Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SPKI

Kelompok 1

Ana Zuhrotun Nisa (0906633880)


Annisa Nursita A (0906633924)
Apriyan Pratama (0906633943)
Gresia Yuli (0906634151)
Herlin Mey S Hutajulu (0806340675)
Ike Pramitha Mahatmi (0906513900)
Nidiananda Amelina Putri (0906553974)
Ramadhana Komala (0906634353)
Rifqah Indri Amalia (0906634372)
Sari Himawati ()
Syukriah Usman (0906634416)
Tika Rostika (0906514241)
Tiyani Rahmawati ()
Ulatun Nikmah (0906514254)
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
(SKN)

A. Sistem Kesehatan Nasional 2004


Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan
Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah
ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut telah berperanan besar sebagai acuan dalam
penyusunan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang Kesehatan, penyusunan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam penyusunan
berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Namun, SKN 1982 masih terhitung kurang berhasil jika dihitung dari kinerja dan
pencapaiannya. Menurut WHR 2000, ada 2 faktor yang menentukan keberhasilan dari sistem
kesehatan sebuah negara. Pertama, status kesehatan negara tersebut. Kedua, tingkat ketanggapan
sistem kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan
ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.

PEMBAHASAN SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN


1. Pengertian
Subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Tujuan
Tujuan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang
tercapai (accessible), terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Penyelenggaraan kesehatan Indonesia yang bersifat peningkatan(promotif) dan
pencegahan(preventif) masih terasa sangat kurang, begitupula dengan sarana dan prasarana yang
tidak memadai. Di samping itu, upaya kesehatannya pun belum dapat dijangkau oleh seluruh
masyarakat Indonesia, karena Indonesia memang sedang menghadapi masalah pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan. Kemudian, sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangpun juga belum dapat berjalan lancar meskipun rumah sakit sudah banyak di wilayah
kabupaten atau kota. Selanjutnya sangat kurang dirasakan keterlibatan dinas kesehatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dan keterkaitannya dengan pelayanan rumah sakit sebagai
sarana pelayanan. Oleh karena itu, upaya kesehatan sangat perlu tercapai dengan harga yang
terjangkau dan bermutu sehingga dapat tercipta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Unsur-unsur
Subsistem upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yakni :
1. Upaya kesehatan masyarakat (UKM)
UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan
penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan
dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan
minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
2. Upaya kesehatan perorangan (UKP).
UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat
jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan
kebugaran fisik dan kosmetika.
Kedua upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan
penunjang. Upaya penunjang untuk UKM anatara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
mayarakat dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah layanan lobaratorium klinik, apotek,
optic, dan took obat.

4. Bentuk pokok
1. UKM strata pertama/dasar : PUSKESMAS. 3 fungsi :
• pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
• pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
• pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.
Pelayanan minimal : promosi kesehatan, kesehatan ibu, anak dan KB, perbaikan gizi,
kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.

2. UKM strata kedua : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


Fungsi utama :
• manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaa, pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kota/kabupaten.
• Fungsi teknis kesehatan yaitu unit pencegahan dan pemberantasan penyakit, promosi
kesehatan, pelayanan kefarmasian, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi dan
kesehatan ibu, anak dan KB, selain itu sebagai pelayan rujukan PUSKESMAS.
3. UKM strata ketiga : Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan.
Fungsi :
• manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggung-jawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di provinsi/nasional.
• Fungsi teknis kesehatan yaitu melayani rujukan dari kota/kabupaten dan provinsi.

5. Konstruksi sistem
1. Input
Upaya keseshatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP)
2. Proses
Baik UKM maupun UKP dilaksanakan berdasarkan nilai dan norma sosial budaya serta
moral dan etika profesi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta harus bersifat menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.

3. Output
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, berupa:
1. berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat
Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja dan Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah.
2. Penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjutan, yakni dalam rangka
melayani kebutuhan rujukan Puskesmas baik rujukan sarana, rujukan teknologi maupun
rujukan operasional.
3. Penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat unggulan, yakni dalam rangka
melayani kebutuhan rujukan dari kabupaten/kota dan provinsi.

