapat menjadi Pacceka-Buddha, namun begitu ia mencapai paccekabodhi, maka tanda-tanda ke'awam'annya hilang. Dan ada yang unik: Buddha Sobhita, Dhammadassi dan Kassapa Buddha meninggalkan keduniawian dan mencapai keBuddhaan tanpa meninggalkan kerajaan-Nya. :) Dalam Mahayana, peran umat awam sangat menonjol, terutama perumah tangga yang tercerahkan, seorang Bodhisattva bernama Vimalakirti dalam Vimalakirti Nirdesha Sutra. Vimalakirti adalah orang yang benar-benar ada dalam sejarah. Dalam Sutra Vimalakirti, ditonjolkan pandangan non-dualis, kesamarataan gender dan menonjolkan kelebihan umat-umat awam daripada bhiksu serta kebajikan-kebajikan umat awam dsb. Sutra ini menjadi favorit di Asia Timur, di mana memang nilai- nilai masyarakat 'perumah tangga'(bukan monastik) sangat diterapkan dan ditonjolkan, misalnya mempunyai keluarga, berbisnis, bersosialisasi dsb. Ratu Srimala, juga adalah wanita bukan bhikkhuni yang mencapai pencerahan yang mengagumkan. Bahkan figur-figur Bodhisattva dalam Mahayana adalah umat awam, dan hanya Ksitigarbha Bodhisattva (Ti Zang Wang) yang lebih sering digambarkan menjadi bhiksu. Tradisi Jodo Shinshu di Jepang dengan pendirinya Shinran Shonin sangat mengutamakan jalan umat awam. Di Tiongkok dan Jepang sendiri, ada beberapa umat awam praktisi Zen/Ch'an yang tercerahkan. Dalam Mahayana, baik dalam sutra-sutranya, memang tegas menyatakan bahwa umat awam dan bhiksu mempunyai potensi yang sama dalam mencapai pencerahan, baik itu Arahat, Pratyeka Buddha ataupun Bodhisattva ; berbeda dengan pandangan Theravada yang masih agak mengambang apakah umat awam harus menjadi bhikkhu atau tidak untuk mencapai tingkat Arahat. Dalam Vajrayana, umat awam sangat dan lebih menonjol daripada Theravada dan Mahayana. Padmasambhava(Guru Rinpoche), Yogi Tantrik Yang Agung yang dianggap sebagai manifestasi dari semua Buddha, dan murid-muridnya semuanya bukan bhiksu. Dari 84 Mahasiddha(yogi yang tercerahkan), yang bhiksu cuma beberapa saja, mayoritas adalah umat biasa/yogin dengan berbagai macam profesi. Guru-guru agung Vajrayana seperti Marpa malah berkeluarga, Milarepa juga bukanlah bhikkhu. Yeshe Tsogyal, figur praktisi tantra yang sangat hebat dan terkenal, seorang wanita, juga adalah umat awam/biasa. Sakya Pandit pendiri aliran Sakyapa juga menikah dan tradisi Sakyapa berdasarkan garis keturunan dan pernikahan. Di Vajrayana khususnya Nyingmapa juga ada tradisi Ngakpa(laki-laki) dan Ngakmos (wanita), tradisi 'Sangha Putih', yang merupakan praktisi Vajrayana perumah tangga, di mana pernikahan juga dibolehkan. Apakah yang menyebabkan Vajrayana dan Mahayana begitu terbuka, itu adalah penekanan terhadap Shunyata dan Non-dualisme(di mana di Theravada kurang ditekankan) serta Jalan Tengah. Jadi apakah umat awam/biasa/perumah tangga dapat tercerahkan, jawabannya adalah YA. Kalau ada salah, saya minta maaf. Om Mani Padme Hum, The Big Fans of LoTR and HP (Someone asked Marpa, "Marpa, how are you now?" Marpa said, "As miserable as before." The man was bewildered. He said, "As miserable as before?" But Marpa laughed. He said, "Yes, but with a difference, and the difference is that now the misery is voluntary. Sometimes, just for a taste of the world, I move outwards, but now I am the master. Any moment I can go inwards, and it is good to move in the polarities. Then one remains alive. I can move!" Marpa said, "I can move now. Sometimes I move in the miseries, but now the miseries are not something which happen to me. I happen to them and I remain untouched.")