Menurut sejarah nya, praktek penyambungan sudah dikenal manusia sekitar 3000 tahun yang
silam, seperti: pengelasan, pematrian, penempaan dan brasing. Tetapi baru pada tahun 1903,
Thomas Alfa Edison mementakan hak paten untuk deposisi nikel secara elektrolitik diantara
pelat yang dipanaskan di dalam lingkungan hidrogen.
Secara umum ada banyak pengertian tentang pengelasan, namun kita hanya “tertarik” kepada 2
(dua) pengertian saja.
Pertama ; Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam menjadi satu
akibat panas, dengan atau tanpa tekanan.
Kedua ; Pengelasan adalah merupakan ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik-
menarik (gaya kohesi) antara atom-atom logam nya.
Agar pengelasan dapat dilakukan dengan baik, maka ke-2 permukaan logam tersebut perlu bebas
dari gas yang terserap atau oksida-oksida.
Secara umum, jenis-jenis sambungan las dapat dikelompok kan menjadi 2 (dua),
Bila dua permukaan yang rata dan bersih di tekan, maka kristal-kristal nya akan tertekan juga
dan bersinggungan, dan bila tekanan di perbesar, maka daerah singgungan nya pun bertambah
besar (luas), Dalam hal ini, lapisan oksida nya pecah dan logam mengalami deformasi, sehingga
kristal-kristal di kedua permukaan akan menyatu dan akhirnya kedua logam pun menyatu.
Bila kedua permukaan yang rata dan bersih, disamping ditekan juga dipanaskan, maka kedua
permukaan tersebut akan melebur, sehingga terjadilah sambungan pengelasan panas. Semakin
tinggi suhu pengelasan nya, ke uletan logam nya akan bertambah dan proses difusi atom akan
bertambah cepat.
Sekalipun sambungan panas dengan tekanan lebih efisien, namun kekuatan sambungan nya
ditentukan oleh ikatan antar atom-atom nya.
Ada banyak sekali macam dan jenis pengelasan yang dikenal dan dikembangkan, tergantung
kepada cara pemanasan dan peralatan nya. Namun dibawah ini akan diterangkan jenis-jenis
pengelasan yang lebih umum dan sering digunakan di dunia industri dan komersial.
a). nyala
b). dapur
c). induksi
d). tahanan
e). celup
b). oksiasetilen
c). oksihidrogen
d). tekanan
a). titik
b). kampuh
c). proyeksi
d). tumpul
e). nyala
f). perkusi
- frekwensi tinggi
. titik busur
. hidrogen atom
. gas inert
. busur terendam
. lantak
. terak elektro
7. Berkas Elektron
8. Pengelasan Lasser
9. Pengelasan Gesekan
10. Pengelasan Termit, terdiri dari:
a). tekanan
a). tekanan
Untuk menyatukan atau menyambung logam pada proses pengelasan, adakalanya memerlukan
pengerolan atau penekanan dan pemukulan, pada proses lain, perlu melelehkan logam dan tidak
memerlukan tekanan. Pada proses pengelasan dengan tekanan, umum nya permukaan logam
harus dipanas kan terlebih dahulu, sehingga terjadi gaya kohesi. Suhu pemanasan harus masih
berada dibawah titik cair logam induk, kalaupun sampai mencair, maka logam cair harus di
lokalisir, disini diperlukan tambahan logam cair yang lain (filler).
Adakalanya, pada logam yang mencair dan kemudian membeku, akan ada terperangkap oksida,
hal ini merupakan kerugian yang besar. Untuk itu sering digunakan fluks yang dapat melarutkan
oksida didalam terak yang kemudian mengambang diatas permukaan logam cair. Oksida yang
berada diatas permukaan ini, dapat berfungsi untuk melindungi logam induk dari kontaminasi
udara luar.
Karena peristiwa terjadinya oksidasi bisa berlangsung begitu sangat cepat pada suhu yang tinggi,
maka faktor kecepatan proses pengelasan, sangat perlu mendapat perhatian.
Pada proses pengelasan, selalu dianjurkan agar permukaan logam induk yang akan dilas harus
dalam keadaan bersih, karena permukaan yang bersih, akan menghasilkan sambungan las yang
jauh lebih kuat.
Secara prinsip, ke-2 (dua) proses penyambungan logam ini adalah sama, yakni memanfaat kan
logam penyambung lain nya yang dalam keadaan cair dan kemudian membeku.
Solder dan Patri ini penggunaan nya dalam dunia industri dan komersial adalah sangat luas.