6. Hal penting
Hal-hal penting subsistem upaya kesehatan yaitu upaya kesehatan masyarakat :
UKM (merupakan bagian dari subsistem upaya kesehatan) adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat
1. UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan
swasta.
2. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,
terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.
3. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
(bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.

B. Sistem Kesehatan Nasional 2009


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
Maksud dan Tujuan
SKN Sebagai kerangka untuk pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan
pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan
yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
SKN 2009 merupakan pempurnaan SKN 2004 dengan berbagai perubahan dan tantangan
eksternal dan internal. SKN sekaligus sebagai pedoman tentang bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik oleh masyarakat, swasta, maupun oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta pihak terkait lainnya.
SKN 2009 memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health
care) yang meliputi:
1) Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2) Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3) Kebijakan pembangunan kesehatan,
4) Kepemimpinan.

PEMBAHASAN SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN


1. Pengertian
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan
yang paripurna, terpadu dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
2. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya
kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Seiring berjalannya waktu, kondisi kesehatan semakin baik seperti pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan, kesehatan ibu membaik dengan turunnya AKI (Angka Kematian Ibu),dan
akses air bersih meningkat. Akan tetapi, akses pelayanan kesehatan di wilayah terpencil,
perbatasan dan pulau-pulau kecil masih rendah. Begitupula dengan distribusi kesehatan yang
tidak merata. Beberapa penyakit menular pun masih merupakan masalah kesehatan yang
menonjol. Oleh karena itu, upaya kesehatan sangat diperlukan untuk
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium klinik,
apotek, optik dan toko obat.
3. Unsur-Unsur
a. Upaya Kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan, baik
pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan
tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan selalu mengutamakan
keamanan dan efektifitas yang tinggi.
b. Sumber Daya Upaya Kesehatan
Sumber daya upaya kesehatan terdiri dari SDM kesehatan, biaya, sarana dan prasarana,
sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem informasi kesehatan yang memadai guna
terselenggaranya upaya kesehatan.
c. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan
Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara berjenjang melalui
standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan penegakan hukum yang dilakukan oleh
pemerintah bersama dengan organisasi profesi dan masyarakat.
d. Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan
Penelitian dan pengembangan didasarkan pada masalah kesehatan prioritas, sumberdaya
kesehatan, serta aspek terkait lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sesuai.
4. Konstruksi Sistem
1. Input
SDM kesehatan, biaya, sarana dan prasarana, sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem
informasi kesehatan
2. Proses
Upaya kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan upaya sesuai dengan kebutuhan medik dan
kesehatan. Terdapat tiga tingkatan upaya yaitu upaya kesehatan primer, upaya kesehatan
sekunder dan upaya kesehatan tersier. Upaya kesehatan diselenggarakan secara
berkesinambungan, terpadu, dan paripurna melalui sistem rujukan.
3. Output
Pelayanan masyarakat berupa:
1. peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasilguna dan berdayaguna
2. Pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang memadai
ditujukan untuk meningkatkan mutu upaya kesehatan.

5. Prinsip
a. Berkesinambungan dan paripurna
Upaya kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan secara berkesinambungan dan
paripurna meliputi upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan
antara tingkatan upaya kesehatan.
b. Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus berkualitas, terjamin keamanannya bagi
penerima dan pemberi upaya, dapat diterima masyarakat, efektif, dan sesuai, serta mampu
menghadapi tantangan globalisasi.
c. Adil dan merata
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan
merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan di luar negeri dalam kondisi tertentu.
6. Hal penting
Sedangkan pada rancangan SKN 2009, upaya kesehatan masyarakat terdiri dari upaya
kesehatan primer, sekunder, dan tersier yang terdapat didalam subsistem upaya kesehatan. Hal-
hal penting mengenainya yaitu:
1. UKM primer adalah adalah pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan
pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Penyelenggaraan UKM primer menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada
Puskesmas
3. Pembiayaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat primer ditanggung oleh
pemerintah bersama dengan masyarakat
4. Upaya kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan kesehatan masyarakat berupa
sarana, teknologi dan didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
5. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat rujukan menjadi tanggung jawab
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Provinsi
6. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dilakukan dalam bentuk rujukan sarana, rujukan
teknologi dan operasional
7. Upaya kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan kesehatan masyarakat berupa
sarana, teknologi maupun tenaga dari pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.
8. Pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat tersier menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan yang didukung dengan kerja sama lintas
sector
9. Rujukan upaya kesehatan masyarakat diberikan dalam bentuk rujukan sarana, rujukan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta rujukan operasional.

