Bagaimana seekor ganjurmampu mengepakkan sayapnya 1000 kali per detik? Bagaimana
seekor kutu melompat sejauh ratusan kali ukuran tinggi tubuhnya? Mengapa seekor kupu-
kupu terbang maju sementara sayapnya mengepak ke atas dan ke bawah?
Lalat adalah satu di antara hewan-hewan yang disebut di dalam Al Qur’an, sebagai satu saja
dari banyak satwa yang mengungkap pengetahuan tak terbatas Tuhan kita. Allah Yang
Mahakuasa berfirman tentang hal ini dalam ayat ke-73 surat Al Hajj:
Otot terbang dari banyak serangga seperti belalang dan capung mengerut sangat kuat akibat
rangsangan yang ditimbulkan saraf-saraf yang mengendalikan setiap gerakannya. Pada
belalang, misalnya, sinyal-sinyal kiriman setiap saraf menyebabkan otot-otot terbang
mengerut. Dengan bekerja bergantian, tidak saling berlawanan, dua kelompok otot yang
saling melengkapi, yang dinamakan elevator (pengangkat) dan depresor (penurun),
memungkinkan sayap-sayap terangkat dan mengepak ke bawah. Belalang mengepakkan
sayapnya 12 hingga 15 kali per detik, dan agar dapat terbang serangga-serangga lebih kecil
harus mengepakkan sayapnya lebih cepat lagi. Lebah madu, tawon dan lalat mengepakkan
sayap 200 hingga 400 kali per detik, dan pada ganjur dan sejumlah serangga merugikan yang
berukuran hanya 1 milimeter (0.03 inci), kecepatan ini meningkat ke angka mengejutkan
1000 kali per detik! Sayap-sayap yang mengepak terlalu cepat untuk dapat dilihat mata
manusia telah diciptakan dengan rancangan khusus agar dapat melakukan kerja yang terus-
menerus semacam ini.
Sebuah saraf mampu mengirim paling banyak 200 sinyal per detik. Lalu bagaimana seekor
serangga kecil mampu mengepakkan sayapnya 1000 kali per detik? Penelitian telah
membuktikan bahwa pada serangga-serangga ini, tidak terdapat hubungan satu-banding-satu
antara sinyal dari saraf dan jumlah kepakan sayap per satuan waktu.
Pada perangkat istimewa ini, yang masing-masing diciptakan tersendiri pada tubuh setiap
serangga, tak dijumpai ketidakteraturan sedikit pun. Saraf-sarafnya tidak pernah mengirim
sinyal yang salah, dan otot-otot serangga senantiasa menerjemahkannya secara benar.
Pada jenis seperti lalat dan lebah, otot-otot yang memungkinkan terbang bahkan tidak
menempel pada pangkal sayap! Sebaliknya, otot-otot ini melekat pada dada melalui pengait
yang berperan seperti engsel, sedangkan otot-otot yang mengangkat sayap ke atas melekat
pada permukaan atas dan bawah dada. Saat otot-otot ini mengerut, permukaan dada menjadi
rata dan menarik pangkal sayap ke bawah. Permukaan samping sayap memberikan peran
penyokong sehingga memungkinkan sayap-sayap terangkat. Otot-otot yang menimbulkan
gerakan ke bawah tidak melekat langsung pada sayap, tapi bekerja di sepanjang dada. Ketika
otot-otot ini mengerut, dada tertarik kembali ke arah berlawanan, dan dengan cara ini sayap
tergerakkan ke bawah.
Engsel sayap tersusun atas protein khusus yang dikenal sebagai resilin, yang memiliki
kelenturan luar biasa. Karena sifatnya jauh mengungguli karet alami ataupun buatan, para
insinyur kimia berupaya membuat tiruan bahan ini, di laboratorium. Saat melentur dan
mengerut, resilin mampu menyimpan hampir keseluruhan energi yang dikenakan padanya,
dan ketika gaya yang menekannya dihilangkan, resilin mampu mengembalikan keseluruhan
energi itu. Alhasil, daya guna (efisiensi) resilin dapat mencapai 96%. Saat sayap terangkat,
sekitar 85% energi yang dikeluarkan disimpan untuk saat berikutnya; energi yang sama ini
kemudian digunakan kembali dalam gerakan ke bawah yang memberikan daya angkat ke atas
dan mendorong sang serangga ke depan. Permukaan dada dan ototnya telah diciptakan
dengan rancangan istimewa untuk memungkinkan pengumpulan energi ini. Namun, energi
tersebut sesungguhnya disimpan pada engsel yang terdiri atas resilin. Sudah pasti mustahil
bagi seekor serangga, dengan usahanya sendiri, melengkapi
diri sendiri dengan peralatan luar biasa untuk terbang.
Kecerdasan dan kekuatan tak terhingga Allah telah
menciptakan resilin istimewa ini pada tubuh serangga.
Masalah terbesar yang dihadapi jenis serangga sangat mungil ketika terbang adalah hambatan
udara. Bagi mereka, kerapatan udara sangat besar menjadi rintangan yang tidak bisa
diremehkan. Selain itu, lapisan penghambat di sekeliling sayap menyebabkan udara melekat
pada sayap dan mengurangi kedayagunaan (efisiensi) terbang. Agar dapat mengatasi
hambatan udara ini, serangga-serangga seperti Forcipomya, yang lebar sayapnya tak lebih
dari 1 milimeter, harus mengepakkan sayap 1000 kali per detik.
Para ilmuwan percaya bahwa secara teori, kecepatan ini pun tidaklah cukup menahan
serangga-serangga ini tetap di udara, dan mereka pastilah menggunakan perangkat tambahan
lainnya. Pada kenyataannya, Anarsia, sejenis serangga merugikan, menggunakan cara yang
dikenal sebagai 'beat and shake' (mengepak dan menggoyang). Ketika sayap-sayapnya
mencapai titik tertinggi dalam gerakannya ke atas, sayap-sayap ini saling mengepak dan
kemudian membuka ke bawah kembali. Di saat sayap-sayap ini (dengan jaringan pembuluh
darahnya) membuka, aliran udara depan membentuk pusaran mengitari sayap-sayap tersebut
dan dengan kepakan sayap membantu daya angkat.
Seluruh pengetahuan yang dipaparkan di sini dihasilkan dari penelitian terhadap kemahiran
terbang tiga atau empat jenis serangga saja. Perlu diketahui bahwa keseluruhan jenis serangga
di bumi berjumlah sekitar 10 juta. Dengan mempertimbangkan seluruh jutaan jenis
selebihnya ini, beserta keistimewaan tak terhitung yang dimilikinya, seseorang pasti semakin
bertambah kekagumannya akan kehebatan Allah yang tak terhingga.
Para ilmuwan telah berhasil memisahkan gen resilin dari lalat buah dan berhasil membuat
salinan protein ini secara alamiah dengan mencangkokkan gen tersebut ke dalam bakteri
Escherichia coli.
Dalam penelitian yang dilakukan the Australian Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organization (CSIRO), (Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran
Australia), para ilmuwan yang berhasil menemukan gen yang menghasilkan resilin serangga
juga menemukan polimer hebat yang mungkin berguna dalam penanganan penyakit
pembuluh darah vena. Pengkajian yang berawal di tahun 1960-an, yang dipusatkan pada
belalang dan capung padang pasir, merupakan pendorong kuat yang memajukan tahap
terpenting ini.
Resilin, yang juga memberikan kutu kemampuan untuk membuat lompatan luar biasa,
melengkapi belalang dan capung padang pasir, serta serangga lain keahlian bergerak yang
mengejutkan. Berkat zat ini, kutu mampu melompat beratus-ratus kali tinggi tubuhnya sendiri
dan sejumlah lalat dapat mengepakkan sayapnya lebih dari 200 kali per detik.
Protein yang diperoleh dari resilin jauh lebih baik dari produk karet berkualitas tertinggi
dalam hal kemampuannya menahan tekanan dan kembali ke bentuk asalnya. Penelitian yang
berkelanjutan tentang resilin tiruan menunjukkan bahwa protein tersebut tetap memiliki sifat-
sifat ini.
Profesor asal Inggris Roger Greenhalgh menyatakan bahwa “Penelitian [terhadap resilin]
tampaknya berada pada tahap paling awal, tapi jika kita dapat mengambil sesuatu yang bagus
dari kelenturan kutu tersebut yang bermanfaat bagi manusia, hal itu akan sangat berkesan“1
Rujukan:
1. "Synthesis and properties of cross linked recombinant pro-resilin,"; by Christopher M.
Elvin, Andrew G. Carr, Mickey G. Huson, Jane M. Maxwell, Roger D. Pearson, Tony
Vuocolo, Nancy E. Liyou, Darren C. C. Wong, David J. Merritt and Nicholas E. Dixon,
Nature 437, 999-1002 (13 October 2005) | doi: 10.1038/nature04085; "Flea protein may
repair arteries" BBC News, October 12, 2005
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/096.htm