SUPPORTED BY:
“Sebagai Pamong Negeri, saya harus bisa
menjawab pertanyaan orang banyak. Karena
itu saya hanya akan menjawab bahwa
peristiwa itu sedang kami selidiki, dan
kemungkinannya bisa macam-macam. Bisa
saja Tamakir yang melakukan untuk
menjelekkan nama saudara, tetapi bisa juga
saudara yang melakukan untuk menjelekkan
Tamakir dengan alasan saudara tidak mungkin
berbuat sebodoh itu,” lanjut Sukadu.
“Saya kira sebaiknya saudara tidak perlu
membantahnya. Biarlah kalah kali ini, karena
kita akan punya mainan lain untuk saudara
nanti. Bagaimana?” tanya Jaira.
Lawan Tamakir hanya bisa mengangguk
diam. Ia jelas tidak punya pilihan lain.
Kalaupun ia menang, pemerintahannya pasti
akan selalu diganggu oleh Lurah Brangin dan
kedua komplotannya ini yang juga memiliki
jabatan tinggi di kawedanan Buntung.
Lawan Tamakir ini terpaksa menurut saja
apa yang diminta oleh Jaira dan Sukadu. Ia
memilih menutup mulut alias diam seribu
basa. Bahkan seribu tiga.Bukankah pepatah
bilang diam itu emas?
Namun begitu di dalam hatinya ia selalu
bertanya-tanya: “benarkah Diam itu emas?”
Bukankah dengan diamnya itu si Tamakir
yang mendapatkan emas itu! Sedangkan rakyat Buntung akan
medapatkan kerugian akibat ‘emas’ mereka akan dirampas oleh lurah
tamak beserta kedua kroninya itu. Adapun dirinya hanya akan gigit jari
tak mengecap apapun dari ke’diaman’nya itu, selain terhindar dari
ancaman Sukadu dan Jaira. Bagi dirinya diam yang terpaksa dipilihnya
kali ini sama sekali bukan emas. Diam yang menyengsarakan rakyat.
Benar-benar Diam itu Loyang !!
(…….BERSAMBUNG……)
VIDEO INSPIRASIONAL
Sambil menanti lanjutan kisah ALDNP silakan cari inspirasi disini. Duduk
santai, dan biarkan hati dan pikiran anda mengembara melintas batas
yang selama ini mengungkung cakrawala anda.
Selamat Menikmati!
_________________________________________
T H I S W O R K I S L I C E N S E D U N D E R A C R E AT I V E C O M M O N S AT T R I B U T I O N -
N O N C O M M E R C I A L - N O D E R I VAT I V E W O R K S 3 . 0 U N P O R T E D L I C E N S E