ISU POKOK

A. Isu-isu Pokok Kesehatan 2010-2014


1. Terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan pada kelompok penduduk
miskin yang menyebabkan rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk miskin
• Aksesibilitas terhadap sarana pelayanan kesehatan cukup baik (jumlah, rasio, dan waktu
tempuh), namun masih terjadi disparitas yang cukup besar menurut luas wilayah.
• Kualitas Puskesmas belum optimal, misalnya ditandai dengan puskesmas yang 14 persen
rusak berat (tahun 2007), tenaga kesehatan kurang mencukupi, serta tingginya dokter
yang tidak hadir dalam jam kerja
• Biaya operasional dan pemeliharaan puskemas yang belum memadai
• Utilisasi dan contact rate meningkat, tetapi pengobatan sendiri dan penduduk yang tidak
berobat masih tinggi
• Utilisasi fasilitas publik meningkat dan utilitas swasta menurun. Hal ini dapat dianggap
sebagai pengalihan beban dari swasta ke pemerintah
• Upaya pelayanan kesehatan (primer, sekunder , tersier) masih terfragmentasi sehingga
efektivitas, efisiensi, dan continuum of care (intra dan intern sarana) pelayanan kesehatan
menjadi rendah.
• Ketersediaan tempat tidur rumah sakit (rasio per penduduk) belum mencukupi
• Ketersediaan tenaga dokter spesialis masih kurang terutama untuk rumah sakit di daerah
pemekaran, tertinggal, terpencil dan perbatasan.
• Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan penduduk miskin jauh tertinggal (hanya 11
persen)
• Kunjungan antenatal meningkat, namun disparitas antar wilayah, social ekonomi masih
tinggi.
• CPR (contraception prevalence rate) mengalami stagnasi, unmet need meningkat, dan
pengelolaan dan kelembagaan program KB melemah
• Banyak bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, drop out rate tinggi, dan ketepatan
waktu imunisasi rendah.
• Pelayanan gizi belum difokuskan pada kelompok sasaran yang paling tepat (ibu hamil
dan anak 0‐2 th). Pilihan intervensi belum didasarkan atas cost effectiveness dan evidence
base.
• Perbaikan gizi berbasis masyarakat masih lemah dan sistem surveilans yang kurang
berjalan.
• Cakupan air minum dan sanitasi meningkat, namun disparitas antar social ekonomi makin
melebar.
• Kesadaran dan perilaku masyarakat tentang higiene & sanitasi masih kurang
2. Masih tingginya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular
• Berbagai penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama
TB, Malaria, HIV, DBD, dan Diare.
• Jumlah penderita HIV/AIDS tersebar dan meningkat dengan cepat.
• HIV/AIDS tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga masalah sosial, stigma dan
diskriminasi, berpotensi menimbulkan dampak kesehatan dan ekonomi yang besar.
• Permasalahan penyakit menular terkait erat dengan perubahan lingkungan dan perilaku
masyarakat.
• Prevalensi beberapa penyakit “kuno” terabaikan (neglected diseases) mempunyai
kecenderungan meningkat
• Beberapa penyakit zoonotik meningkat. Hal ini terkait dengan kerjasama otoritas
kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan yang masih lemah.
• Penyakit tidak menular (jantung, diabetes, hipertensi, kanker) meningkat dan menjadi
penyebab utama kematian. Berkaitan dengan pola hidup tidak sehat dan pengendalian
faktor resiko masih lemah.
• Penyakit mental emosional cukup tinggiBeban pembiayaan kesehatan masih tinggi

3. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap beban pembiayaan


kesehatan
• Pembiayaan kesehatan meningkat, tetapi masih rendah dan peran pemerintah dalam
pembiayaan masih rendah
• Pembiayaan kesehatan pemerintah masih didominasi pemerintah pusat dan kontribusi
pemerintah daerah cenderung meningkat tetapi masih kecil
• Tingkat penyerapan dana (realisasi anggaran APBN) masih rendah, terutama karena
public financial management secara keseluruhan yang belum mantap
• Efisiensi alokatif pembiayaan pemerintah masih belum optimal masih cenderung lebih
banyak untuk penyediaan sarana dan prasarana kesehatan daripada pembiayaan
operasional, preventif, dan promotif
• Pembiayaan Askeskin/Jamkesmas akan memberi manfaat yang optimal jika dapat
memperbaiki targeting
• Cakupan asuransi kesehatan belum maksimal karena kepesertaan yang kecil (non
jamkesmas). Tantangan ke depan adalah bagaimana mengembangkan asuransi kesehatan
nasional (Jamkesmas sebagai cikal bakal), harmonisasi pelayanan, dan penyempurnaan
kerangka regulasi

4. Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas serta penyebaran sumber daya manusia
kesehatan belum merata, dan belum optimalnya dukungan kerangka regulasi
ketenagaan kesehatan
• Kekurangan jumlah untuk semua jenis tenaga kesehatan (termasuk pada fasilitas
kesehatan milik pemerintah)
• Distribusi tenaga kesehatan yang timpang, terutama di perdesaan dan daerah dengan
cakupan geografis yang luas
• Kompetensi tenaga kesehatan yang bervariasi terkait dengan sarana dan fasilitas
pendidikan
• Pengembangan tenaga kesehatan belum sistematis, dari segi perencanaan, produksi,
distribusi, dan pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasannya
• Kerangka regulasi untuk pengembangan SDM kesehatan masih lemah, sehingga
perlindungan profesi dan perlindungan pada masyarakat juga dan daya saing di
lingkungan regional maupun global masih lemah

5. Belum otpimalnya ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat esensial,


penggunaan obat yang tidak rasional, dan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
yang berkualitas
• Ketersediaan obat esensial di fasilitas pelayanan kesehatan cukup terjaga.
• Keterjangkauan/harga obat di Indonesia termasuk dalam rata‐rata nasional, namun
mungkin dapat diturunkan dengan pemakaian bahan baku lokal, penurunan ongkos
distribusi dan sistem pengadaan yang efisien
• Peresepan obat generik esensial cukup baik di Puskesmas, namun di RSUD, RS swasta
dan apotek tidak terlalu tinggi (penggunaan obat tidak rasional) antara lain disebabkan
oleh adanya asymetric information dan praktek pemasaran yang tidak etis
• Ketersediaan obat program dan vaksin secara umum cukup, tetapi sering terjadi
keterputusan ketersediaan karena adanya kesenjangan waktu antara pengadaan dan
pemanfaatan terkait dengan sistem manajemen keuangan (proses pengadaan dan DIPA).
• Mutu dan keamanan. Beradarnya obat obat palsu atau tidak terdaftar (sekitar 10 persen),
sehingga membahayakan konsumen. Evaluasi pre‐market dan sarana produksi yang tidak
memenuhi syarat masih sangat tinggi
• Sebagian besar (85 persen) bahan baku obat masih di impor sehingga menimbulkan
tingkat ketergantungan yang tinggi.
• Penggalian potensi obat tradisional dari tanaman obat asli Indonesia sangat terbatas
• Pembiayaan obat di pemda kab/kota rendah dan tergantung pada pembiayaan pusat (41
persen dibiayai pusat)
• Antisipasi pasar bebas belum di eksplorasi misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap
harga obat, persaingan makin kuat, pengawasan dan regulasi harus kuat, serta perlunya
harmonisasi standar

6. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum dilakukan secara


optimal dan lemahnya kerjasama lintas sektor serta dukungan peraturan perundangan
• Pada beberapa kasus (misalnya ASI ekslusif, merokok) pengetahuan masyarakat cukup
baik, tapi tidak dipraktekkan. Oleh karena itu perlu dukungan enabling factors (mis
sarana) dan reinforcing factor (peraturan, panutan). Promosi masih terfokus pada
pendidikan kesehatan
• Sarana pelayanan kesehatan dasar sebagai media pelayanan dan promosi kesehatan
cenderung berasal dari pemerimtah dan ditargetkan, kurang menggali potensi masyarakat.
• Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan paska krisis belum
berkembang kembali dengan baik. Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) belum memperhatikan kemampuan dan karakteristik masyarakat
sebagai subyek. Orientasi pemberdayaan yang melihat masyarakat sebagai obyek
cenderung mematikan UKBM sendiri.
• Aksesibilitas terhadap UKBM cukup tinggi, tapi penggunaannya terhambat oleh kualitas
pelayanan
• Kebijakan publik belum memperhatikan aspek kesehatan (Healthy Public Policy)

7. Masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan, termasuk dalam


pengelolaan administrasi, hukum, dan penelitian dan pengembangan (litbang)
kesehatan
• Kebijakan Kesehatan : adanya kesenjangan kebijakan kesehatan (policy gap) antara pusat
dan daerah.
• Kebijakan kesehatan belum dibangun atas dasar evidence based dan belum bersinergi dan
konsisten antara berbagai jenjang kebijakan (intra dan antar sektor)
• Administrasi Kesehatan: Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian dan
evaluasi belum mengacu pada PP 38 tahun 2007 (pembagian kewenangan), dan PP 39
tahun 2006 tentang kinerja
• Hukum Kesehatan: Penyusunan peraturan perundang‐udangan, harmonisasi peraturan,
pelayanan advokasi hukum dan peningkatan kesadaran hukum bagi aparatur kesehatan
masih lemah.
• Litbangkes. Kajian sering tidak digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan karena
kualitas dan relevansi penelitian yang belum memadai.
• Sistem informasi kesehatan masih lemah untuk dapat digunakan sebagai bahan untuk
perumusan kebijakan dan perencanaan kesehatan, hal ini menyangkut tentang mutu data
dan kecepatannya.

B. Perkembangan dan Tantangan Upaya Kesehatan Nasional


Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan, namun di
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih rendah.
Jarak fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh disertai distribusi tenaga kesehatan yang tidak
merata, dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan rendahnya aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Walaupun telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas yang
ditandai dengan peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003
menjadi 3,61 per 100.000 pada tahun 2005 (Profil Kesehatan, 2005) namun belum dapat
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh penduduk meningkat dari 15,1% pada
tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006. Begitupula kunjungan baru (contact rate) ke
fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun
2007. Disamping itu, masyarakat yang mencari pengobatan sendiri sebesar 45% dan yang tidak
berobat sama sekali sebesar 13,3% (2007).
Secara keseluruhan kesehatan ibu membaik dengan turunnya AKI, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat 20% poin dalam kurun 10 tahun, peningkatan yang
besar terutama di daerah perdesaan, sementara persalinan di fasilitas kesehatan meningkat dari
24,3% pada tahun 1997 menjadi 46% pada tahun 2007. Namun masih ditemui disparitas
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan cakupan imunisasi antar wilayah masih tinggi. Cakupan
pemeriksaan kehamilan tertinggi 97,1% dan terendah 67%, sementara itu cakupan imunisasi
lengkap tertinggi sebesar 73,9% dan cakupan terendah 17,3% (Riskesdas 2007).
Akses terhadap air bersih sebesar 57,7% rumah tangga dan sebesar 63,5% rumah tangga
mempunyai akses pada sanitasi yang baik (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2007, rumah tangga
yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebesar 24,8% dan yang tidak memiliki saluran
pembuangan air limbah sebesar 32,5%.
Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menonjol terutama: TB Paru, Malaria, HIV/AIDS, DBD dan Diare. Namun penyakit seperti:
Filariasis, Kusta, Framboesia cenderung meningkat kembali (neglected diseases).
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular
(seperti: penyakit kardiovaskuler, kanker) secara cukup bermakna, hal ini menandakan adanya
double burden.

Anda mungkin juga menyukai