ISSN.1907-753X
ABSTRAK
Kebijakan sistem transportasi berkelanjutan ini memiliki tiga syarat utama, yaitu
peningkatan kesejahteraan rakyat, meminimalisasi dampak lingkungan hidup dan
adanya keberlanjutan penggunaan potensi sumber daya. Sumber polusi udara di
daerah perkotaan termasuk di Kota Surabaya biasanya datang dari sektor
transportasi karena sebagian besar kendaraan bermotor menggunakan bahan
bakar minyak (BBM). Bahan bakar gas (BBG) merupakan salah satu bahan bakar
alternatif yang dapat digunakan dalam rangka perbaikan kualitas udara di Kota
Surabaya. Dalam konteks ini kiranya penting diketahui bagaimana implementasi
pemakaian BBG di Kota Surabaya. Pendekatan dalam kajian ini dilakukan dengan
melakukan survey terhadap pihak pengelola kendaraan umum dan pihak pemakai
kendaraan dinas di lingkungan Pemkot Surabaya yang pernah menggunakan BBG.
Selanjutnya, dilakukan evaluasi terhadap pengalaman pemakaian BBG oleh taksi
zebra dan kendaraan dinas dilingkungan Pemkot Surabaya. Hasil yang didapatkan
memperlihatkan bahwa keunggulan dari pemakaian BBG untuk angkutan umum
(taksi) dan kendaraan dinas yang beroperasi di wilayah Kota Surabaya,
diantaranya : harga BBG lebih murah dibandingkan dengan BBM; volume
pemakaian BBG lebih irit dibandingkan dengan BBM; dan lebih ramah lingkungan.
Sedangkan kelemahannya diantaranya : jumlah SPBG masih sangat sedikit; stock
BBG yang tersedia di SPBG terbatas; pasokan BBG pada stasiun yang ada belum
lancar; dan lokasi SPBG masih sulit dijangkau. Ditinjau dari sistem
operasionalnya, implementasi pemakaian BBG pada kendaraan umum berbeda
dengan kendaraan dinas.
Halaman 34 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurnal APLIKASI Volume 4, Nomor 1, Pebruari 2008
ISSN.1907-753X
Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 35
Volume 4, Nomor 1, Pebruari 2008 Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X
Surabaya harus memulai lagi menjadi ujung telah mendapatkan perhatian cukup serius
tombak untuk penerapkan pemanfaatan BBG dan telah didudukan sebagai prioritas dalam
tersebut sebagai bagian dari program pembangunan transportasi perkotaan yang
transportasi berkelanjutan dalam upaya berkelanjutan (Substainable Urban
mengurangi polusi udara. Transport Development).
Tujuan dari kajian penunjang transportasi Permasalahan polusi udara akibat emisi
berkelanjutan ini adalah sebagai berikut: kendaraan bermotor sudah mencapai titik
a. Mengevaluasi keunggulan-keunggulan yang mengkhawatirkan terutama dikota-kota
penggunaan BBG pada kendaraan besar. Tingginya pertumbuhan jumlah
bermotor di Kota Surabaya. kendaraan bermotor di kota-kota besar di
b. Mengevaluasi kelemahan-kelemahan Indonesia tidak dapat dihindarkan yaitu
penggunaan BBG pada kendaraan berkisar 8-12% pertahun. Pertumbuhan
bermotor di Kota Surabaya . jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
c. Membandingkan implementasi antara untuk 10 tahun terakhir, didominasi oleh
pemakaian BBG pada kendaraan umum kendaraan bermotor roda dua (72%) urutan
dengan kendaraan dinas, dan kedua setelah kendaraan bermotor roda dua
d. Merencanakan lokasi penempatan SPBU (sepeda motor) adalah mobil penumpang
BBG untuk kendaraan pengguna BBG di (15%), berikut mobil barang (9%) dan mobil
Kota Surabaya. bus (4%), dimana sebagian besar kendaraan
bermotor ini menggunakan bahan bakar
minyak (BBM) berupa Premix, Premium atau
2. TINJAUAN PUSTAKA
Solar.
