Anda di halaman 1dari 11

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

SEBUAH KONTRIBUSI
BAGI PSIKOLOGI INTELIGENSI
A. PENDAHULUAN

Teori-teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif


merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan
kemampuan kognitif ini maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif
membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah
umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penialain, dan penalaran”.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi. Sebelum kita melihat lebih jauh tentang teori perkembangan dari Piaget, alangkah
baiknya kita mengenal lebih dekat siapa itu Jean Piaget.
Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896.
Dia meninggal di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari
pasangan suami istri Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan
Rebecca Jackson. Pada usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di
Neuchâtel Latin high school, dia menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat
ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir
ilmiah yang brilian dari seseorang yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan
beberapa ratus artikel.
Piaget telah diberi gelar sebagai seorang interaktionis dan juga konstruktivis.
Ketertarikannya terhadap pengembangan kognisi yang diangkat dari hasil perlakuan melalui
training di dalam ilmu alam dan epistimologi telah mengangkat dirinya menjadi ilmuan
sejati. Piaget sangat tertarik dengan pengetahuan dan bagaimana anak-anak datang untuk
mengetahui dunia mereka. Dia mengembangkan teori kognitif dengan betul-betul
mengamati perkembangan anak-anak (beberapa di antara anak tersebut adalah anak
kandungnya sendiri). Dengan menggunakan standar pertanyaan sebagai titik awal, dia
mencoba mengikuti jalan pikiran anak-anak melalui training dan membuat pertanyaan lebih
fleksibel. Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak tersebut yang sifatnya
spontan memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka. Dia malah tidak tertarik
dengan salah atau benarnya jawaban diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika
dan alasan apa yang digunakan oleh anak-anak dalam memberikan komentar itulah yang
menjadi perhatian khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget
menyimpulkan bahwa perkembangan intelektual adalah hasil interaksi antara faktor
bawaan sejak lahir dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang.
Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak yang sifatnya spontan
memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka. Dia malah tidak tertarik dengan
mengkaji jawaban benar-salah yang diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika
dan alasan yang digunakan dalam memberikan komentar itulah yang menjadi perhatian
khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget menyimpulkan bahwa
perkembangan intelektual anak adalah hasil interaksi antara faktor bawaan sejak lahir
dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang. Anak-anak dapat berkembang
secara konstan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitar mereka sehingga pengetahuan
dapat dibangun dan dikonstruksi kembali. Teori Piaget tentang perkembangan intelektual
merupakan dasar dalam ilmu biologi. Ginn (2008) mengatakan bahwa Piaget melihat
pertumbuhan kognitif sebagai suatu ekstensi dari pertumbuhan biologis dan diolah melalui
prinsip-prinsip dan hukum yang sama. Piaget juga memandang bahwa perkembangan
intelektual mengontrol setiap perkembangan aspek lain seperti emosi, sosial, dan moral.
B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Jean Piagetmenyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara
kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi
serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Disebutkan
bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema.
Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap
stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara
kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian
seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap
dibandingkan ketika ia masih kecil.
Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.
Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
-     Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.
-     Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation.
(pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat
diamati)

Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-
hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium
(equilibrium), namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi
yang tidak menyenangkan.
Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak
yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru
memiliki konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam
skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cicaklah yang paling
dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi
karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep
tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa
laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan,
maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan
sebagian bentuk tubuhnya yang hampir sama.
Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan
lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran
anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat
intelegensi anak itu.

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,


1.   Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
2.   Isi ; disebut  juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi sesuatu masalah.
3.   Fungsi ; disebut function, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang
mencapai kemajuan intelektul.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan
adaptasi. Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik
dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren. Sedang   Adaptasi ; yaitu penyesuaian
diri individu terhadap lingkungannya.
  
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.    Asimilasi :Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam
skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan
individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2.    Akomodasi : Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang
telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu
terhadap stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi
dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan
perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini
pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan  yang dimiliki ke keseimbangan baru
yang diperolehnya.
Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Pertumbuhan intelektual terjadi
karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium – disequilibrium. Bila individu
dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan
intelektual yang lebih tinggi.
 
C.   TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan anak, yaitu : 1.  Kematangan ; 2. Pengalaman fisik / lingkungan ; 3.  
Transmisi sosial ; dan 4.  Equilibrium.
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami
setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan
studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
a.      tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
b.      tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
c.      tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;
d.      tahap Operasi Formal : 11 keatas.

Sebaran umur pada setiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin
pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya,
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil
penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.

a.     Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)


Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu 
bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya.
Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat
kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini
ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek
mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur
kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia  mulai mampu untuk melambungkan objek fisik
ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara
binatang,  dll.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema
dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada
masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya
dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.

b.     Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)


Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah
operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut
urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini
pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran
logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya
berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi,
luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat
memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya,
tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya
saja.

c.     Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)


Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar,
dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep
kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu
objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika,
tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami
kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna
rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan,
“Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” ,
anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum
mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol
matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).

e.     Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)


Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara
kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak
diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau
peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya
dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di
antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :


Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan
untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian
ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu
mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih  lanjut dikatakan bahwa apabila diukur
dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi
“Pak Tinggi” enam batang korek api.
Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip?  Dalam memecahkan masalah diatas,
anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.

Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk
melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian
hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127)
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Pada tahap operasional formal, anak-anak
sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument
(karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah
memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran
abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal
memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-
masalah filosofis.

C. IMPLIKASI PEMAHAMAN PIAGET DALAM PENDIDIKAN.

Salah satu aplikasi yang mempergunakan konsep-konsep Piaget adalah orientasi


belajar learner-centered system. Sedangkan, beberapa metode pengajaran yang diterapkan
pada kebanyakan sekolah di Amerika waktu itu seperti metode ceramah, demonstrasi,
presentasi audi-visual, pengajaran dengan menggunakan mesin dan peralatan,
pembelajaran terprogram, bukanlah merupakan metode yang dikembangkan oleh Piaget.
Piaget mengembangkan model pembelajaran discovery yang aktif dalam lingkungan kelas.
Inteligensi tumbuh dan berkembang melalui dua proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
demikian, pengalaman harus direncanakan untuk membuka kesempatan untuk melakukan
asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget dan piagetian ( sebutan bagi pengikut konspe Piaget) Anak-anak
harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk untuk mencari, memanipulasi,
melakukan percobaan, bertanya, dan mencari jawaban sendiri terhadap berbagai
pertanyaan yang muncul. Namun demikian, bukan berarti pemelajar dapat melakukan apa
saja yang mereka inginkan. Kalau demikian halnya, apa peranan guru dalam ruangan kelas?
Guru seharusnya mampu mengukur kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki
siswa. Pembelajaran harus dirancang untuk menfasilitasi keberbedaan siswa dan dapat
memberikan kesempatan yang luas untuk membangun komunikasi antara siswa yang satu
dengan yang lainnya, untuk berdebat, dan saling menyanggah terhadap isu-isu aktual yang
diberikan kepada siswa. Keberadaan guru harus mampu menjadi fasilitator pengetahuan,
mampu memberikan semangat belajar, membina, dan mengarahkan siswa.
Dalam proses pembelajaran, Seharusnya tidak menekankan kepada benar-salah,
melainkan bagaimana menfasilitasi siswa agar dapat mengambil pelajaran dari kesalahan
yang diperbuat. Pembelajaran harus lebih bermakna dengan memberi peluang kepada siswa
untuk melakukan percobaan sendiri dari pada harus mendengarkan lebih banyak dari hasil
ceramah dari guru. Guru harus mampu menghadirkan materi pelajaran yang membawa
murid kepada suatu kesadaran untuk mencari pengetahuan baru. Dalam bukunya yang
berjudul To Understand Is to Invent, Piaget mengatakan bahwa prinsip dasar dari metode
aktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk memahami harus menemukan atau
merekonstruksi melalui penemuan kembali dan kondisi seperti ini harus diikuti jika
menginginkan seseorang dibentuk guna mampu memproduksi dan mengembangkan
kreativitas dan bukan hanya sekedar mengulangi. Dalam pembelajaran aktif, guru harus
memiliki keyakinan bahwa siswa akan mampu belajar sendiri.
Referensi Pustaka

Akses online : http://www.piaget.org/ Jean Piaget Society

Akses online : http://www.edpsycinteractive.org/topics/cogsys/piaget.html Piaget’s Theory


of Cognitive development.

Akses online : http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget Jean Piaget

Anda mungkin juga menyukai