Anda di halaman 1dari 5

[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI Sustainable

SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS] Transportation

BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu ciri manusia adalah selalu melaukukan pergerakan dalam setiap
aktifitasnya, yaitu aktifitas sosial, politik maupun ekonomi. Pergerakan merupakan
aktifitas yang berawal dari tempat asal menuju tempat tujuan. Pergerakan dapat
diartikan sebagai kegiatan hasil usaha dari transportasi. Tranportasi atau perangkutan
sebagai kebutuhan dasar manusia tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek kehidupan
manusia. Manusia melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia tidak dapat melakukan pergerakan dengan jarak yang jauh maupun dekan
tanpa adanya dukungan transportasi. Transportasi dapat diartikan sebgai teknik atau
cara untuk menempuh jarak. Sebagai teknik atau cara, transportasi harus terus
berkembang seiring dengan perkembangan aktifitas kehidupan manusia. Perkembangan
aktifitas manusia yang semakin kompleks menciptakan tranportasi yang semakin
kompleks pula yaitu berawal dari alat sederhana seperti jalan kaki hingga alat
berteknologi tinggi dengan penggerak mesin. Transportasi tidak hanya untuk
pergerakan manusia tapi juga untuk pergerakan barang menuju lokasi tujuan.
Pergerakan manusia diawali dengan lahirnya manusia purba yang memiliki pola
hidup “nomade” atau berpindah-pindah. Pola kehidupan manusia purba yang tidak
menetap ini bertujuan untuk mencari lokasi-lokasi baru yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pergerakan manusia purba pada saat itu hanya mengandalkan
kekuatan alami yaitu kekuatan jasmani mereka untuk membawa barang-barang dan
perkakas. Kekuatan jasmani manusia memiliki kemampuan yang terbatas, sehingga
pada saat itu manusia purba memiliki keterbatasan kuantitas barang yang dibawa. Alat
transportasi pada saat itu adalah berjalan kaki karena pola hidup manusia purba yang
masih sangat sederhana.
Seiring dengan perkembangannya, teknologi transportasi atau perangkutan
semakin berkembang untuk mempermudah pergerakan dan untuk memperbesar daya
angkut. Teknologi transportasi didasarkan pada gerak alami yaitu berjalan dan berlari
dari gerak kaki manusia atau hewan, gerakan berenang dari gerak ikan, terbang dari
gerakan burung, meluncur atau menggelinding dari gerak benda yang berbentuk
lingkaran (Morlok dalam Warpani, 1990:1). Adanya gerakan menggelinding dari gerak

I-1|Pendahuluan
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI Sustainable
SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS] Transportation

benda yang berbentuk lingkaran, maka ditemukannya roda yang terbuat dari kayu.
Dengan ditemukannya roda kayu, manusia dapat memanfaatkan tenaga hewan untuk
memperbesar daya angkut dan daya jelajah dengan bantuan roda. Penemuan roda
tersebut merupakan awal dari revolusi perangkutan.
Revolusi industri turut berpengaruh terhadap perkembangan transportasi.
Transportasi semakin berkembang pesat dengan diciptakannya tenaga mesin. Telah
terjadi pergeseran fungsi hewan sebagai sarana transportasi pada awalnya dengan
adanya kendaraan bermotor pada akhir abad 20. Peran hewan menjadi semakin tidak
dibutuhkan sebagai sarana transportasi dan hewan beralih fungsi sebagai sarana berolah
raga. Moda transportasipun mulai berkembang yaitu transportasi udara dan laut.
Faktor yang mempengaruhi semakin cepatnya kebutuhan terhadap transportasi
adalah semakin tingginya pupolasi manusia. Semakin tinggi tingkat populasi manusia
maka semakin kompleks aktifitas yang timbul. Kompleksitas aktifitas manusia sangat
membutuhkan tranportasi yang berkecepatan dan daya jelajah tinggi, daya angkut besar,
dan memiliki kenyamanan untuk beraktifitas. Kemudahan-kemudahan untuk pergerakan
menciptakan alat transportasi yang berteknologi tinggi pada akhir abad 20. Sistem
transportasi juga berpengaruh terhadap pola pergerakan penduduk dan pengembangan
suatu wilayah. Sistem perangkutan membutuhkan jaringan prasarana yang akan
membutuhkan struktur tata ruanh wilayah.
Sistem transportasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan
karena transportasi merupakan “urat nadi” kehidupan sosial budaya, politik dan
ekonomi. Pengadaan fasilitas transportasi perlu diperhitungkan secara tepat dan teliti.
Hal ini bertujuan agar transportasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Terhambatnya aktifitas pada kegiatan transportasi dapat mengakibatkan kerugian yaitu
kerugian ekonomi maupun sikologis manusia. Kebutuhan transportasi pada bidang
ekonomi adalah karena adanya unsur sediaan di lokasi “A” dan unsur permintaan di
lokasi “B” (Alber et al dalam Warpani : 1999). Transportasi dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Semakin tinggi angka kendaraan maka semakin
tinggi pula polusi udara karena gas CO sebagai gas polutan serta gangguan polusi suara
karena kebisingan kendaraan. Gas carbon monoksida dapat berpotensi mengakibatkan
pemanasan global karena CO merupakan salah satu gas rumah kaca yang berasal dari
proses pembakaran fosil yang tidak sempurna.

I-2|Pendahuluan
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI Sustainable
SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS] Transportation

Perkembangan transportasi harus seiring dengan perkembangan kaktifitas


kehidupan baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk
mewujudkan transportasi yang baik adalah dengan memperhatikan kapasitas moda
angkutan dengan jumlah manusia maupun barang yang akan diangkut. Keseimbangan
kapsitas moda dengan jumlah manusia atau barang yang diangkut dapat menciptakan
sistem transportasi yang nyaman, aman dan terkendali. Permasalah transportasi sering
timbul akibat tidak seimbangnya kapasitas moda dengan jumlah barang yang diangkut
sehingga timbul ketidaknyamanan dan kerawanan. Masalah transportasi juga timbul
apabila jaringan prasarana angkutan seperti jalan, jembatan dan pelengkapnya tidak
dapat menampung dan melayani dengan baik. Kapasitas jalan yang tidak seimbang
dengan jumlah yang berlalu lalang dapat menimbulkan kemacetan yang kini banyak
terjadi pada kota-kota besar di dunia. Populasi kota yang semakin padat menyebabkan
jalan tidak dapat menampung seutuhnya, sehingga secara langsung dapat menghambat
aktifitas.
Sistem transportasi di Indonesia saat ini semakin tidak terkendali. Permasalahan
transportasi dan lalu lintas timbul di kota-kota besar. Kota-kota besar di Indonesia
berpotensi besar terjadi masalah transportasi dan lalu lintas salah satu contohnya adalah
Kota Jakarta sebagai pusat aktifitas perekonomian dan pemerintahan Indonesia.
Kemacetan selalu terjadi di saat jam puncak aktifitas penduduk. Kemacetan ini terjadi
akibat daya tampung jalan lebih kecil dari kuantitas kendaraan, sehingga kendaraan
tidak dapat bergerak dengan leluasa karena harus berdesakan. Tingginya kuantitas
kendaraan di Kota Jakarta karena pertumbuhan penduduk yang semakin tidak
terkendali. Kota Jakarta memiliki daya tarik sangat kuat bagi penduduk yang berasal
dari desa.
Tingginya aktifitas pergerakan penduduk pada kota-kota besar di Indonesia juga
karena pola pergerakan penduduk secara commuter yaitu perjalanan bolak-balik dari
tempat tinggal yang berada di suburban menuju pusat aktifitas yang berada di pusat
kota. Tindakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan lalu lintas hanya sebatas
tambal sulam. Perluasan jalan sebagai salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah pada kota-kota tertentu tidak dapat mengatasi masalah tersebut dan cenderung
penyediaan jalan mengikuti arus permintaan dengan semakin tingginya kuantitas
kendaraan tanpa adanya pengendalian. Pemerintah harus memperketat perizinan

