Smogabermanfaat
http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1082.asp?FNM=1082
Demam
Pengukuran suhu
Fisiologi demam
Dampak negatif
Kesimpulan
Pengukuran Suhu
DAMPAK DEMAM
Dampak Negatif
Mekanisme Kerja
Parasetamol
Jenis Lainnya
Terapi Suportif
KESIMPULAN
Beberapa waktu lalu prof zullies,Apt Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
(UGM) dan Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) jogjakarta mendapat pertanyaan dari
seorang pembaca blognya, di kutipkan sesuai aslinya :
First choice nyeri dan demam kan parasetamol. yang paling aman juga parasetamol. Tapi
kenapa di obat demam untuk anak seperti bodrexin, contrexyn, inzana, isinya aspirin dan
glisin semua? kalau apoteker ingin memilihkan obat demam untuk anak, pilih sirup yang
isinya parasetamol atau obat2 tadi yang (diiklankan) memang untuk anak2?
Kemudian disambung oleh yang lain dengan postingan berita di Kompas seperti ini:
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah riset independen Retail Audit Nielsen, Indonesia Urban
mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen konsumsi obat penurun demam anak di wilayah
perkotaan di Indonesia adalah mengandung asam asetilsalisilat (acetyl salicylic acid). Asam
asetilsalisilat adalah jenis bahan aktif yang tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak karena
diduga dapat menyebabkan sindroma Reye.
Bagaimana kerja asetosal sebagai obat turun panas dan penghilang nyeri (analgesik)?
Asam asetil salisilat atau asetosal banyak dijumpai dalam berbagai nama paten, salah
satunya yang terkenal adalah Aspirin. Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain,
ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah
suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia
terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase
(COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan
nyeri atau radang pun reda.
Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu pengaturan suhu tubuh oleh
hipotalamus sehingga menyebabkan demam. Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari
otak depan kita yang berfungsi sebagai semacam “termostat tubuh”, di mana di sana terdapat
reseptor suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor ini menjaga tubuh agar memiliki
suhu normal, yaitu 36,5 – 37,5 derajat Celcius.
Pada keadaan tubuh sakit karena infeksi atau cedera sehingga timbul radang, dilepaskanlah
prostaglandin tadi sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Prostaglandin akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus, di mana hipotalamus akan meningkatkan
titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini
disebabkan karena termostat tadi menganggap bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas
normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan
utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas
normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di
atas inilah yang disebut dengan demam. Karena itu, untuk bisa mengembalikan setting
termostat menuju normal lagi, perlu menghilangkan prostaglandin tadi dengan obat-obat yang
bisa menghambat sintesis prostaglandin.
Selain memiliki efek utama sebagai obat anti radang dan turun panas, asetosal memiliki
beberapa efek lain sebagai efek samping. Efek samping yang pertama adalah asetosal dapat
mengencerkan darah. Kok bisa? Ya…., karena asetosal bekerja secara cukup kuat pada enzim
COX-1 yang mengkatalisis pembentukan tromboksan dari platelet, suatu keping darah yang
terlibat dalam proses pembekuan darah. Penghambatan sintesis tromboksan oleh asetosal
menyebabkan berkurangnya efek pembekuan darah. Sehingga, asetosal bahkan dipakai
sebagai obat pengencer darah pada pasien-pasien pasca stroke untuk mencegah serangan
stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah.
Apa implikasinya? Karena dia memiliki efek pengencer darah, maka tentu tidak tepat jika
digunakan sebagai obat turun panas pada demam karena demam berdarah. Bayangin,… pada
demam berdarah kan sudah ada risiko perdarahan karena berkurangnya trombosit, kok mau
dikasih asetosal yang juga pengencer darah…. Apa ngga jadi tambah berdarah-darah
tuh….. !!
Efek samping yang kedua dari asetosal atau Aspirin, dan sering menimpa anak-anak, adalah
terjadinya Sindrom Reye, suatu penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati.
Gejalanya berupa muntah tak terkendali, demam, mengigau dan tak sadar. Banyak studi telah
menunjukkan adanya hubungan antara kejadian syndrome Reye pada anak-anak dengan
penggunaan aspirin. Memang sih, angka kejadiannya tidak terlalu banyak, tapi sekali terjadi
akibatnya sangat fatal. Sehingga, aspirin direkomendasikan untuk tidak digunakan sebagai
turun panas pada anak-anak.
Efek samping asetosal yang ketiga sama dengan obat analgesik golongan AINS lainnya,
adalah gangguan lambung, dan pernah dibahas di posting ini.
Hmm…. efek samping berikutnya adalah risiko kekambuhan asma bagi mereka yang punya
riwayat asma. Aspirin atau asetosal termasuk salah satu analgesik yang sering dilaporkan
memicu kekambuhan asma, sehingga perlu hati-hati juga untuk pasien yang punya riwayat
asma.
Kekuatiran lain dari penggunaan asetosal adalah seringkali mereka ditampilkan dalam bentuk
seperti permen jeruk. Okelah,…. memang tujuannya supaya anak tidak merasa sedang minum
obat, karena seperti makan permen. Tapi justru bisa jadi, karena dianggap permen, anak-anak
bisa minta lebih dari dosis yang seharusnya. Jika menyimpannya tidak hati-hati, anak-anak
bisa cari sendiri “permen” tadi dan mengkonsumsinya tanpa sepengetahuan ortunya.
Sehingga bisa dibayangkan jika asetosal dikonsumsi dalam dosis lebih dari seharusnya…..
Sampai sejauh ini, obat pilihan untuk analgesik dan antipiretik (turun panas) pada anak-anak
masing dipegang oleh parasetamol. Obat ini relatif aman dari efek samping seperti yang
dijumpai pada aspirin jika dipakai dalam dosis terapi yang normal. Efek sampingnya berupa
gangguan hati/liver dapat terjadi hanya jika dipakai dalam dosis yang relatif besar (> 4 gram
sehari). Namun perlu diketahui bahwa parasetamol tidak memiliki efek anti radang seperti
aspirin atau analgesik OAINS lainnya.
Yups….. ada sedikit perbedaan mekanisme aksi parasetamol sebagai analgesik dan
antipiretik. Ternyata, selain ada enzim siklooksigenase COX-1 dan COX-2 yang
mengkatalisis pembentukan prostaglandin di jaringan, ada pula COX-3, yang lebih banyak
terdapat di otak dan sistem saraf pusat. Nah, parasetamol ini ternyata lebih spesifik
menghambat COX-3 yang ada di otak tadi, sehingga menghambat produksi prostaglandin
yang akan mengacau termostat di hipotalamus tadi. Kerja ini menghasilkan efek menurunkan
demam. Selain itu, karena prostaglandin juga terlibat dalam menurunkan ambang rasa nyeri,
maka penghambatan prostaglandin dapat memberikan efek anti nyeri atau analgesik. Karena
spesifik pada COX-3, tidak menghambat COX-2, maka efeknya sebagai anti radang di
jaringan jadi kecil. Di sisi lain, karena juga tidak menghambat COX-1, maka efeknya
terhadap gangguan lambung juga kecil karena tidak mempengaruhi produksi prostaglandin
jaringan yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung. Juga tidak memiliki efek
mengencerkan darah. Jadilah,… parasetamol relatif aman terhadap efek samping lambung,
perdarahan, asma, dan juga syndrom Reye, dan merupakan pilihan yang aman dan tepat
untuk obat turun panas dan analgesik pada anak-anak.
Demikianlah kira-kira pemilihan obat analgesik dan antipiretika yang tepat untuk anak-anak.
Semoga bermanfaat.
Aspirin
Aspirin merupakan jenis pereda sakit paling tua yang telah beredar di pasar lebih dari 100
tahun. Untuk sakit kepala, nyeri menstruasi, atau sakit gigi, banyak orang yang
mengandalkan aspirin untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin juga diandalkan sebagai obat
pasca stroke.
Aspirin memang manjur pada sebagian besar kondisi, tetapi tidak cocok untuk semua pasien.
Anak-anak di bawah dua belas tahun dan wanita hamil tidak disarankan meminum aspirin.
Untuk rasa nyeri akibat pendarahan, aspirin juga tidak disarankan karena efeknya dalam
mengencerkan darah sehingga dapat memperparah pendarahan.
Parasetamol
Parasetamol sangat populer terutama untuk meringankan gejala pilek dan flu. Parasetamol
dapat mengurangi sakit kepala, nyeri tubuh dan demam pada anak-anak maupun dewasa.
Dokter juga meresepkannya selama kehamilan. Namun, dosis yang diberikan harus tepat
karena dapat menimbulkan keracunan bila berlebihan. Anak-anak atau orang dengan kelainan
fungsi hati dan ginjal harus mendapatkan takaran parasetamol yang tepat.
Ibuprofen
Ibuprofen dapat mengurangi demam dan rasa sakit ringan sampai sedang. Bila diberikan
sebagai sirup, ibuprofen juga bermanfaat untuk anak-anak. Wanita hamil tidak disarankan
mengkonsumsi ibuprofen karena diduga dapat membahayakan pembuluh arteri
janin, menimbulkan edema dan menghambat kontraksi sehingga menunda kelahiran anak.
Penggunaan ibuprofen harus diusahakan dalam dosis terkecil yang memungkinkan. Pada
orang dewasa, dosis maksimum harian ibuprofen adalah 1200 mg. Dosis yang lebih banyak
tidak lebih baik dalam mengurangi sakit dan demam. Orang-orang tua (lansia) memerlukan
dosis yang lebih rendah karena metabolisme tubuh mereka tidak lagi bekerja cepat sehingga
mereka cenderung mempertahankan obat penghilang rasa sakit lebih lama dalam tubuh.
Kombinasi
Beberapa obat menggabungkan beberapa zat aktif, misalnya aspirin dicampur dengan
parasetamol. Kafein kadang-kadang juga ditambahkan. Apakah kombinasi produk itu
membantu meredakan nyeri lebih baik dibandingkan dengan pemberian secara terpisah, tidak
selalu terbukti secara ilmiah. Kafein mungkin berkhasiat bagi penderita migrain, namun tidak
untuk rasa sakit dari sumber lain. Kafein bahkan dapat menimbulkan efek ketagihan obat.
Kesimpulan