PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif, sangat mampu menjawab
problematika - problematika kehidupan manusia yang kompleks termasuk didalamnya
masalah perekonomian.
Untuk mengatasi masalah perekonomian maka dalam agama islam ada istilah Ijaroh
yg artinya pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan ( sewa menyewa ).
1.2Tujuan
Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
matapelajaran Pendidikan Agama Islam.
1.3Manfaat
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, bisa bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Dasar Ijarah
Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan Hadits. Konsep ini mulai
dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika adanya sistem
bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah Umar yang melarang
pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang ditaklukkan. Dan sebagai
langkah alternatif adalah membudidayakan tanah berdasarkan pembayaran kharaj dan
jizyah. Adapun yang menjadi dasar hukum ijarah adalah
Artinya :
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Artinya :
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Hai ayahku! Ambilah ia sebagai
orang yang bekerja pada (kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
3
2.3 Rukun,Syarat dan Kaidah Ijarah
Sebelum melakukan ijaroh kita harus memenuhi rukun dan syarat – syarat ijaroh.
1. Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah :
a. Adanya pelaku, yaitu mustajir (penyewa) dan mu’jir/muajir (pemilik / yang
menyewakan barang)
b. Adanya Objek, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).
c. Sighat yaitu ijab dan qabul.
1. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang disewakan itu
berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad ijaroh (Jumhur).
2. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.
3. Barang yang disewakan hancur atau rusak.
4. Masa berlakunya akad telah selesai.