I-3|Pendahuluan
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI Sustainable
SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS] Transportation

penggunaan kendaraan pribadi dan mengontrol pertumbuhan penduduk di suatu


wilayah. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas umum yang dapat menunjang
aktifitas transportasi seperti area pedestrian dan meningkatkan tingkat kenyamanan dan
keamanan angkutan umum agar masyarakat dapat beraktifitas dengan nyaman.
Peningkatan keamanan dan kenyamanan angkutan umum juga dapat mengalihkan
keinginan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi sehingga dapat
meminimalisasi polusi akibat kendaraan dan memperkecil kuantitas kendaraan di jalan.
Hal tersebut lebih efektif dan efisien karena tanpa harus melakukan pelebaran jalan
karena lahan yang juga semakin terbatas.
Dampak dari kemacetan lalu lintas di Indonesia adalah terhambatnya kegiatan
ekonomi seperti pendistribusian barang yang terlambat akibat terhambat kemacetan. Hal
tersebut dapat mempengaruhi harga barang. Kemacetan juga dapat berdampak terhadap
aktifitas lainnya sebagaimana Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia.
Solusi pemerintah untuk mengatasi kemacetan adalah dengan penyediaan angkutan
umum seperti busway dan memberi peraturan tentang jam berangkat siswa dan
karyawan yang berbeda agar meminimalisasi kemacetan. Tapi faktanya hal tersebut
tidak efektif karena pembagian jam tidak dapat dilaksanakan oleh semua karyawan
karena pemerintah tidak berhak mengatur jam masuk kerja untuk perusahaan swasta.
Keberadaan busway kurang efektif untuk mengurangi kemacetan di Kota Jakarta karena
masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dari pada menggunakan
angkutan umum. Hal tersebut karena faktor kemanan dan kenyamanan yang tidak
terjamin saat menggunakan busway. Sering terjadi tindak kejahatan sehingga pengguna
lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Jalur khusus busway yang tidak
memiliki pembatas yang cukup aman mengakibatkan banyak pengguna jalan menerobos
jalur tersebut sehingga dapat mengganggu laju busway.
Sejarah pertama pemanfaatan busway adalah Kota Curitiba-Brazil pada tahun
1974. Moda transportasi ini dikenal dengan BRT (Bus Rapid Transit) dengan jalur
khususnya. BRT merupakan angkutan umum yang sangat nyaman dan aman untuk
digunakan, sehingga dapat mengalihkan penggunaan moda transportasi pribadi untuk
menggunakan angkutan umum yang lebih nyaman dan aman. Dengan adanya BRT
terbukti dapat mengatasi kondisi Kota Curitiba yang dulunya dikenal dengan kota yang
sangat macet menjadi kota yang sangat nyaman. Sistem transportasi di Kota Curitiba

I-4|Pendahuluan
[PENERAPAN SISTEM BRT SECARA TERPADU, EFISIEN, DAN EFEKTIF SEBAGAI Sustainable
SOLUSI KEMACATAN LALU LINTAS] Transportation

adalah Trinary Road System yaitu terdapat 2 jalur jalan besar yang berlawan arah dan 2
jalur sekunder di tengahnya sebagagai jalaur khusus. Sistem TRS cukup efektif untuk
mengatasi permasalahan transportasi secara terpadu dan cukup efisien untuk jangka
waktu mendatang. Sistem tersebut memiliki kesamaan dengan busway Transjakarta di
Indonesia, dalam hal ini tingkat kenyamanan dan kemanan sarana transportasilah yang
membedakan andata BRT di Curitiba dan Transjakarta di Jakarta.
Transportasi yang berkelanjutan dapat terwujud dengan mempertimbangkan
efisiensi dan efektifitas penyediaan fasilitas transportasi untuk menunjang aktifitas
masyarakat serta meminimalisasi dampak terhadap lingkungan dengan menggunakan
moda yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut akan menciptakan kesejahteraan
masyarakat tidak hanya pada jangka waktu pendek tapi juga untuk masa mendatang.
Aktifitas yang ramah lingkungan dan menciptakan keseimbangan ekonomi sosial dapat
menjadikan suatu wilayah yang sustainable sperti Kota Curitiba-Brazil. Kota Curitiba
menciptakan sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan dengan sistem
“Integrated Transport Network” atau jaringan transportasi terpadu dapat mengubah
kota yang pada awalnya adalah kota dengan kemacetan tinggi menjadi kota yang
nyaman dan aman untuk beraktifitas penduduknya. Indonesia sebagai negara
berkembang dapat mengadaptasi atau menjadikan Kota Curitiba sebagai acuan untuk
mewujudkan sistem transportasi berkelanjutan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kekurangan dari sistem transportasi
Transjakarta bila dibandingkan dengan keberhasilan Kota Curitiba dengan Bus Rapid
Transit yang dapat mengatasi kemacatan lalu lintas. Kelemahan dan kendala moda
Transjakarta untuk mengatasi kemacatan di Kota Jakarta.

I-5|Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai