Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

DISKUSI

Batuan sedimen yang tersingkap di daerah penelitian (Jeneponto dan


Bulukumba) merupakan bagian dari Formasi Tonasa, yakni terdapat di bagian
selatan Formasi Tonasa. Umur dari batuan sedimen ini diperkirakan berkisar
antara Miosen Atas sampai Plistosen.
Pada stasiun 1, dijumpai singkapan batuan sedimen berupa batugamping
yang berselingan dengan Rijang dengan kedudukan perlapisan N1900E/400.
Berdasarkan klsifikasi Dunham (1962), batuan karbonat yang terdapat pada
stasiun ini bernama Mudstone, dan berdasarkan klasifikasi Folk (1959) bernama
Intramikrit. Ini dikarenakan batuan karbonat pada stasiun ini sangat disupport
oleh lumpur karbonat dan/atau mikrit. Berdasarkan kandungan material
penyusunnya, lingkungan pengendapan batuan karbonat ini diperkirakan berada
pada laut dangkal dimana energi yang bekerja merupakan energi yang lemah.
Sedangkan kehadiran Rijang pada perselingannya diperkirakan daerah tersebut
pernah mengalami tektonik dan gejala struktur. Karena Rijang merupakan batuan
yang terbentuk di laut dalam. Mula-mula batuan yang terbentuk pada stasiun ini
diperkirakan adalah Rijang, kemudian karena adanya peristiwa tektonik maka
dasar laut dalam terangkat yang kamudian membentuk laut dangkal. Pada kondisi
laut dangkal inilah terendapkan material-material penyusun batuan karbonat.
Seiring terbentuknya batuan karbonat, terjadi pula penurunan muka air laut atau
transgresi, sehingga menghasilkan terjadinya perselingan. Setelah itu terjadi lagi
gangguan struktur yang pada akhirnya membentuk breksi gamping.
Pada stasiun 2, dijumpai singkapan batuan sedimen berupa tufa karbonatan
dengan kedudukan perlapisan N2800E/580. Sedangkan berdasarkan klasifikasi
Dunham (1962) batuan karbonat ini bernama Mudstone, sedangkan menurut
klasifikasi Folk (1959) bernama Intramikrit. Berdasarkan penamaan berdasarkan
klasifikasi Dunham (1962) dapat diperkirakan lingkungan pengendapan dari
batuan tersebut, yaitu pada laut dangkal dengan energi lemah (Low energy).
Setelah batuan ini terbentuk, batuan tersebut diperkirakan mendapatkan pengaruh

17
tektonik gejala struktur yang besar sehingga kedudukan bentuk perlapisan
batuannya berubah dan menyebabkan batuan tersebut tersingkap dipermukaan.
Dengan adanya pengaruh tektonik tersebut menghasilkan kekar-kekar pada
batuan, dan adapula vein-vein yang terisi oleh calcite.
Pada stasiun 3 dijumpai singkapan batuan sedimen karbonat berupa
Batugamping dimana tidak memperlihatkan adanya kesan perlapisan, terdapat
pula kenampakan fosil-fosil makro organisme berupa Halimeda dan koral yang
melimpah. Berdasarkan klasifikasi Dunham, Batuan karbonat tersebut bernama
Packstone sebab melimpahnya grain (disupport oleh grain) namun disertai
dengan matriks. Sedangkan menurut Folk bernama Intrasparit sebab penyusun
batuannya didominasi oleh intraklas beserta semen. Lingkungan pengendapan dari
batuan ini diperkirakan berada pada laut dangkal. Ini dapat dilihat dari kandungan
fosil dan material-material penyusun daripada batuannya. Pada stasiun 3 ini
terdapat teras-teras berundak yang terdiri atas 3 teras yakni ; Teras I, ini
merupakan teras dengan umur batuannya yang paling tua; Teras II, merupakan
teras yang umur batuannya lebih muda dari teras pertama; Teras III, merupakan
tersas yang terakhir terbentu dengan umur batuan yang paling muda dan
dibawahnya diperkirakan sementara terbentuk teras yang ke Empat. Ke 3 buah
teras tersebut menjorok ke dalam (berbentuk cermin cekung) yang terbentuk oleh
abrasi air laut. Dengan adanya ketiga teras tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
daerah tersebut mengalami perubahan muka air laut.

Anda mungkin juga menyukai