2.1. Dampak Transportasi Terhadap
Kendaraan bermotor yang menggunakan
Kerusakan Lingkungan
Bahan Bakar Minyak (BBM) mengandung
Pencemaran udara terutama di kota–kota timah hitam (Leaded) berperan sebagai
besar telah menyebabkan menurunnya penyumbang polusi cukup besar terhadap
kualitas udara sehingga mengganggu kualitas udara dan kesehatan. Kondisi
kenyamanan, bahkan telah menyebabkan tersebut diperparah oleh terjadinya krisis
terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya ekonomi yang melanda negara kita sejak
kualitas udara tersebut terutama disebabkan tahun 1997, dimana kondisi kendaraan
penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana bermotor dan angkutan sangat buruk akibat
transportasi dan industri yang umumnya mahalnya suku cadang dan perawatan yang
terpusat di kota-kota besar. kurang baik sehingga proses pembakaran
kurang sempurna.
Dampak negatif akibat menurunnya kualitas
udara cukup berat terhadap lingkungan 2.2. Konsumsi BBM Secara Nasional
terutama kesehatan manusia yaitu :
Berdasarkan data Pertamina (April 99–
menurunnya fungsi paru, peningkatan
Nopember 99) penjualan BBM berupa
penyakit pernapasan, dampak karsinogen
Premix, premium dan Solar secara Nasional
dan beberapa penyakit lainya. Selain itu
mencapai 34.499.347 kilo literI, sedangkan
pencemaran udara dapat menimbulkan bau,
perkiraan penggunaan Bahan Bakar Minyak
kerusakan materi, gangguan penglihatan,
(BBM) untuk Transportasi Darat berdasarkan
dan dapat menimbulkan hujan asam yang
penelitian Badan Litbang perhubungan
merusak lingkungan.
(1996), adalah 31.000.000 kilo liter pada
Hasil penelitian Bapedal (2002) menunjukan tahun 2005.
bahwa kendaraan bermotor di Jakarta
2.3. Perkembangan Bahan Bakar
memberikan kontribusi pencemaran CO
Berwawasan Lingkungan
sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC
sebesar 88,90%. Sebenarnya kondisi tersebut Di sektor transportasi konsumsi Bahan Bakar
diatas juga telah dialami oleh beberapa kota Minyak (BBM) masih sangat dominan untuk
besar di negara lain, namun telah ditangani memenuhi kebutuhan energi di sektor ini.
secara serius sehingga tingkat pencemaran Namun demikian peluang pemanfaatan
dapat dikurangi (Abubakar, 2006). Hal ini bahan bakar gas (LPG & CNG) dan Listrik
menunjukan bahwa masalah lingkungan dikemudian hari sangat besar, terlihat dari
Halaman 36 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurrnal APLIKA
ASI Volume 4, N
Nomor 1, Peb
bruari 2008
ISS
SN.1907-753X
X
TODOLOGI
3. MET 4. HASIL
L DAN PEMBA
AHASAN
Metode e yang digu unakan dalam studi inii 4.1. Ha
asil Inventariisasi Data
berisi langkah-langk
l kah pelaksana aan studi ini.
Pada stuudi ini evaluasi terhadap pemakaian
Langkaah-langkah ya ang dilakukan mulai darii
BBG didasarkan pa ada hasil suurvey yang
tahap awal sampai selessai pentingg
dilakukaan pada bulann oktober dan
n nopember
mengin ngat bahwa penelitian merupakan n
2007 olleh tim survveyor kepada a 22 orang
rangkaaian proses ya ang berurutaan dan salingg
responden. Adapun responden ya ang disurvei
terkaitt secara sistem
matis, sebaga ai berikut :
terdiri dari
d : pihak manajemen perusahaan
1. Pelaksanaan ke egiatan surveyy baik surveyy
(2 orang) dan penggemudi taksi (13) serta
datta sekunderr maupun data d primer,,
pihak peemerintah Koota Surabaya (7 orang).