12.1. PENYOLDERAN
Proses penyolderan ini digunakan untuk menyambung 2 (dua) kepingan logam yang berbeda
jenis nya, dimana logam tambahan yang cair ber temperatur sekitar 430 ° C di tuangkan. Logam
tambahan yang umum digunakan adalah: paduan timbal dan timah, dimana titik lebur nya antara
(180 s/d 370) ° C.
Kekuatan penyolderan ditentukan oleh “gaya adhesi” dari paduan nya. Sedangkan komposisi
paduan yang sering digunakan adalah: 50% timbal + 50% timah yang akan mencair pada
temperatur sekitar 220 ° C.
Biasanya pada timah ditambahkan unsur: kadmium, perak, tembaga atau seng dengan tujuan
untuk memperoleh sifat fisis yang lebih baik.
12.2. PEMATRIAN
Proses pematrian menggunakan logam tambahan (pengisi) dari jenis “non-besi” dimana titik
cairnya mencapai lebih dari 430 ° C, tetapi masih dibawah titik cair logam induk yang akan di
sambung, logam tambahan tersebut kemudian akan mengisi ruang diantara logam-logam yang
akan disambung.
Gaya yang menarik logam cair untuk mengisi segenap ruangan penyambungan, disebut dengan
“gaya kapiler. Pada pematrian biasa, distribusi logam pengisi tidak dikendalikan oleh gaya
kapiler, tetapi logam pengisi dicairkan dan dituangkan pada daerah yang akan disambung.
Diperlukan fluks khusus untuk menghilangkan oksida logam dan logam pengisi harus
mempunyai sifat fluiditas, agar dapat membasahi permukaan logam yang akan disambung.
Tidak semua logam lunak baik digunakan untuk penyambungan dengan patri, namun logam dan
paduan patri yang lazim digunakan adalah:
Biasanya proses pematrian dapat dikelompok kan berdasarkan cara pemanasan logam induk
(biasanya memakai nyala oksiasatilen), sedangkan proses mana yang akan digunakan, tergantung
kepada bahan pengisi, peralatan yang tersedia, biaya dan bentuk benda yang akan disambung
Dibawah ini dapat dilihat, gambar beberapa bentuk-bentuk sambungan patri yang lazim dipakai
pada berbegai keperluan komersial:
Catatan:
a). Diperlukan adanya celah di antara logam I dan logam II, sehingga logam pengisi dapat
mengisi nya berdasarkan gaya tarik-menarik kapiler
b). Ke-2 (dua) logam yang akan disambung, harus bersih dari kotoran-kotoran, minyak-minyak
atau oksida-oksida.
c). Ke-2 (dua) logam yang akan disambung patri, harus mempunyai dimensi yang sama.
Hal yang paling utama harus dipehatikan pada proses pematrian adalah: permukaan yang akan di
patri, harus bebas dari kotoran-kotoran, minyak atau oksida-oksida. Adakalanya diperlukan
pembersihan menggunakan cairan kimia (secara kimiawi) ataupun secara mekanik, disamping
juga fluks (boraks dan campuran nya dengan garam-garam lain).
12.3. CARA MEMANASKAN L OGAM PADA PROSES PEMATRIAN
Secara umum, ada 4 (empat) cara yang dapat dilakukan untuk memanaskan logam induk pada
proses pematrian, yaitu:
a). Pencelupan benda yang akan disambung kedalam logam pengisi atau fluks cair. Suhu fluks
cair harus lebih rendah dari titik cair logam induk yang akan di sambungkan.
Benda dijepit dgn jig dan dimasukkan ke dalam dapur pada suhu pencairan logam patri (filler).
c). Mematri dengan nyala, analogi dengan pengelasan gas oksiasetilen. Panas berasal dari nyala
oksiasetilen atau oksihidrogen dan kawat logam pengisi dicairkan tepat pada celah-cekah
sambungan. Fluks (berupa “boraks”) ditambahkan dengan cara mencelupkan kawat ke dalam air.
d). Pada patri listrik, panas berasal dari tahanan, induksi atau busur (arc).
Catatan:
1. Agar mudah pengendalian suhu dan kecepatan nya, biasanya digunakan cara a) dan b).
2. Untuk mempercepat proses pematrian, bahan pengisi dapat dibentuk terlebih dahulu
menyerupai bentuk sambungan (misalnya: cincin, batang, dll)
Keuntungan Patri:
- pipa
Agar sambungan las cukup kuat, maka pengelasan nya harus dirancang dan di sesuaikan dengan
dimana dan untuk apa benda kerja tersebut kelak akan digunakan.
Dibawah ini ada beberapa bentuk sambungan las-las an yang lazim digunakan: