Anda di halaman 1dari 15

B.

MASA REMAJA

eBook by MR.

1. PINDAH KE PANGKALAN BRANDAN


Rasyidin adalah adiknya Kak Upik, kakak ipar dari kakak
saya nomor sembilan, Rudy Sukma Syafiie. Kakak saya yang
satu ini agak tidak teratur hidupnya. Saat kecil saja, ia berani
melawan Ayahanda. Hal itu semakin menjadi-jadi setelah
Ayahanda berpulang ke rahmatullah. Ia malahan dipecat dari
Akabri Laut gara-gara waktu itu ikut melawan KSAL Jenderal
Martadinata melalui Gerakan Perwira Progresif Revolusioner
(GPPR). Risikonya tentu saja dia harus hengkang dari aka-
demi terhormat tersebut.
Untunglah kakak saya itu kemudian mendapat jabatan di
Pertamina, sebuah BUMN bergengsi. Setelah itu, ia kemudian
menikah dengan Kak Upik. Setelah menikah, Kak Upik dia-
jak kakak saya ke Pangkalan Brandan, salah satu lokasi minyak
Pertamina. Kedua anaknya, Rina Sukma Syafiie dan David

33
Chandra Viasco Syafiie, lahir di kota minyak ini. Setelah Setengah tahun kemudian, Ibunda datang dari Jakarta
dewasa, Rina menikah dengan dokter gigi yang berdinas di karena Kak Upik hendak melahirkan. Akan tetapi, kata Kak
AL. Sementara itu, David sendiri, setelah menamatkan SMA, Upik, alasan sebenarnya karena rindu kepada saya. Buat saya,
melanjutkan pendidikan ke Akabri Laut, seperti ayahnya. Saat itu tidak menjadi persoalan. Baik karena anaknya atau karena
buku ini ditulis, ia berpangkat kapten laut marinir. cucunya, yang penting saya jadi memiliki sumber keuangan
Suatu saat, melihat Rasyidin pindah ke Pangkalan Bran- karena Ibunda akan banyak mendapat kiriman uang dari
dan, saya juga ingin ikut pindah ke sana lewat Medan. Apalagi, anak-anaknya yang lain.
saat itu saya belum pernah naik pesawat udara. Masalahnya, Sudah dua kali saya melihat orang cantik dalam hidup
tiket yang tersedia hanya untuk Kak Upik. Akhirnya, saya saya. Pertama kali waktu SME Namanya Jenni. Kemudian
ikut secara nekat dengan Rasyidin. Setelah pesawat itu me- waktu SMA. Namanya Sri. Akan tetapi, keduanya bukan tipe
laju dengan kencang di udara, pemeriksaan tiket kami rasa saya karena pendek, kecil, dan kata orang ada panunya. Wah,
tidak akan melemparkan kami turun ke bumi, karena sudah lucu deh.
meninggalkan Jakarta. Akan tetapi, bagaimanapun, kami ada- Saat SMA, saya mulai mencoba main drama dan melawak.
lah penumpang gelap. Hal inilah yang kemudian membuat Akan tetapi, kebanyakannya ternyata tidak lucu. Saya malu
kakak saya di Medan harus dipotong gajinya. sekali. Meski demikian, yang membanggakan adalah saya
Saya kemudian sekolah di SMA Negeri Pangkalan Bran- berhasil melukis lukisan Baliho sebesar dua belas meter pan-
dan. Sementara itu, Rasyidin bersekolah di salah satu SMP jangnya dan empat meter tingginya. Uang honornya saya be-
swasta. Pada tingkat SMA inilah saya belajar merokok. Un- likan sate padang untuk Ibunda.
tungnya tidak sampai kecanduan karena saya juga khawatir Saya lulus dari SMA Pangkalan Brandan tanpa prestasi apa
dihajar Rudy, kakak saya. pun. Kepindahan membuat nilai saya berantakan. Bahkan,
Kami tinggal di rumah Kepala Kantor Pos Pangkalan hampir saja saya tidak boleh mengikuti ujian karena ijazah
Brandan. Kami tidak memiliki hubungan keluarga dan tidak SMP saya tertinggal di Jakarta sehingga harus ujian di SMA
ada pula hubungan kedinasan apa pun dengannya. Akan te- Negeri Binjai. Untunglah, hal ini tertanggulangi. Ijazah
tapi, tanpa bayar dan tanpa permisi, kami diperbolehkan ting- SMP saya dikirim dari Jakarta sehingga saya tetap ujian di
gal di sana. Masya Allah, luar biasa kebaikan hatinya. SMA Negeri Pangkalan Brandan. Semua itu berakibat pada

34 35
kegagalan saya mengikuti tes penerimaan mahasiswa Fakul- Di FK Usakti inilah saya berkenalan dengan Rudy Har-
tas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). tono, yang ketika itu namanya melejit karena kemenangannya
di All England. Kami berfoto bersama sebagai teman kuliah.
Ibunda dan Rasyidin menyusul ke Jakarta setelah saya
Saat itu, tepatnya tahun 1971, ia dinobatkan menjadi "Pangeran
mendahului mereka karena ingin cepat mencari tempat kuliah
Trisakti". Sementara itu, "Ratu Trisakti" dimenangkan oleh
di Pulau Jawa. Saat itulah pertama kali saya naik kereta api
Heidy yang bibirnya seksi.
tanpa membayar dan dimarahi masinis. Saya berkeliling men-
cari sekolah di Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Begitu mulai ditagih uang SPP, saya hengkang dari Tri-
Bandung. Lama saya kagum pada Universitas Gajah Mada sakti. Apalagi, uang praktik terasa sangat menyulitkan. Tiga
dan berkeinginan untuk memasukinya. Inilah yang kemudian tahun kemudian, saya mulai mengikuti kehidupan Jakarta.
kelak saya syukuri karena cita-cita tersebut ternyata terkabul, Saya pengangguran dan mencari kerja ke sana sini untuk da-
meskipun setelah tigapuluh tahun kemudian. pat memenuhi kehidupan sehari-hari. Ibunda mulai didera
sakit jantung. Keluhan dari anak-anaknya rupanya beliau pen-
Gagal masuk FKUI membuat saya mengikuti bimbingan
dam dalam batin yang kemudian memunculkan dampak bu-
belajar pada Drs. Medical Sikky Mulyono sekaligus kursus
ruk pada tubuhnya.
bahasa Inggris pada Mozal Ganie. Selain itu, saya mulai di-
pengaruhi oleh buku bahasa Inggris karangan Sutan Sulaiman Uda kemudian menikah dengan Mbak Ning yang setahun
yang judulnya Sistem Limapuluhjam. kemudian melahirkan anak mereka, Melly Society. Ibunda
senang sekali memperoleh cucu yang beliau tunggui di Rumah
Karena keinginan saya untuk menjadi dokter tetap ada,
Sakit Santo Carolus berhari-hari itu.
saya mohon kepada Uda untuk membiayai kuliah saya pada
Fakultas Kedokteran Trisakti, sekaligus kos di Grogol. Sebe- Kak Upik maupun Mbak Ning sebetulnya berebut kasih
narnya, permintaan ini merupakan permintaan yang tidak sayang dari Ibunda. Akan tetapi, saya lihat beliau adil saja
tahu diri. Karier kakak yang saya panggil Uda sebagai pebis- membagi perhatiannya kepada kedua menantu perempuan-
nis itu sedang jatuh bangun. la bahkan terkadang menginap nya itu. Sayang, kehidupan kami sangat sulit. Beliau mulai
di tempat saya karena dikejar-kejar orang yang menagihnya. mencari utang sepanjang Kota Jakarta.
Akan tetapi, rasa tahu diri saya masih lemah tampaknya. Sa-
ya malah merasa happy dengan berbagai persoalan.

37
36
Dalam kondisi seperti itu, ada tawaran dari kakak saya Sebenarnya, saat itu Ibunda sedang bahagia karena cu-
di Irian Jaya agar kami pindah saja ke Jayapura. Akan tetapi, cunya dari kakak saya, Kama Sudra Syafiie, baru saja lahir.
dari tahun ke tahun, hal itu tinggal rencana. Rasanya, kota itu Anak itu diberi nama Melly Society Syafiie. Walaupun beliau
terlalu jauh untuk dikunjungi. Sampai kemudian, terjadilah sakit jantung, batinnya sedang terobati sehingga bahkan tidak
musibah yang paling saya takuti. Ibunda terenggut ajalnya di peduli akan larangan makan garam dari dokter. Di samping
atas mobil butut kakak saya di bawah Jembatan Semanggi. Saya itu, beliau takut orang lain tidak suka dengan makanan tawar.
marah kepada Allah. Saya kecewa dan saya mulai menghadapi Oleh karena itu, beliau pun mengalah.
perubahan hidup yang drastis. Saya berpikir tentang rencana Setelah mendapat lambaian tangan Ibunda, pelan-pelan
Allah kepada saya dengan mencabut nyawa Ibunda tanpa sakit saya ditelan kabut subuh karena berangkat jam 04.30 wib.
terlebih dahulu. Wiajah Ibunda begitu jelas dengan tangan melambai, tanpa
pesan dan tanpa peringatan. Beliau hari itu akan ikut kakak
saya untuk mengambil honornya sebagai karyawan di salah
2. DITINGGAL IBUNDA
satu perusahaan bisnis.
Hari itu tanggal 12 juni 1974. Sebenarnya, saya akan
berulang tahun. Akan tetapi, inilah satu-satunya tahun yang Saya tidak mengerti, apakah peristiwa drastis tersebut
saya tidak sadar bahwa ulang tahun akan berlalu begitu saja. menggambarkan ketidak-beruntungan hari itu atau hal la-
Peristiwa besar itu terjadi tahun ini. Ibunda, tanpa sakit yang innya. Yang jelas, Ibunda meninggal dunia di mobil kakak
membuatnya harus terbaring di rumah sakit ataupun di saya karena serangan jantung mendadak. Di PT Centex, saya
rumah, tiba-tiba berpulang tanpa pamit. Padahal, saya baru dipanggil atasan saya, seorang Jepang. Saya dirangkulnya. la
saja diterima di PT Centex, sebuah perusahaan milik Jepang. berucap, "Harusa Sabaru!" Maksudnya, harus sabar. Maklum,
Saya tidak lagi melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran orang Jepang tidak mampu mengakhiri kata dengan huruf
Universitas Trisakti karena kesulitan biaya. konsonan.

Ibunda mengantarkan saya untuk terakhir kalinya di pin- Saya melihat ada tetangga yang menjemput saya. Saat saya
tu gerbang rumah di Jalan Pramuka, Jakarta. Rumah kontrak- tanya, dia menjawab bahwa Ibunda sakit dan tidak apa-apa.
an kami yang murahan kami tinggal bersama kakak saya yang Akan tetapi, feeling saya sebagai anak menggelora. Tiba-tiba,
nomor sepuluh. saya pun menangis.

38 39
Turun dari angkutan kota rasanya lama. Apalagi, jarak da-
nazah Ibunda. Saya mengonsentrasikan takbir. Saya shalatkan
ri jalan raya sampai di rumah terlalu jauh. Saya berlari untuk
jenazah Ibunda. Saya berdoa. Saya nadzarkan tubuh saya jadi
mempercepat langkah. Begitu saya melihat bendera kuning,
anak yang shalih. Kalau tidak, doa saya tidak akan diterima,
perasaan tidak enak menyelimuti tubuh. Orang-orang yang
begitu kata Nabi saya. Saya berjudi dengan Allah bahwa saya
berkerumun berseru ramai, "Anak bungsunya datang!"
harus shalih. Saya ingin, setiap ibadah saya karena Allah dan
Saya melayang di atas bumi. Tanah terasa turun terlalu pahalanya untuk Ibunda.
jauh. Saya terjatuh dan kembali berdiri. Saya melihat, di atas
Saya merasa lelah karena berangkat dari pagi. Saya pun
tempat tidur di tengah ruangan, Ibunda terbaring dikelilingi
tertidur di sebelah jenazah Ibunda, tetapi tidak lelap. Sebentar
orang banyak. Mereka menyingkir semuanya dan saya mena-
kemudian, saya terjaga dan kembali menangis.
ngis sejadi-jadinya.
Terdengar lagi orang yang berkomentar, "Inilah risiko
Saya mendengar komentar bahwa daripada diam, lebih
anak bungsu yang manja". Saya tidak peduli dengan komentar
baik saya menangis. Rasanya komentar itu tidak terlalu baik.
itu. Komentar itu salah. Artinya, anak yang dimanja sangat
Akan tetapi, biarlah mereka berkomentar. Meski demikian,
hormat kepada ibunya, akan menghormati ibunya, bersum-
komentar itu tidak bisa hilang sampai saat ini.
pah akan membunuh kalau ada orang yang mempecundangi
Saat itu, saya memohon kepada siapa saja agar sayalah ibunya. Seorang ibunda sangatlah agung di mata anaknya.
yang akan memandikan jenazah agung tersebut. Saya siram Seperkasa apa pun seorang anak, ia harus takut, tunduk, dan
perlahan-lahan. Saya sabuni sekujur tubuhnya hingga rahim hormat kepada ibunda kandungnya.
tempat saya bernaung sembilan bulan sepuluh hari.
Hari itu, Ibunda dimakamkan, diiringi kumandang adzan
Saya kembali tidak kuat. Apalagi ketika melihat di mana Maghrib. Seminggu lamanya, saya menjadi penghuni Pema-
saya diberikan air kehidupan. Bumi terasa menjauh lagi. Sa- kaman Karet. Saya takut serta trauma ketika disuguhi adzan
ya berusaha untuk tidak pingsan. Orang-orang mengangkat Maghrib. Hal itu mengingatkan, seakan peristiwa kematian
Ibunda. Saya pun lalu mengambil air wudhu. Ibunda terulang.
Saya tidak tahu apa yang terjadi. Yang saya lihat, orang
sudah menshalatkan beliau. Saya berdiri sendiri di depan je-

40
41
JAHITAN IBUNDA YANG TERAKHIR

Baju itu masih saja tergantung


Di atas paku di sudut kamar itu
Tidak akan kupakai selamanya
Karena akan kujadikan jimat bagi diriku

Baju itu sebenarnya masih baru


Tetapi karena ada robek di ketiaknya
Ibunda berjanji akan menjahitnya
Nantilah nak akan Ibunda selesaikan jahitannya

Karena penyakit jantungnya yang menahun


Ibunda tersadai di pembaringan
Berkelindan dengan maut yang sulit ditolak
Meninggalkan bajuku yang belum selesai terjahit

Kini baju itu kubawa ke mana pergi


Menjadi jimat bagi diriku
Melarang melakukan apa yang dilarang agama Ibunda
Tergantung di setiap pojok kamar yang kupindahi

Baju itu tetap saja tergantung


Melepas kepergian Ibunda
Belum selesai terjahit
Jahitan Ibunda yang terakhir

42 43
Sampai di Biak, saya mengajak kedua anak laki-laki ini
3. BERANGKATKE IRIAN JAYA
berjalan-jalan di pantai. Mereka sontak berteriak, "Asyiiik...!"
Pesawat Garuda membawa saya untuk kali pertama ke Iri- Wah, ternyata nakal juga anak-anak ini. Saya mencoba berce-
an Jaya. Sebelumnya, saya dan Ibunda berjanji tidak akan ke rita mengenai kisah kuno Mahabharata: bahwa keponakan
Irian karena jauh dari Jakarta, apalagi dari Sumatera. Pikir sa- hams hormat kepada pamannya. Hal ini kelak berpengaruh
ya orang-orangnya keriting dengan kulit yang hitam legam. kepada kedua anak ini sampai masing masing dari mereka
Kini, dalam keadaan berkabung, saya berangkat ke Irian Jaya. berkeluarga. Cerita yang mereka senangi adalah pengorbanan
Kakak saya nomor delapan membawa saya ke tempatnya dan Gatotkaca kepada pamannya: Arjuna.
suaminya yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Kakak saya
Hanya enam bulan kuliah di Akademi Ilmu Administrasi
adalah dokter gigi pada salah satu puskesmas. Sementara itu,
dan Akuntansi, saya berkenalan dengan Ermaya Soma Winata
kakak ipar saya adalah Kepala Sub Direktorat Pendaftaran
yang sekarang menjadi Gubernur Lembaga Pertahanan Na-
Tanah Provinsi Irian Jaya di Jayapura.
sional. Kemudian, saya dimasukkan kakak ke Akademi Pe-
Ketika pesawat raksasa itu melewati Pekuburan Karet, merintahan Dalam Negeri (APDN) Jayapura. Di sinilah saya
saya menangis. Saya tutupi muka saya, malu kepada kakak. digojlok dengan pukulan. Saya tidak mau merasakannya. Saya
Seharusnya mereka tahu, saya masih berkabung. Akan teta- sudah lama mau mati menyusul Ibunda. Akan tetapi, mau
pi, mungkin saya akan menjadi gelandangan kalau tetap di bunuh diri tidak mungkin.
Jakarta.
Di APDN, saya melihat ada seorang anak Irian seumur
Sudah sebulan semenjak meninggal Ibunda, saya tidak saya yang juga tabah dipukuli. Waktu istirahat, saya me-
makan sate padang kesukaan Ibunda. Ini saya niatkan terus- ngatakan bahwa Ibunda baru saja meninggal tahun lalu.
menerus sehingga berlangsung sampai lima tahun. Padahal, di Ternyata ia juga memiliki kesamaan. Kemudian, saya bercerita
Jayapura ada juga orang yang menjual sate padang. juga bahwa Ayahanda sudah lama meninggal. Ia juga bercerita
Selama perjalanan, dua anak kecil memerhatikan keadaan hal yang sama. Yang saya tidak suka, ketika saya mengatakan
saya. Yang satu bernama Aldi dan yang satu lagi bernama bahwa saya anak bungsu dari dua belas bersaudara, ia juga
Indra. Keduanya adalah anak kakak saya, keponakan saya. mengatakan demikian, tetapi anak bungsu dari sembilan ber-
Tampaknya, kedua anak ini prihatin, terutama mungkin juga
karena kami jarang bertemu.
45
44
saudara. Saya tidak percaya. Akan tetapi, belakangan saya tahu Di samping itu juga, saya menggabungkan diri dengan
bahwa dia sesungguhnya jujur. para seniman kampus: Gatot Marsigit, Alowa Dodo Hulu,
Marthen Rohrohmana. Selamanya, mereka akan tercatat
Kebanggaan saya tumbuh di sini. Saya memenangkan sa-
dalam kehidupan saya di kemudian hari karena semuanya
yembara mengarang. Akan tetapi, hadiahnya diambil oleh se-
menjadi sponsor pernikahan saya yang menggemparkan.
orang murid bernama Imam Riyadi yang berbakat untuk itu.
Sedangkan anak Irian lainnya bernama Mathias Mandowen,
justru sering membantu saya sampai rela berkelahi dan benjol- KENYATAAN 22
benjol.
Inilah untuk pertama kali saya memperoleh teman sejati Dalam hidup yang jarang akan sampai seratus tahun
kelak sampai tua. Kendati kami berbeda suku, berbeda agama, Kenapa tidak kau terjang saja segalanya ini
tetapi memiliki kesamaan dalam nasib. Lebih hebat lagi, Telan kepahitan tanpa peduli
setelah bersahabat dengannya, seluruh kemiringan tentang Dan setelah itu bersalu dengan bumi
manusia Irian pupus sudah. Anak ini mengungguli saya dalam Mati
berbagai hasil ujian, berkata jujur, terbuka, dan sopan. Hanya
saja, ia memang tukang berkelahi. Badannya memang cocok Untuk berbuat seenak hati
untuk hal itu: tinggi, besar, keriting, hitam, dan hidup lagi. Ada rasa tidak tega, Tuhanku
Dalam persahabatan inilah saya diajaknya ke gereja dan Akhirnya saya larijugapada Mu
saya juga mengajak dia ke masjid. Saya tidak tahu apa yang Wahai Yang Maha Melihat
dibacanya ketika dia ikut shalat. Kepalang basah, kami, ber-
sama dengan Agung Anom Mahardika, menuju pura per-
4. PRAJA APDN ITU LARI KE HONGKONG
sembahyangan umat Hindu di Jayapura. Kami bertiga juga
Sebenarnya, saat itu kami tidak disebut praja, tetapi taruna.
kemudian memperbesar geng kami menjadi berlima, setelah
Saya hanya suka sekolah pamong praja ini karena bapak saya
ditambah dengan Marthinus Randongkir dan Pardamaian
pernah menjadi bupati di Bengkalis. Rasanya, saya ingin juga
Simatupang. Kelimanya adalah mahasiswa APDN Jayapura
memimpin rakyat dengan jujur.
yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan praja.

47
46
Dengan masuk APDN, kebebasan saya menonton film dan saya naik ke atas kapal tanpa membayar tiket. Sebagai kon-
main drama terbelenggu. Saya dihajar oleh pendidikan disiplin sekuensinya, saya rela mencuci kapal.
dengan pukulan. Beberapa kali saya berekelahi dengan teman Waktu transit di Ujungpandang dan terlambat naik kem-
sekelas, namun terhadap senior (kakak kelas) tidak berani. bali ke kapal, saya diantarkan pandu laut mengejar kapal
Jiwa almamater terbentuk karena senasib sepenanggungan. yang sudah mengangkat jangkar. Kapten kapal menampar
Kami berbincang tentang pacar dan pengalaman masa lalu. saya. Dia duduk bersama pacarnya yang wajahnya tampak
Ada yang menyenangkan karena lucu dan ada pula yang ber-
cabul. Mulailah timbul kebencian saya kepada awak kapal
lebihan sampai mengganggu orang lain.
yang hidup seenaknya itu. Tampak pasti, mereka mempunyai
Keilmuan pemerintahan saya peroleh di tempat ini. Kam- keluarga (anak dan istri) di kampung halamannya.
pus ini berjuluk Yoka Pantai karena tempatnya persis berada Saya turun di Surabaya. Dari berita di koran, saya melihat
di pinggir Danau Sentani yang sisi utaranya bernama Yoka. sedang ada pemutaran film Isabela Sarli, bintang yang seksi
Ketika saya memperoleh uang tunjangan ikatan dinas yang mandraguna.
ditumpuk setahun, saya mempersiapkan perjalanan pelarian Perjalanan selanjutnya saya tempuh dengan kereta api
ke Hongkong. Saya membaca reklame (iklan) penerimaan menuju Jakarta. Di kereta api ini saya berkenalan dengan
pemain film bersama Yenni Hu. Saya pamit kepada teman- sepasang turis laki-laki dan perempuan yang tidak mampu
teman, tetapi tidak kepada kakak. Saya khawatir kakak akan berbahasa Indonesia. Saya mengaku dari Papua sehingga me-
menghalangi saya.
reka mengira saya sebagai turis dari Papua New Guinea.
Saya naik kapal dan tidur di palka. Belum tiga hari di Bersama turis itu, kami tidak ke rumah kakak saya yang di
perjalanan, saya berkelahi dengan orang tidak dikenal. Gara- Jakarta, tetapi langsung ke Jalan Sabang, tempat berkumpul
garanya, ia meminjam seenaknya tape recorder milik saya. Se- para turis asing. Saya dilarang menginap karena berwajah In-
telah kami dipisah orang, saya menerima kembali tape recorder donesia. Akan tetapi, kedua turis Barat tadi membelaku.
kesayangan saya itu.
Malamnya, mereka mandi dan membersihkan diri. Saya
Saya juga takut melanjutkan perkelahian karena awak ka- takut keduanya bersetubuh seperti kebanyakan kata orang
pal pasti memarahi saya. Mereka semua mengetahui bahwa tentang mereka. Rupanya itu tidak terjadi karena mungkin

48 49
bukan kelompok Hippies yang hidup seenaknya. Barangkali nado, Vonny Sumangkut; dan anak Jawa yang pandai menari
mereka mahasiswa karena sepanjang malam saya melihat Bali, Endang Karmin.
mereka menulis catatan harian sambil menghitung segala pe- Ketika mencapai tingkat tiga, saya mempersiapkan skripsi
ngeluaran. Kami tidur terpisah pada tempat tidur sederhana dengan judul Penumbuhan dan Pengembangan Objek-Objek Pa-
yang bertingkat. Saya sendiri berada di tempat tidur tingkat riwisata dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
dua, sedangkan mereka di tempat tidur tingkat satu. di Kabupaten Daerah Tingkat II Jayapura. Pembimbing saya
Saya kesulitan uang ketika mulai mengurus paspor dan adalah Drs. Muhammad Stoffel. Saya senang sekali karena ke-
ongkos tiket kapal ke Hongkong. Untuk itu, saya musti men- rinduan mengarang saya tertantang oleh kegiatan ini.
dapat tambahan biaya. Satu-satunya sumber adalah kakak sa-
ya. Akan tetapi, saya pasti akan dimarahinya. Saya akan di-
5. DI TENGAH BELANTARA PAPUA
anggap sebagai pelarian, terutama ketika telegram dari Irian
Saya ingat Ibunda dan Ayahanda yang tidak ada lagi. Wi-
Jaya datang bahwa saya harus ujian semester. Kakak saya ter-
suda saya praktis hanya dihadiri kakak.
nyata sudah mengetahui semuanya. Mereka pun telah mem-
persiapkan tiket pesawat agar saya kembali ke Irian Jaya de- Saya mulai akrab dengan kepribadian kakak saya yang
ngan pesawat. berbeda dengan kakak-kakak saya yang lain. Mereka terbiasa
teratur dengan makan siang, tidur malam, dan pengaturan
Saya mendapat skorsing dari APDN. Walaupun ujian dapat
barang-barang rumah tangga. Ketika berangkat ke Jakarta,
saya lewati, namun saya harus mengulang setengah tahun.
pindah untuk seterusnya, mereka memberi saya beberapa ba-
Setelah itu, saya harus menjalani operasi ambeien. Sebulan rang yang tidak dapat mereka bawa ke Jakarta, seperti bunga
saya dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Jayapura, ditemani palm yang potnya sebesar drum. Seluruhnya kemudian saya
Mathias Mandowen, anak Irian yang baik itu. Kami bercerita boyong ke Kota Merauke, tempat saya bekerja menjadi PNS,
tentang almamater yang kompak, terutama Pardamaian Sima- selepas kuliah di APDN.
tupang yang curang, I Gusti Agung Anom Mahardika yang
Saya merasa asing di kota yang banyak rusa ini. Akan
rapi, Marthinus Randongkir yang genit. Kami pun berceloteh
tetapi, kesibukan untuk pertama kalinya menjadi pegawai
tentang anak perempuan Irian, Adolvina Yarangga; anak Ma-
negeri membuat saya asyik. Bayangkan, saya mendapat ja-

50 51
batan sebagai Kepala Sub Bagian Agama, Pendidikan, dan
dan Arif Arphan. Marcus kemudian masuk Islam, Yustina
Kebudayaan, satu tingkat di bawah Kepala Bagian Kese-
memenangkan lomba nyanyi, dan Arif Arphan menjadi staf
jahteraan Rakyat. Kerja saya mempersiapkan guru teladan
saya pada bagian humas. Teater ini perlahan-lahan menjadi
dan murid teladan. Waktu itu, yang menang menjadi murid
besar sehingga anggota aktifnya mencapai enampuluh orang.
teladan adalah Rita Erna Kusumaningtyas. Sementara itu,
Ulang tahun pertama teater dibuat besar-besaran sehingga Bu-
yang memperoleh ratu kecantikan Merauke adalah Happy
pati Kepala Daerah Tingkat II Merauke hadir memberikan
Wahyunani. la memang cantik, tetapi senang berpacaran de-
sambutan. Sebuah prestasi yang kami buat waktu itu karena
ngan anak Cina yang banyak uang.
teater lain yang ikut menjamur tidak dihadiri oleh pejabat
Tidak sampai satu tahun memangku jabatan tersebut, sa- politik ini. Mungkin juga karena kami selalu latihan di kantor
ya dinaikkan menjadi Kepala Bagian Humas dan Protokol pemerintah daerah ini.
Setwilda Tingkat II Merauke. Saya betul-betul suka. Selain
Kepemimpin di teater ini jauh lebih saya sukai daripada
diberikan kendaraan motor dinas, saya diperbolehkan tinggal
jabatan struktural. Akan tetapi, antara tugas kehumasan sa-
di rumah dinas yang terkenal dengan sebutan Wisma Praja.
ya dan teater dapat saya jadikan satu karena keprotokolan
Di sini, saya berhasil mendirikan teater Teater Pringgan- Pemda Merauke memerlukan sentuhan seni seperti ini. Meski
dani Junior dan sekaligus memimpinnya. Disebut junior ka- demikian, tidak sedikit pejabat yang levelnya lebih tinggi
rena Teater Pringgandani pernah berdiri sebelum kehadiran membenci saya karena saya menggiring suasana teater ke da-
saya di kota ini. Berbagai kejuaraan seni kami rebut, seperti lam kantor yang serbaresmi ini.
drama, tari, nyanyi, dan lukis. Saya pun sering dikirim ke
Anak-anak gadis di SMA dan SMEA yang hanya satu-
Manado, di samping karena saya memang kepala hubungan
satunya di kota ini tentu menjadi perhatian utama untuk dita-
masyarakat di daerah itu. Teater ini didirikan bersama Su-
rik. Bagaimanapun, pertunjukan-pertunjukan memerlukan
wondo, guru SMP Negeri II Merauke; Mukhtar Mario Kadir,
daya tarik guna menghadirkan penonton sebagai sumber pun-
seorang pengasuh pramuka; dan Victor Rudy Kurnia Supardjo,
di-pundi biaya teater yang besar. Beberapa anak SMA dan
yang kata orang memiliki kakak sangat cantik.
SMEA yang perlu didekati saat itu antara lain Mamah yang
Selain itu juga, banyak anggota yang kami bina, seperti rajin mengaji, Bertha Tampang yang penyakitan, Endang Kar-
Marcus Bakreki, Yustina Pujianty Lestari, Nur Hasanah, min yang ketiaknya bau, Arlyn yang dipacari Yulius Papilaya,

52
53
dan Waty yang berjualan bensin. Teater saingan kami waktu Jangan membayangkan Bandar Udara Ewer seperti
itu bernama Teater Cendrawasih. Cengkareng atau Kemayoran. Lapangan Udara ini hanya
Waktu mendapat tawaran Bupati Merauke untuk men- mempunyai kantor persis gubuk yang diisi orang kalau ada
jelaskan kepada masyarakat pedalaman Irian Jaya bahwa pesawat datang. Antara Asmat yang beribukota Agats dan
gerhana matahari tahun 1982 tidak boleh ditatap, saya menye- Ewer dibatasi oleh dua buah sungai besar yang bertemu di
tujuinya. Waktu itu, kota yang dilewati adalah Yogyakarta, muara Laut Arafuru. Oleh karena itu, putaran arusnya besar
Ujungpandang, dan Merauke pedalaman. Pesawat khusus dan banyak menelan korban orang yang naik perahu pada
dicarter untuk saya dari Obaa menuju Asmat setelah dari Me- waktu gelombang hendak pasang.
rauke kami berangkat bersama-sama. Jadij karena melihat waktu maghrib sudah hampir tiba,
Semula, saya merasa sunyi setelah berpisah dengan te- para penjemput saya yang datang dengan tiga perahu terpaksa
man-teman petugas. Perjalanan bisa menghabiskan waktu pulang agar tidak bertemu dengan gelombang pasang. Pilot
satu bulan. Saya pikir, ini adalah pengalaman berharga bagi yang mengantarkan saya pun tanpa sengaja meninggalkan
saya, apalagi Asmat terkenal dengan seni pahat dan dramanya. saya sendiri di Ewer. Tidak ada penduduk yang tinggal di
Saya pun berangkat. Bandar Udara Ewer. Yang ada hanyalah bekas kuburan tenta-
ra Jepang yang menjadi korban Perang Dunia Kedua. Ini-
Asmat memiliki lapangan udara yang terpisah dari kota-
lah untuk kali kedua saya seorang diri di hutan tanpa manu-
nya karena perkampungan Asmat sendiri tidak dapat didarati
sia setelah beberapa bulan sebelumnya pernah berjalan kaki
pesawat. Bayangkan, seluruh kecamatan ini digenangi air la-
antara Mindiptanah ke Waropko.
ut sehingga penduduknya hidup di atas perahu atau rumah
yang ditancap di atas laut. Mereka mandi dari air hujan yang Malam itu, lampu senter saya nyalakan hanya sebentar-se-
ditampung berdrum-drum jumlahnya. bentar karena khawatir tenaga batere mengecil. Tanpa nyala
sama sekali, saya tidak mungkin berjalan. Selain itu, saya
Karena pilotnya tidak terikat pada agenda kerja yang pa-
harus mengetahui apakah di sekitar saya ada ular atau tidak.
dat, dia mengajak saya melihat matahari yang akan sangat
Binatang buas lainnya di Irian Jaya tidak ada.
menggemparkan itu. Kami berkeliling-keliling ke udara dan
baru kemudian mengantarkan saya ke Asmat. Rasa sunyi seperti ini membuat saya menerawang mem-
bayangkan makhluk halus yang tidak mungkin datang. Saya

54 55
pikir, apabila hantu yang banyak diperbincangkan orang itu Dengan kamera milik bagian humas, saya mencoba men-
datang, tentu di antaranya adalah Ibunda dan Ayahanda. cari kenalan. Semua itu juga disertai keberanian mengikuti
Saya berceloteh pada belalang yang tiba-tiba saja muncul di bupati ke sana kemari. Seorang juru foto memang mendapat
hadapan saya, "Kamu jangan pergi kawan! Tidak ada teman keleluasaan. Di samping itu, orang-orang memang pada da-
lain yang mau diajak bicara selain kamu!" Belalang ini pun sarnya senang dipotret karena kecintaan mereka terhadap
menggerak-gerakkan belalainya. Mungkin itu tanda setuju. wajah mereka sendiri dan selalu ingin mereka abadikan. Saya
Rasa lapar saya dan mungkin rasa lapar belalang ini tidak lagi bahkan pernah membawa kamera kosong tanpa film, terus
terasa karena kami sama-sama menunggu pagi, menunggu saja memotret orang lain. Saat itu bertepatan dengan persi-
matahari yang membawa gerhana yang menggemparkan itu. apan peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indo-
nesia yang ke-37. Untuk kali pertama, Kabupaten Daerah
Dalam keadaan sunyi seperti ini, saya pun teringat tu- Tingkat II Merauke mengadakan upacara kenegaraan mema-
nangan saya yang tidak pernah saya sentuh. la begitu cantik, kai Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Anak-
tetapi tukang menyeleweng. Oleh karena itu, mending cincin anak SMA, SMEA, Polisi, Angkatan Darat (Kodim), Angka-
tunangan yang saya pakai saya kuburkan di tengah hutan Pa- tan Laut (Sional), dan Angkatan Udara bersama-sama berlatih
pua agar berkelindan dengan hantu Irian Jaya. di Lapangan Mandala Merauke.

Pengerek bendera yang berada di tengah adalah seorang


6. PEREMPUAN ITU BERNAMA INDAH wanita murid kelas III IPS SMU Yohannes XXIII Merauke.
Saya tidak peduli apakah seorang perempuan tertarik atau Rata orang, namanya Indah. Rambutnya sebahu dibiarkan
tidak kepada saya. Yang penting, saya yang harus lebih dulu lepas. Tingginya 170 centimeter. la pendiam dan jarang se-
tertarik. Saya tidak boleh gede rumangsa terhadap perempuan, nyum. Pinggangnya langsing dililit oleh pakaian rapi dan
padahal modal saya hanyalah keamburadulan tampang, ke- bersih. Sulit untuk memulai pembicaraan, apakah ia mau di-
miskinan, dan kehidupan sebagai petualang seperti ini. Umur potret atau tidak. Akan tetapi, tidak mungkin ia menolak kalau
saya sudah tiga puluh tahun. Saya pun sibuk main drama yang fotonya ada pada saya. Saya akan menghadiahkan peristiwa
kebetulan sepadan dengan jabatan saya sebagai humas pemda abadi itu, terutama karena pada tanggal proklamasi ternyata ia
yang senantiasa berkeliaran dengan motor dinas pemerintah. berulang tahun. Saya kira, itulah alasan yang paling tepat.
Saya adalah bujang lapuk.

57
56
Hari upacara itu begitu meriah, diperingati di seluruh pimpin. Jadi, alasannya semakin tepat. Selain itu juga, adik
Indonesia. Saya sudah berpakaian rapi. Tekad saya, ia harus bungsunya yang nomor tujuh bersedia kalau saya mengajar
melihat saya dari sebelah kiri karena di pipi kanan saya membuatkan pekerjaan rumah. Semakin tepat alasannya.
tumbuh jerawat abadi sebesar jagung yang belum sempat Saya membiasakan malam Minggu bertandang ke rumah-
dioperasi. Saya mencarinya sepanjang kumpulan anak-anak nya. Rutin dan mungkin menyebalkan bagi orang lain. Ini
yang menggerek bendara merah putih. Tidak ada!
berlangsung dua tahun sampai dia lulus SMA. la ternyata ber-
Ketika sirine berbunyi kencang, bendera dengan penga- niat masuk APDN, seperti saya, di Jayapura.
walan ketat pasukan kehormatan tiba. Astaga, rupanya wa- Tentu sebuah kegagalan kalau ia sampai masuk APDN
nita belia itu yang membawa bendera dari rumah bupati. Ia atau perguruan tinggi mana saja karena hal itu berarti me-
berpakaian putih-putih, memakai peci hitam, dan di balik ninggalkan saya di Merauke. Ya, saat itu, di Kota Merauke
bajunya terselip syal merah putih. Roknya selutut. Sempat
tidak ada satu pun perguruan tinggi dan akademi.
saya lihat betisnya yang indah dengan sepatu tinggi yang
Saya mencoba membuatkan surat lamaran agar ia dapat
serasi. Tidak satu pun yang berani melarang saya, humas pem-
bekerja di kantor-kantor pemerintah. Saya adalah bujang la-
da yang sibuk ini, memotret. Bukankah juga mereka tidak
tahu maksud saya? Mulai dari laporan sampai dengan bende- puk yang bekerja di kantor pemerintah dan sudah terbiasa
ra dikibarkan, kamera saya berkilauan memburunya. Adegan dengan pengetikan dan surat lamaran. Jasa saya disambut
lain mungkin tidak sebanyak jepretan untuknya. baik ibu dan bapaknya. Pertanyaannya, setelah itu, saya harus
menggunakan pintu jasa apalagi? Beranikah saya menyam-
Persangkaan saya benar. Sebulan kemudian, serombongan paikan apa yang saya inginkan?
anak SMA memburu saya meminta foto Indah. Tentu saja
Setiap datang, saya memakai sepatu tinggi agar pendek
tidak mudah saya berikan sebelum saya berkenalan dulu de-
tubuh saya tidak kentara. Nantilah, kalau sudah terpaksa,
ngannya.
mau diapakan lagi! Sepatu itu saya tutup dengan celana lebar
Foto ini adalah modal pertama saya. Modal kedua adalah yang modelnya masih berlaku hingga sepuluh tahun yang
mengunjungi rumahnya untuk mengantar foto gratis ini lalu. Seharusnya, anak perempuan normal sudah barang tentu
karena saya bukan juru foto komersial. Kebetulan, adik kan- mengerti kalau ada anak lelaki yang berlebihan baiknya pasti
dungnya adalah anggota Teater Pringgandani Jr. yang saya

58 59
tidak. la sendiri tidak pernah menatap saya dan memanggil
ada maunya. Dari hal itu, saya berharap tidak terlalu sulit
mengucapkannya. nama saya.
Setelah peristiwa yang berlangsung dalam hitungan tahun
Ketika film Di Balik Kelambu yang dimainkan Slamet
itu, saya dikejutkan oleh sepucuk suratnya. "Jangan datang ke
Rahardjo dan Christina Hakim diputar dan menggemparkan
rumah dulu. Ibu saya marah, kurang senang dengan Anda. Kalau
Kota Merauke, saya membeli dua tiket bioskop. Sulit saya
mau bertemu, mungkin di rumah teman saya, Arlyn...."
menyampaikan kepada ibunya bahwa saya sudah membeli
tiket. Saya gentar mengucapkannya. Surat itu tidak ditulis di atas kertas surat merah jambu.

Entah bagaimana, acara menonton film itu diizinkan. Tidak ada kata cinta, tidak ada salam sayang, jujur, dan lugu.

Sepanjang menonton, ia terlihat sangat menikmatinya. Se- Tidak apa-apa. Buat apa bumbu rayu! Buat apa rayuan gombal!

mentara itu, hati saya bergemuruh ingin menyampaikan Begini saja sudah cukup, kok.... Yes!

bahwa saya menyukainya. Saya bukan mau usil seperti para


Arjuna mencari cinta.
Saya sempat heran, mengapa setiap kali sikut kami ber-
sentuhan, ia menariknya? Kalau jijik dengan saya, tidak
mungkin ia berkenan menonton denganku.
Sejumlah permen pengharum mulut sudah saya makan
untuk menghindari bau mulut. Sayang, saya memang tidak
suka minyak wangi. Akan tetapi, setelah saya pelajari, saya
memang tidak mempunyai bau badan yang menyengat. Saya
sudah bertanya kepada siapa saja tentang penampilan saya.
Saya lupa, tanggal berapa kata-kata yang saya persiapkan
itu keluar begitu saja tanpa konsep yang rinci dalam bentuk
sindiran. Ia diam saja. Tidak jelas, apakah ia mendengar atau

61
60

Anda mungkin juga menyukai