diaantaranya :
• Melakukan pengumpulan
p data primerr 4.1.1. Data
D Evaluasi Pemakaian BBG
B
(survey lapan
ngan) berupa a:
o Survey/Innterview/Tanyya Jawabb Dalam melakukan evaluasi terhadap
dengan pihak pen ngelola dan n pemakaian BBG digu unakan data hasil survey
pengemud di Taksi Zebra terhadap responden tentang keun nggulan dan
o Survey / Interview /T Tanya Jawab b kelemahhan dari pem makaian BBG baik untuk
dengan pihak
p pemaka ai Kendaraan n kendaraaan dinas ma aupun kendaraan umum
Dinas did Lingkungan Pemkott atau takksi. Data keu
unggulan pem
makaian BBG
Surabaya yang pernahh meliputi :
mengguna akan BBG. 1. Hargaa BBG lebih murah diibandingkan
• Melakukan pengumpu ulan data
a dengan BBM;
sekunder / Institusional 2. Volumme pemaka aian BBG lebih irit
o Data tentang hasil studi-studii diban
ndingkan dengan BBM; dan n
u
terdahulu 3. BBG lebih ramah lingkungan (mengurangi
(
o Paraturan n hukum yang telah h polussi).
ditetapka
an Hasil survey perbanddingan antara
a harga BBG
o Data-data a yang terk kait dengan n dengan BBM ditun njukkan sep perti pada
pengoperrasian taksi zebra yangg Gambarr 4.1 berikut ini.
i
mengguna akan BBG
o Data-data a yang terk kait dengan n
pengoperrasian kendaraann
bermotorr dinas yang menggunakan
m n bih Murah
Leb
BBM
o Data keberadaaan dan
n 0%
pengoperrasian SPBGG (Stasiun
n 100% Ya
Pengisian Bahan Bakarr Gas)
akukan evalua
2. Dila asi terhadap pengalaman n
pemmakaian BBG G oleh taksii zebra dan n
kendaraan dina as dilingkung gan Pemkott
Suraabaya.
3. Berd dasarkan datta hasil survey dan hasill am perbandingan harga
Gambar 4.1 Diagra
evaluasi pemakaian BBG te ersebut, lalu u BBG deengan BBM
Stock B
BBG Terba
atas
45% 55% Ya
Hala
aman 38 Jurnal
J APLIK
KASI: Media In
nformasi & Ko
omunikasi Apllikasi Teknik Sipil Terkini
Jurrnal APLIKA
ASI Volume 4, N
Nomor 1, Peb
bruari 2008
ISS
SN.1907-753X
X
Gamba
ar tersebut memperliha atkan bahwaa BBG me enyatakan baahwa untuk menjangkau
m
55% menyatakan
m bahwa stock k BBG pada a lokasi SPBG
S para peengguna merrasa terlalu
SPBG terbatas. Arrtinya pengeemudi seringg jauh. Sedangkan
S 9%% sisanya justru tidak
mengalami kehab bisan BBG di SPBG. sependaapat dengan p
pandangan te
ersebut.
Sementara 45% sissanya tidak atau jarangg
mengalami kejadian
n tersebut.
4.1.2. Data Implem
mentasi Pemak
kaian BBG
Hasil survey
s terha
adap kelanca
aran pasokan
n
Data peengisian saran n pada lemba ar kuisioner
BBG kek SPBU ditunjukkan seperti
s pada
a
dan waw wancara denggan responde en diperoleh
Gamba ar 4.6 berikutt ini.
data kecenderungan bahwa pada a kendaraan
umum atau
a taksi dite
erapkan siste
em ”subsidi”
BBG oleh
o perusaahaan taksi terhadap
n BBG Belu
Pasokan um armadan nya. Yang dimaksud den ngan sistem
Lancar ”Subsidii” disiani adaalah bahwa jika
j armada
14% taksi tersebut mema akai BBM mak ka biayanya
86% Ya ditangguung pengemu udi (tidak ada
a ”subsidi”),
sedangkkan jika han nya menggunakan BBG
maka anggaran biayya BBG ditan nggung oleh
perusahaan. Taksi ya ang mengguna akan BBG di
Kota Suurabaya dapa at dilihat pa
ada Gambar
4.8 berikut.
Gambar 4.6 Diagrram kelancara
an pasokan
BBGG ke SPBG
Gambar
G 4.7 Diagram
D lokassi SPBG
Halaman 40 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurnal APLIKASI Volume 4, Nomor 1, Pebruari 2008
ISSN.1907-753X
hendaknya perlu adanya penerapan sistem dibandingkan dengan BBM; dan lebih
”subsidi” BBG untuk kendaraan dinas, ramah lingkungan (mengurangi polusi).
seperti yang telah direalisasikan oleh 2. Kelemahan-kelemahan yang diperoleh
perusahaan taksi di Kota Surabaya secara dari hasil evaluasi pemakaian BBG untuk
optimal. angkutan umum (taksi) dan kendaraan
dinas yang beroperasi di wilayah Kota
Penerapan sistem ”subsidi” BBG atau sistem
Surabaya, diantaranya : jumlah SPBG
alokasi bahan bakar kendaraan dinas yang
masih sangat sedikit; stock BBG yang
diharuskan memakai BBG. Artinya, jika
tersedia di SPBG terbatas; pasokan BBG
kendaraan dinas tersebut menggunakan BBM
pada stasiun yang ada belum lancar; dan
maka biayanya akan menjadi beban pribadi,
lokasi SPBG masih sulit dijangkau.
bukan dibebankan pada anggaran dinas atau
3. Ditinjau dari sistem operasionalnya,
pemerintah.
implementasi pemakaian BBG di wilayah
4.2.3. Konsep Penempatan SPBG Kota Surabaya menunjukkan adanya
perbedaan antara pemakaian BBG pada
Hasil data-data survey terhadap
kendaraan umum atau taksi dengan
penempatan SBBG dapat ditunjukkan bahwa
kendaraan dinas. Hal ini disebabkan
penempatan SPBG yang saat ini ada masih
karena pada kendaraan umum (taksi)
cukup jauh, sehingga sulit dijangkau dari
diterapkan sistem ”subsidi” BBG oleh
pusat-pusat keramaian. Penempatan lokasi
perusahaan taksi terhadap armadanya,
SPBG di Kota Surabaya hendaknya tersebar
dan jika armada taksi tersebut memakai
dengan lebih merata di beberapa wilayah,
BBM maka biayanya ditanggung
sehingga kebutuhan BBG dapat terpenuhi
pengemudi (tidak ada ”subsidi”). Sistem
dengan lebih mudah.
seperti ini belum diterapkan pada
Pada SPBU (BBM) yang strategis seharusnya kendaraan dinas, sehingga realiasi
juga menyediakan BBG sebagai alternatif target program pemakaian BBG pada
pemilihan lokasi penempatan BBG. Dengan kendaraan dinas menjadi kurang
adanya konsep stasiun pengisian bahan maksimal. Dalam rangka memaksimalkan
bakar yang terpadu antara BBM dan BBG, program pemakaian BBG pada
selain memberikan kemudahan bagi para kendaraan dinas di lingkungan
pengguna, sekaligus juga dapat menjadi pemerintah Kota Surabaya hendaknya
media sosialisasi yang sangat efektif dalam perlu adanya penerapan sistem ”subsidi”
memasyarakatkan program pemakaian BBG. BBG untuk kendaraan dinas, seperti yang
telah direalisasikan oleh perusahaan
Konsep SPBU terpadu (BBM plus BBG) perlu taksi di Kota Surabaya secara optimal.
segera diimplementasikan untuk 4. Penempatan lokasi SPBG di Kota
memasyarakatan program pemakaian BBG di Surabaya hendaknya tersebar dengan
Kota Surabaya. Jika konsep SPBU Terpadu ini lebih merata di beberapa wilayah,
direalisasikan maka program pemakaian BBG sehingga kebutuhan BBG dapat
akan segera memasyarakat sebagaimana terpenuhi dengan lebih mudah. Pada
yang diharapkan. SPBU (BBM) yang strategis seharusnya
juga menyediakan BBG sebagai
alternatif pemilihan lokasi penempatan
5. KESIMPULAN & REKOMENDASI BBG. Dengan adanya konsep stasiun
5.1. Kesimpulan pengisian bahan bakar yang terpadu
antara BBM dan BBG, selain memberikan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan kemudahan bagi para pengguna,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : sekaligus juga dapat menjadi media
1. Keunggulan-keunggulan yang diperoleh sosialisasi yang sangat efektif dalam
dari hasil evaluasi pemakaian BBG untuk memasyarakatkan program pemakaian
angkutan umum (taksi) dan kendaraan BBG.
dinas yang beroperasi di wilayah Kota
Surabaya, diantaranya : harga BBG lebih
murah dibandingkan dengan BBM;
volume pemakaian BBG lebih irit
Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 41
Volume 4, Nomor 1, Pebruari 2008 Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X
Halaman 42 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini