Anda di halaman 1dari 12

pH AIR (DERAJAT KEASAMAN)

♦ Aktivitas ion hidrogen dalam larutan dan dinyatakan


sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter)
pada suhu tertentu
♦ Perairan dengan pH rendah  aktivitas tubuh ikan
menurun dan kondisi ikan menjadi lemah  ikan
mudah
terkena infeksi  kematian ikan
♦ Air yang netral atau sedikit basa umumnya sangat ideal
untuk organisme air laut (ikan khususnya) membantu
konversi zat-zat organik menjadi substansi-substansi
yang dapat diasimilasi seperti amoniak dan nitrat
♦ Air laut mempunyai daya penyangga yang besar
terhadap pH, umumnya pH air laut antara 7,6-8,7.
Pertumbuhan optimal ikan terjadi pada pH 7-8,
kebutuhan pertumbuhan rumput laut dan tiram mutiara
antara 6,5–8
SALINITAS
♦ Padatan total di dalam air, setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh klorida dan semua bahan organik telah
dioksidasi
♦ Ikan akan melakukan aklimatisasi  perubahan salinitas
yang ekstrim  sering terjadi pada ikan yang mengalami
stres  nafsu makan menurun fluktuasi salinitas
♦ Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan nilai
salinitas pada suatu perairan : 1) adanya evaporasi pada
permukaan perairan; 2) banyaknya air tawar yang masuk
perairan; dan 3) musim (musim barat dan musim timur)
♦ Kerapu dan beronang  hidup di daerah estuaria
maupun daerah terumbu karang. Ikan kakap hidup 
di perairan pantai dan muara sungai. Rumput laut hidup
di daerah terumbu karang. Pada umumnya salinitas
alami perairan terumbu karang di Indonesia 31 ppt
OKSIGEN TERLARUT

♦ Dissolved Oksigen  jumlah mg/L gas oksigen yang


terlarut dalam air
♦ Oksigen terlarut dalam air  hasil proses
fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya,
difusi dari udara dan aliran air
♦ Ketersediaan oksigen terlarut di suatu perairan 
mempengaruhi pertumbuhan ikan, konversi pakan ikan
yang dibudidayakan, dan mengurangi daya dukung
biomassa ikan
♦ Oksigen berbanding terbalik dengan suhu  suhu tinggi
maka kelarutan oksigen berkurang
♦ Konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/L cukup
memadai untuk menunjang secara normal komunitas
akuatik di perairan. Kandungan oksigen terlarut untuk
menunjang usaha budidaya adalah 5 – 8 mg/L
Biochemical Oksigen Demand (BOD)

♦ Parameter kimia yang memiliki sifat memakai oksigen


terlarut di perairan

♦ Digambarkan sebagai jumlah bahan organik yang dapat


didekomposisi secara biologi  bahan organik tersebut
berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan yang
telah mati atau merupakan hasil limbah buangan
domestik dan industri

♦ Perairan yang belum tercemar mempunyai kadar BOD


0,5-7,0 mg/L (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi,
2003), sementara perairan yang telah mengalami
pencemaran mempunyai kadar BOD lebih dari 10 mg/L
(Rao, 1991 dalam Effendi, 2003)
AMMONIA (NH3)
♦ Parameter kimia perairan yang bersifat toksik terhadap
organisme budidaya
♦ Pada saat kadar amonia dalam air tinggi maka kemampuan
ikan untuk mengekskresikan amonianya berkurang 
menyebabkan naiknya kadar amonia dalam darah maupun
jaringan tubuh  menyebabkan kerusakan insang,
pengurangan kapasitas darah dalam membawa oksigen
serta kerusakan histologi pada sel darah merah
♦ Konsentrasi maksimum amonia untuk ikan laut berkisar
0,01 mg/L
NITRIT (NO2)
♦ Sangat beracun bagi hewan akuatik
♦ Tingkat nitrit yang tinggi dalam air yang sedikit
mengandung ion klorida  menyebabkan berkurangnya
aktivitas makan, konversi pakan yang tinggi, penurunan
daya tahan terhadap penyakit serta terjadinya kematian
Lanjutan
♦ Nitrit jarang menjadi masalah dalam budidaya ikan payau
maupun laut  tingginya kandungan ion klorida dalam dua
perairan tersebut  di perairan kadar nitrit jarang melebihi
1 mg/L.
NITRAT (NO3)
♦ Bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien bagi pertumbuhan tanaman dan algae, senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa
nitrogen di perairan
♦ Nitrat jarang menjadi masalah dalam budidaya hewan
akuatik baik di air tawar, payau maupun air laut 
keracunan nitrat pada hewan akuatik jarang sekali terjadi
♦ Nitrat  mengelompokkan tingkat kesuburan perairan,
perairan oligotropik memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg/L,
perairan mesotropik 1-5 mg/L dan perairan eutropik
berkisar antara 5-50 mg/L
Nitrifikasi : suatu proses oksidasi enzimatik yang dilakukan
oleh sekelompok jasad renik/bakteri dan berlangsung dalam
dua tahap yang terkoordinasikan (Rompas,1998)

Pada proses tahap pertama reaksi berlangsung dari ammonium


ke nitrit yang melibatkan bakteri Nitrosomonos dan
Nitrosococcus dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
 NH4 + 3/2 O2 NO2 + H2O + 2 H E = - 65 kcal
Reaksi kedua diperankan oleh bakteri Nitrobacter dan
Nitrococcus spp yang melakukan oksidasi dari nitrit ke nitrat : 
NO2 + 1/2 O2 NO3 + E = - 18 kcal

Reaksi nitrifikasi seperti di atas dapat berlangsung jika adanya


oksigen.
Proses oksidasi dari NO2 ke nitrat umumnya lebih cepat dari
pada proses oksidasi dari NH4 ke nitrit, dan nitrit ini terakumulasi
di lingkungan
Amonifikasi *
• dilakukan oleh tumbuhan, hewan dan mikroorganisme
• pada lingkungan asam atau netral, NH3 ada dalam bentuk
ion, NH4+
• pada lingkungan basa, NH3 akan dilepas ke atmosfir
• ion NH4+ merupakan bentuk N yang dapat digunakan oleh
berbagai organisme termasuk mikroorganisme.

Nitrifikasi
• Mikroorganisme yang berperan: Arthrobacter, Aspergillus,
Nitrosomonas
• Proses nitrifikasi penting  perubahan ion NH4+ menjadi
NO2- & NO3- membuat muatan ion menjadi negatif
 memungkinkan N bergerak bebas di dalam air tanah
dilakukan oleh tumbuhan, hewan dan mikroorganisme
FOSFAT
♦ Salah satu nutrient yang diperlukan oleh organisme
produsen fitoplankton untuk pertumbuhan dan salah satu
komponen yang penting bagi pembentukan protein dan
metabolisme seluruh organisme yang hidup di dalam air
♦ Perairan yang tercemar terutama yang berasal dari limbah
rumah tangga, pertanian dan industri  meningkatnya
jumlah kandungan fosfat dalam sistem, apabila kandungan
fosfat cukup besar dan melebihi kebutuhan normal dari
organisme nabati  keadaan lewat subur (eutrofikasi),
keadaan seperti ini apabila ditunjang dengan keberadaan
unsur-unsur hara lain akan merangsang pertumbuhan
plankton secara melimpah (blooming plankton) 
penurunan oksigen secara drastis  kematian massal ikan
dan organisme akuatik
♦ Kebutuhan pertumbuhan ikan kerapu antara 0,2 – 0,5 mg/L
dan pertumbuhan tiram mutiara antara 0,5 – 1,0 mg/L
HIDROGEN SULFIDA

♦ Berasal dari limbah industri maupun proses dekomposisi


bakteri dalam keadaan anaerob. H2S merupakan gas yang
mudah larut dan sangat toksik bagi kehidupan hewan
akuatik, sumber utama H2S adalah dekomposisi bahan
organik oleh bakteri tanah
♦ Pada perairan alami yang mendapatkan cukup aerasi
biasanya tidak ditemukan H2S karena telah teroksidasi
menjadi sulfat
♦ H2S yang terdapat di sekitar dasar perairan yang banyak
mengandung deposit lumpur mencapai 0,7 mg/L,
sedangkan pada kolom air biasanya berkisar antara
0,02-0,1 mg/L
♦ Kadar H2S kurang dari 0,002 mg/L dianggap tidak
membahyakan bagi kelangsungan hidup organisme
akuatik

Anda mungkin juga menyukai