Anda di halaman 1dari 1

Berawal dari sebuah kekecewaan ketika ku mendengar isu-isu yang terjadi di institusi yang

pernah ku naungi, aku terpacu untuk menulis uneg-uneg ku mengenai kepemimpinan.


Meski ku tak terlalu menguasai dalam bidang itu, aku akan berusaha memaparkkan apa
yang ku pikirkan selama ini tentang kepemimpinan yang baik. Anggapan yang benar tentang
seorang pemimpin dan apa saja yang harus dilakukan oleh seorang sosok pemimpin.

Mengapa harus kepemimpinan? Pertanyaan itu mempunyai jawaban seperti ini, karena
permasalahan yang terjadi di institusi yang ku maksud sangat berhubungan dengan
pemimpin dan kepemimpinan. Hal yang pertama ku dengar di saat ku berbincang-bincang
dengan orang yang terlibat adalah ketidak harmonisan antara pemimpin dan bawahannya.
Yang dimaksud dengan ketidak harmonisan yang dimaksud disini bukan berbentuk
kriminalitas maupun kekerasan fisik. Hanya saja, ketidak samaan persepsi inilah yang
menimbulkan konflik dingin antara dua kubu. Dalam kasus ini, ada dua kubu yang terlibat
konflik hingga mengganggu berjalannya struktur kepengurusan. Yang pertama adalah kubu
pemimpin yang mempunyai wewenang dan kebijakan sendiri. Kubu yang menganggap apa
yang keluar dari mulutnya harus dilaksanakan oleh bawahannya. Pimipinan mengatur
berjalannya struktur kepengurusan. Kubu ini memandang bahwa keputusan yang diambil
oleh pemimpin itu bersifat qath’i dan tidak boleh dibantah. Sedangkan kubu yang kedua,
salah seorang bawahan yang merasa dirugikan dengan kebijakan pimpinan yang sepihak.

Konflik dingin ini terjadi karena satu hal yang menjadi indikator, yakni keputusan pimpinan
yang tidak membolehkan anggotanya terlibat dalam dua struktur organisasi. Keputusan
tersebut bertujuan untuk melancarkan berjalannya struktur organisasi yang ia pimpin.
Namun, pandangan yang berbeda muncul dari kubu bawahan. Mereka ini menganggap
bahwa keputusan pimpinan tentang peraturan tidak bolehnya pengurus asrama memegang
dua kendali struktur kepengurusan, lebih-lebih di kepengurusan kepesantrenan itu tidak
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh pengasuh. Pengasuh sebagai pimpinan teratas
tidak memberikan pernyataan yang spesifik tentang keterlibatan dalam kepengurusan.
Artinya, beliau tidak terlalu menekankan santrinya untuk mengabdi pada suatu institusi saja.
Berpegang kepada dawuh dari pengasuh.

Anda mungkin juga menyukai