Anda di halaman 1dari 14

Bunga Cantik Dalam Pot Retak

Posted: 07 Jun 2010 07:16 PM PDT

Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal di lantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang
ke klinik itu. Suatu petang di musim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu.

Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya. “Lho, dia ini juga hampir Cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun,” pikirku ketika aku
mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini.

Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh...! Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia
berkata, “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis
lagi sampai esok pagi.”

Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar. “Aku rasa mungkin karena wajahku. Saya tahu kelihatannya
memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi...."

Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku, “Oh aku bisa kok tidur di kursi goyang di luar sini, di veranda samping ini.
Toh bis ku esok pagi-pagi juga sudah berangkat.”

Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda. Aku masuk ke dalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku
mengundang pria tua itu, kalau-kalau ia mau ikut makan.

“Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.”

Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Selesai dengan mencuci piring-piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa
orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ke tubuhnya yang kecil ini..

Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Ia bercerita itu
bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat! Ia berterima kasih bahwa tidak
ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupa-rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.

Saatnya tidur, kami bukakan ranjang lipat kain berkemah untuknya di kamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada
di veranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, "Permisi, bolehkah aku datang dan
tinggal di sini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak dikursi."

Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, "Anak-anak anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya
wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu."

Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat. Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi-pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang
oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia
sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama tahun-tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami
ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya. Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh
daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya,
kiriman-kiriman dia menjadi makin bernilai...

Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang.

"Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduhh, celaka dehh.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau
nerima orang macam gitu!"

Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu
kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada
Allah.

Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman-tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan [timum] yang
paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula.
Dalam hati aku berkata, "Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam di dalam bejana terindah yang kumiliki."

Tapi temanku merubah cara pikirku. "Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu," ia coba terangkan, "dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember
loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya di taman."

Ia pastilah terheran-heran sendiri melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu di surga.

"Hah, yang ini luar biasa bagusnya," mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu."
Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu di dalam badan kecil ini." Semua ini sudah lama terjadi, dulu dan kini, di dalam taman Allah, betapa tinggi mestinya berdirinya jiwa manis
baik ini.

"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati." - 1 Samuel 16:7b

Sahabat2 adalah istimewa sekali. Mereka membuatmu tersenyum dan mendorongmu jadi sukses. Mereka meminjamimu sebuah kuping dan berbagi suatu kata pujian. Tunjukkan
kawan2mu betapa kau peduli.. Buatlah seseorang tersenyum hari ini.

"Your failure is not a reason for GOD to stop loving you"

The Devil & The Duck


Posted: 26 May 2010 05:52 PM PDT

There was a little boy visiting his grandparents on their farm.


Seorang anak laki2 mengunjungi kakek nenek nya di pertaniannya.

He was given a slingshot to play with out in the woods.


Dia diberi sebuah ketapel untuk bermain di hutan.

He practiced in the woods; but he could never hit the target..


Dia berlatih di hutan, tapi tidak pernah bisa mengenai sasaran.

Getting a little discouraged, he headed back for dinner.


Karena putus asa, dia pulang untuk makan malam.

As he was walking back he saw Grandma's pet duck.


Dalam perjalanan pulang dia melihat bebek peliharaan neneknya.
Just out of impulse, he let the slingshot fly, hit the duck square in the head and killed it. He was shocked and grieved!
Secara reflek, dia menggunakan katapel tsb, mengenai bebek itu tepat di kepala dan bebek itu mati. Dia sangat kaget dan bersedih.

In a panic, he hid the dead duck in the wood pile; only to see his sister watching! Sally had seen it all, but she said nothing.
Dalam kepanikannya, dia menyembunyikan bangkai bebek di tonggak batas hutan; hanya saudara perempuannya yang melihatnya! Sally melihat
semuanya, tapi dia tdk mengatakan apa2...

After lunch the next day Grandma said, 'Sally, let's wash the dishes'.
Keesokan harinya setelah makan siang, neneknya berkata kepada Sally, 'Sally,tolong cucikan piring'.

But Sally said, 'Grandma, Johnny told me he wanted to help in the kitchen.'
Tapi Sally berkata, ' Nek, Johnny bilang dia ingin membantu di dapur'

Then she whispered to him, "Remember the duck?'


Kemudian dia berbisik kepada Johnny, ' Ingat bebek itu?'

So Johnny did the dishes.


Maka, Johnny yang mencuci piring.

Later that day, Grandpa asked if the children wanted to go fishing and Grandma said, 'I'm sorry but I need Sally to help make supper.'
Hari berikutnya, kakek bertanya apakah anak-anak mau ikut memancing, tetapi nenek berkata, 'Wah sayang sekali tapi saya perlu Sally untuk membantu
menyiapkan makan malam'.

Sally just smiled and said, 'well that's all right because Johnny told me he wanted to help?
Sally hanya tersenyum dan berkata, ' Hm...tidak apa2 karena Johnny bilang akan membantu nenek'.

She whispered again, 'Remember the duck?' So Sally went fishing and Johnny stayed to help.
Sally berbisik lagi kepada Johnny, 'Ingat bebek itu?' Maka Sally pergi memancing dan Johnny tinggal untuk membantu nenek.
After several days of Johnny doing both his chores and Sally's; he finally couldn't stand it any longer.
Stelah bbrp hari Johnny dikerjain Sally, akhirnya engga tahan lagi.

He came to Grandma and confessed that he had killed the duck.


Dia menemui neneknya dan mengaku bhw dia telah membunuh bebek nya.

Grandma knelt down, gave him a hug and said, 'Sweetheart, I know. You see, I was st andi ng at the window and I saw the whole thing, but because I love you, I forgave you. I was just
wondering how long you would let Sally make a slave of you.'
Neneknya berlutut, memeluknya dan berkata, SAYANG, SAYA SUDAH TAHU. TAHUKAH KAU, SAYA SEDANG BERDIRI DI JENDELA DAN SAYA MELIHAT
SEMUANYA, TAPI KARENA SAYA MENGASIHI KAMU, SAYA MEMAAFKAN KAMU.. SAYA HANYA SEDANG BERPIKIR BERAPA LAMA KAMU AKAN
MEMBIARKAN SALLY MEMPERBUDAKMU.

----------

Thought for the day and every day thereafter:


Whatever is in your past, whatever you have done...? And the devil keeps throwing it up in your face (lying, cheating, debt, fear, bad habits, hatred, anger, bitterness, etc.)....whatever it
is....You need to know that:
God was st andi ng at the window and He saw the whole thing.
Makna dari cerita ini :
Apapun yg terjadi di masa lalu, apapun yg telah kamu perbuat..dan iblis terus mengingatkannya kembali kepadamu (kebohongan, penipuan, hutang,
ketakutan, kebiasaan buruk, kebencian, amarah, kepahitan dll) apapun itu..KAMU PERLU TAHU BAHWA..
TUHAN SEDANG BERADA DI JENDELA DAN DIA MELIHAT SEMUANYA...)

He has seen your whole life... He wants you to know that He loves you and that you are forgiven. He's just wondering how long you will let the devil make a slave of you.
Dia telah melihat seluruh hidupmu. Dia ingin kamu mengetahui bhw Dia mengasihimu dan bahwa kamu telah diampuni. Dia hanya sedang berpikir berapa
lama kamu akan membiarkan dirimu diperbudak oleh si iblis.

The great thing about God is that when you ask for forgiveness;
Hal yg terindah tentang TUHAN adalah ketika kamu meminta pengampunan..

He not only forgives you, but He forgets.


Dia tdk hanya mengampuni kamu, tapi dia melupakannya..

It is by God's grace and mercy that we are saved.


Oleh karunia dan rasa sayang kita telah diselamatkan.

Go ahead and make the difference in someone's life today.


Berjalanlah terus dan buatlah suatu perubahan pada hidup seseorang hari ini.

Share this with a friend and always remember:


Teruskan ini kepada seorang sahabat dan selalu ingat :

God is at the window!


Tuhan itu ada di jendela !
When Jesus died on the cross; he was thinking of you!
Ketika Yesus mati di kayu salib, dia memikirkan kamu.

God's Boxes
Posted: 25 May 2010 05:25 PM PDT

I have in my hands two boxes,


Which God gave me to hold.
He said, "Put all your sorrows in the black box,
And all your joys in the gold."
I heeded His words, and in the two boxes,
Both my joys and sorrows I stored,
But though the gold became heavier each day,
The black was as light as before.

With curiosity, I opened the black,


I wanted to find out why,
And I saw, in the base of the box, a hole,
Which my sorrows had fallen out by.

I showed the hole to God, and mused,


"I wonder where my sorrows could be!"
He smiled a gentle smile and said,
"My child, they're all here with me.."

I asked God, why He gave me the boxes,


Why the gold and the black with the hole?
"My child, the gold is for you to count your blessings,
The black is for you to let go."

Surat Dari Tuhan


Posted: 24 May 2010 05:45 PM PDT

Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu, walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapatKu atau bersyukur kepadaKu atas
sesuatu hal indah yang terjadi di dalam hidupmu kemarin, tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.

Aku kembali menanti.

Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk. Di satu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama
lima belas menit tanpa melakukan apapun.

Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berpikir engkau ingin berbicara kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telepon dan menelepon seorang teman untuk
mendengarkan gosip terbaru.

Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, Aku berpikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu
kepadaKu.

Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa
engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara kepadaKu
dengan lembut sebelum mereka makan, tetapi engkau tidak melakukannya. Tidak apa-apa. Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau
akan berbicara kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah beberapa hal tersebut selesai engkau kerjakan, engkau menyalakan televisi, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton televisi atau tidak, hanya saja engkau selalu ke sana dan
menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menonton
TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKu.

Saat tidur Kupikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tak lama
kemudian.

Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkanmu
bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat mengasihimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran atau syukur dari hatimu.

Baiklah… engkau bangun kembali dan kembali. Aku akan menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu.

Semoga harimu menyenangkan.

Bapamu,
ALLAH MAHA KUDUS

P.S. : Apakah kau memiliki cukup waktu untuk mengirimkan surat ini kepada orang lain?

Namaku Tek Tan Nio


Posted: 23 May 2010 09:17 PM PDT

* Setiap satu minggu sekali, dengan menggunakan tongkat penyangga, Tek Tan Nio berkeliling Pasar
Bogor untuk menjual keripik dan makanan ringan lainnya untuk membiayai hidup ia dan mamanya.

”Tidak banyak yang aku harapkan sekarang, aku hanya ingin melihat mamaku sehat, itu saja..”

Sudah beberapa minggu ini, aku tidak bisa tidur nyenyak. Kepala rasanya sakit sekali seperti ditusuk ribuan
jarum tajam yang perlahan menembus kulit. Setiap malam yang kulakukan hanya membolak-balikkan badan,
mengganti baju yang basah karena keringat, dan setiap satu jam sekali rutin melongok kondisi mama yang
tengah tertidur. Lelah sekali! Jika sudah tidak kuat menahan sakit, aku pun terpaksa minum obat tidur, agar
badan ini bisa sedikit beristirahat.

Kondisi kaki mama yang terus membengkak telah menyita seluruh pikiranku. Belum lagi kalau sesak napas
mama kambuh, rasanya ingin sekali menggantikan penderitaannya. Sudah tidak bisa diungkapkan, betapa aku sangat menyayanginya melebihi apapun.

Lembaran Kisah Hidupku


Namaku Tek Tan Nio, lahir di Bogor, 11 November 1944, dari rahim Tek Cui Nio, seorang ibu yang sangat luar biasa, karena berhasil membesarkan aku dan kelima saudaraku tanpa figur
seorang suami (Tan Ceng Yat -red) di sampingnya.

Sejak papa meninggal karena tifus, mama berjualan makanan untuk bisa menghidupi dan membesarkan kami. Pagi-pagi benar beliau sudah memasak. Mulai dari membuat sate manis,
sayur asin, hingga ayam goreng. Sedikit pun tidak pernah terdengar oleh kami dia mengeluh.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun, kini kondisi mama tidak lagi sekuat dulu. Sedangkan kami tetap membutuhkan uang untuk biaya sekolah dan hidup. Akhirnya, aku yang
terbiasa membantu mama berdagang, memutuskan untuk mencari uang lebih dengan mengajar bahasa Mandarin.

Sudah lama aku mencintai bahasa ini. Bahkan untuk melancarkannya aku sering mengajak ngobrol teman, tetangga, sampai seluruh hewan peliharaanku dengan menggunakan bahasa
Mandarin. Semangat tinggi ini tidak sia-sia. Meskipun hanya lulus SMA, sekitar tahun 1950 hingga 1966, aku dipercaya untuk menjadi lao shi (guru) bahasa Mandarin di Zhen Zhong
Xue Xio, dan Sekolah Pacung, Mangga Besar. Melalui dua sekolah tersebut, aku mendapatkan banyak teman. Aku yang senang bergaul, juga cepat sekali akrab dengan seluruh murid-
muridku.

Karena kedekatan tersebut, salah satu orangtua murid memberikan kepercayaan untuk membantu menjual berlian miliknya. Awalnya aku tidak menyangka akan diberikan kepercayaan
sebesar ini, apalagi jumlah berliannya tidaklah kecil, hampir satu toples penuh. Hasil penjualannya juga tidak langsung disetorkan, tapi setiap empat bulan atau enam bulan sekali.
Ket:
- Cobaan datang silih berganti dalam kehidupan Tek Tan Nio, namun tidak membuat dia merasa putus asa. Sebaliknya, dia menjadi semakin bersemangat untuk terus melanjutkan
kehidupannya. (atas)
- Tek Tan Nio tidak ingin dirinya dikasihani. Walaupun kakinya mengalami pengeroposan tulang, namun ia tetap semangat berjuang untuk bisa membahagiakan Tek Cui Nio (85),
mamanya. (bawah)

Dua pekerjaan sekaligus aku jalani. Menjadi guru dan penjual berlian, secara otomatis telah mendongkrak kehidupan ekonomi keluargaku. Namun sayang, di balik itu banyak sekali
cobaan yang hampir saja membunuh jiwa dan ragaku.

Materi terkadang dapat membuat orang gelap mata. Suatu ketika, saat aku kembali ke rumah sehabis bekerja, tiba-tiba kutemukan mama tengah menangis. Matanya yang teduh itu
membengkak, dia terlihat sangat shock dan stres. Ternyata, tanpa sepengetahuan mama, salah satu adikku telah mengadaikan rumah kami ke bank, dan pihak bank datang untuk
memberitahukan bahwa jatuh tempo pinjaman tersebut sudah hampir habis. Kalau pinjaman sebesar 85 juta tersebut tidak segera dilunasi, maka rumah ini akan segera disita oleh bank.

Darimana kami bisa mencari uang sebanyak 85 juta dalam waktu singkat? Hal itu langsung berputar di kepalaku. Uang 85 juta itu tidak pantas membuat mama meneteskan air matanya.
Uang itu juga tidak boleh merusak hatinya yang lembut. Aku berjanji, demi mama aku akan mempertahankan rumah ini, dan atas nama mama, aku meneguhkan hati untuk berjuang.

Segala upaya aku lakukan. Tidak hanya mengajar, aku juga mulai membuat makanan kecil dan menititpkannya ke kantin sekolah, atau menjualnya sendiri ke rumah-rumah sehabis
bekerja. Lelahnya bekerja sejak pukul 5 pagi hingga larut malam, tidak lagi kurasakan. Aku pun tidak pernah lupa bersujud memohon kepada Tuhan, untuk meminta kekuatan agar bisa
menjalani semua ini. Akhirnya pinjaman itu berhasil kami lunasi. Rasa syukur itu terasa sangat luar biasa karena wajah mendung mama kini sudah berubah menjadi cerah.

Baru saja kami sedikit bernafas lega, tiba-tiba cobaan kembali datang. Sekitar tahun 94, rumah kami kemalingan, dan A Yi (sebutan untuk kakak dari ibu -red) juga terbunuh dalam
kejadian itu. Semua berlian dagangan ludes tercuri, dan yang paling menyakitkan kami harus merelakan A Yi, yang selalu setia membantu. Jujur, betapa rapuhnya aku kala itu. Rasa
takut, kecewa, dan putus asa semua bercampur menjadi satu. Melihat mama yang terus menangis kala mengingat A Yi, membuat hati ini semakin teriris...

Ket:
- Untuk mengurangi rasa nyeri dilututnya, Tek Tan Nio memberikan perban di lututnya sebelum pergi keluar rumah. (atas)
- Setiap bulannya, Tek Tan Nio mendapatkan penghasilan sebesar lebih kurang 500..000 rupiah yang hanya cukup untuk makan sehari-hari ia dan mamanya. (bawah)

Belum kering air mata ini, tiba-tiba saja adikku Tek Mei Lan divonis menderita ginjal oleh dokter. Dengan sangat terpaksa akhirnya kami pun menjual sisa-sisa barang yang masih
berharga, dan menggunakan uang deposito yang selamat dari kemalingan untuk mengobati adik, sampai akhirnya dia dipanggil Yang Maha Kuasa.

Rasanya telah habis daya ini untuk melewati cobaan yang tidak berujung. Sering juga aku ingin mengakhiri hidup, tapi tatapan lembut mama selalu memberi semangat baru untukku.
Ujub-ujub doa (doa khusus -red) yang aku panjatkan telah memberikan kekuatan yang tiada terkira, dan membuatku bertahan hingga saat ini.

Di umurku yang memasuki 65 tahun, aku masih terus berjuang. Dengan bantuan tongkat penyangga kaki, setiap tiga kali seminggu aku menjajakan kerupuk, keripik singkong, chesse
stick, dan makanan ringan lainnya ke daerah sekitar rumah dan Pasar Bogor. Semua ini kulakukan untuk membiayai hidupku dan mama, karena tidak mungkin aku menyusahkan
saudara-saudaraku yang juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Empat tahun lalu, aku sudah mulai merasakan sakit di kaki sebelah kanan. Namun karena tidak ada biaya aku menyepelekannya, hingga rasa sakit itu semakin hari menjadi semakin
parah. Akhirnya dengan bantuan dana dari beberapa murid, aku pun memeriksakan diri. Menurut dokter, aku mengalami pengeroposan tulang, dan jatuh yang pernah kualami telah
memperparah kondisi tersebut. Tulangku sudah retak dan rasanya seperti menusuk ke daging kakiku. Oleh sebab itu, hingga kini aku membutuhkan tongkat penyangga untuk berjalan,
karena aku sudah tidak kuat lagi berdiri di atas kedua kakiku.

Tidak hanya itu saja, dokter juga menjelaskan bahwa ada pembengkakan di jantungku. Ia menjelaskan hal tersebut adalah alasan mengapa aku sering sekali berkeringat (kurang lebih
lima kali berganti baju setiap harinya, karena basah -red). Sebenarnya dokter sudah melarang untuk terlalu sering berjalan, tapi kalau aku tidak berjualan siapa yang akan memberi
makan mama? Cuma ini yang bisa saya lakukan untuk berbakti sama mama.

Ket:
- Tidak hanya pengeroposan tulang, Tek Tan Nio juga mengalami pembengkakkan jantung yang membuat ia selalu berkeringat. Dalam satu hari, dia bisa berganti baju hingga lima
kali karena keringatnya yang berlebih. (kiri)
- Betapa besar bakti seorang anak kepada ibunya dapat kita contoh dari sikap Tek Tan Nio yang sangat mencintai ibunya yang berumur 85 tahun, dan tengah sakit-sakitan. (kanan)

Setiap hari, aku dan mama bergantung kepada uang hasil berdagang makanan ringan yang aku dapatkan. Aku akui, kalau hanya untuk makan dan membayar listrik uang tersebut (lebih
kurang 500.00 per bulan) cukup, tapi kalau mama atau aku sakit, uang itu jauh dari kata cukup.

Walaupun sering mendapatkan bantuan dari beberapa mantan anak murid, aku tetap tidak ingin terus-menerus menyusahkan mereka. Saat ini yang aku pikirkan hanyalah kesehatan
mama, karena menurut dokter mama juga tengah mengalami pembengkakan jantung.

Cobaan yang datang silih berganti tidak hanya membuat aku tangguh, tapi juga semakin menambah rasa cintaku yang besar kepada mama. Mama yang buat aku jadi semangat, kalau
tidak ada mama, aku pasti sudah putus asa. Semangat untuk terus berjuang tidak hanya aku dapatkan dari mama, namun juga dari beberapa mantan murid-muridku, teman-teman
lama, dan sekarang bertambah dengan hadirnya para relawan Tzu Chi. Karena ada Tzu Chi yang mendukung, rasanya menjadi lebih bersemangat untuk terus berjuang hingga titik darah
penghabisan.

Thanks

Djun

Save a Tree. Don't Print this email unless It's necessary.

Terlambat
Posted: 21 May 2010 05:02 PM PDT

Kakek yang besoknya mau berangkat ke Kalimantan, sebelum tidur pesan ke cucunya.
Kakek : “Cucu, besok jam 5 pagi bangunin kakek ya... karena kapal masuk jam 6 pagi."

Cucu : "Baik kek"

Karena terlalu malam tidur, kakek terbangun sudah jam 7 pagi. Tanpa cuci muka atau sikat gigi, kakek ambil tas ransel & sepatu langsung ke Pelabuhan naik ojek dengan kecepatan
tinggi.

Sesampainya di pelabuhan, kakek lari kiri kanan. Begitu sampai dermaga, jarak kapal dengan dermaga 5 meter, Kakek langsung ikat tali sepatu, ikat ransel siap lompat salto ke kapal,
orang-orang pada teriak.

Penumpang : “We.... kakek mau cari mati ya..????

Kakek : “Emang gw pikirin??? yang penting gw bisa tetap berangkat !!!”


(langsung dengan sisa tenaga kakek lari mundur trus maju dan salto ke kapal).
berhasil tapi hampir jatuh ke laut...

“HUP !!”, kakek bergelantung di pagar kapal, dengan sekuat tenaga sang kakek berusaha naik ke dalam kapal. Begitu mau naik, ada seorang Satpam yang membantunya naik :

Satpam : “Saya ga sangka kakek sehebat ini......memangnya kakek mau kemana? santai aja kek..kapal baru mau bersandar kok!!”

Kakek : :(

Seorang Teman Baik


Posted: 18 May 2010 05:36 PM PDT

Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika yang ada hanyalah krayon warna
hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju kelas,
membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke pesta dan menemani kita makan
siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mengajak kita mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita kalau kita boleh pulang malam sedikit,
mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari pacar.

Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti
apapun, meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita
menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan sesuatu,
mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Thanks for being my friend...


Sulaman Benang Ruwet
Posted: 17 May 2010 05:24 PM PDT

Shalom,

Sobat... kadang kita mengalami hari dimana semuanya seperti kelam karena ada begitu banyak masalah yang kita hadapi. Pernahkan mengalaminya?

Hari ini saya mau bagi satu kisah yang menarik... met membaca ya.

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia
sedang menyulam sesuatu diatas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang aku lihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut. “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, engkau akan
kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.”

Aku heran mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian aku mendengar suara ibu memanggil, “Anakku, mari
kesini dan duduklah di pangkuan ibu”.

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir
tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola,
ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas engkau dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan”.

Sobat… Sering selama bertahun-tahun, kita melihat ke atas dan bertanya kepada Tuhan, “Bapa, apa yang Engkau lakukan?”.

Ia menjawab, “Aku sedang menyulam kehidupanmu”.

Dan aku membantah, “Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah”.

Kemudian Tuhan menjawab, “Kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu, satu saat nanti aku akan memanggilmu ke surga dan mendudukkan kamu di
pangkuanKu dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlahFirman
Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.

Amin…

Tiga Rumah
Posted: 16 May 2010 05:07 PM PDT
Rumah adalah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia (sandang, pangan, papan). Bagi orang berada, rumahnya bisa bernilai milyaran rupiah, namun bagi mereka yang sederhana, yang
disebut rumah hanyalah sekedar tempat bernaung dari teriknya panas matahari dan derasnya terpaan air hujan. Berbicara tentang rumah, Firman Tuhan mengungkapkan tentang tiga
rumah yang harus kita perhatikan baik-baik dalam hidup ini.

1. Rumah Tangga Pribadi


Rumah yang pertama yang harus kita perhatikan ialah rumah tangga kita pribadi lepas pribadi. Apakah dengan menjadi orang Kristen maka secara otomatis rumah tangga
mencerminkan kasih dan terang Kristus? Tidak secara otomatis. Harus ada kerja keras dari tiap anggota keluarga!

Hari ini, marilah kita adakan spiritual check up atas tiap-tiap rumah tangga kita dengan memakai prinsip Alkitab yang terdapat dalam kitab Amsal :

• Rumah tangga Kristen harus diwarnai dengan kasih vertikal dan horizontal (Amsal 3:3)

• Saudara kembar kasih yaitu kesetiaan juga harus jelas nampak (Amsal 3:3)

• Iman yang didasarkan atas Firman harus dipelihara (Amsal 3:5-6).

• Hidup kudus menjauhi kejahatan harus dipraktekkan (Amsal 3:7).

• Pendidikan iman atas anak harus diutamakan (Amsal 29:17).

Bagaimana hasil check up Anda? Dalam kitab Yosua 24:15 kita mendapati sebuah contoh yang indah mengenai rumah tangga Yosua, pemimpin besar umat Israel waktu itu. Dengan
tegas Yosua berkata, “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!”. Rumah tangga yang demikian inilah yang berkenan di hadapan-Nya.

2. Tubuh Kita
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:19 menyatakan sebagai berikut “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”

Sejak hari Pentakosta dimana Roh Kudus dicurahkan di kamar loteng Yerusalem, Roh Kudus “dwell in” (diam di dalam) diri orang-orang percaya sehingga dengan demikian tubuh
believers menjadi Bait (rumah) Roh Kudus.

Sebagaimana rumah tiap hari disapu dan dipel sampai bersih dan semua sampah dibuang atau dibakar, demikian juga tubuh kita yang adalah Rumah Roh Kudus harus dijaga dan
dibersihkan dari segala macam kotoran dan sampah yang bisa membawa penyakit berbahaya. Sayangnya, ada begitu banyak orang yang menamakan dirinya sebagai orang percaya
merusak tubuhnya sendiri dengan pelbagai cara yang negatif :

• Daun tembakau – peringatan tanda bahaya yang sangat merusak sudah ditulis di tiap bungkus rokok, tapi banyak orang yang cuek saja alias tidak menghiraukannya.

• Berbagai macam minuman keras – merusak tubuh, bahkan tidak sedikit yang mati.

• Obat-obatan terlarang – menghancurkan tubuh dan jiwa

• Makan secara berlebihan – Istilah Paulus : Bertuhankan perut (Filipi 3:19)

Yang harus kita lakukan ialah mentaati nasihat rasul Paulus sebagai berikut : Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, sehingga dengan demikian
menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah (II Korintus 7:1)

3. Rumah Tuhan
Dalam Mazmur 92, Firman Tuhan berbicara tentang satu ciri khas seorang yang benar di mata Tuhan. Ciri khas itu dinyatakan dalam ayat 14 – Mereka ditanami di Bait Tuhan dan
bertunas di pelataran Allah, bahkan sampai masa tuapun masih tetap mengeluarkan buah. Luar biasa sekali, bukan? Kita semua tentunya mau banget sampai masa tua
tetap menghasilkan buah yang segar. Tapi perhatikanlah dulu syaratnya : Ditanam di dalam rumah Tuhan.

Rumah Tuhan pada di akhir zaman ini ialah gereja dimana Anda berjemaat dengan tekun dan setia tiap-tiap minggu. Untuk bisa menghasilkan buah pada hari tua, Anda harus ditanam
dalam rumah Tuhan! Apa arti dari istilah “ditanam dalam rumah Tuhan” ini?

Ditanam artinya ada satu tanah yang tetap. Ini berarti harus menghargai rumah Tuhan dalam arti mau menetap dalam hal berjemaat, bukan menjadi warga Gereja Kristen Keliling
Keliling (GKKK). Bayangkan : Tanaman yang hari ini ditanam ditanah A, minggu depan dicabut lalu ditanam di tanah B, bulan depan pindah ke tanah C. Bukannya segar dan berbuah,
tanaman ini akan merana dan mati.

Ditanam di satu tempat artinya berakar dalam. Akar dari tanaman itu masuk ke tanah dan menyerap zat-zat makanan yang diperlukan untuk bertumbuh dan menghasilkan buah.
Dengan demikian tanaman ini makin kuat akarnya, makin tinggi batangnya dan makin rindang carangnya. Pada saatnya pohon itu akan menghasilkan buah yang segar. Makanan yang
sehat adalah Firman Tuhan yang diberitakan secara Alkitabiah di dalam jemaat gereja. Makanan rohani inilah yang mempertumbuhkan jemaat secara rohani sehingga dapat
menghasilkan buah.

Ditanam dalam rumah Tuhan artinya ada komitmen. Jemaat yang bertumbuh dengan benar tidak hanya pasif saja menonton, tapi aktif berpartisipasi mendukung kelangsungan jemaat
dengan doa, tenaga, talenta, dan dana. Prinsip Alkitab yang dahsyat. Siapa membangun memperhatikan Rumah Tuhan, Tuhan akan membangun rumahnya!

Amin.

Diambil dari Warta Gereja Aletheia, Minggu, 2 Mei 2010


Fun : Puisi Jatuh Cinta Anak Accounting
Posted: 15 May 2010 05:26 PM PDT

Wahai Kekasihku...
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Wahai kekasih hatiku...


Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva

Wahai mutiara kalbu ku....


Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Wahai bidadariku....
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selamanya
Jika di hari closing nanti, Tidak ada kecocokkan saldo
mungkin cinta kita harus dijurnal balik.

Fun : Surat Cinta Dosen Matematika


Posted: 14 May 2010 05:27 PM PDT

Untuk … tersayang

Tiga minggu yang lalu…


Untuk pertama kalinya kulihat kau berdiri tegak lurus lantai
Kulihat alismu yang berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 4 cm
Saat itulah kurasakan sesuatu yang lain dari padamu
Kurasakan cinta yang rumit bagaikan invers matriks berordo 5×5
Satu minggu kemudian aku bertemu kau kembali…
Kurasakan cintaku bertambah,
bagaikan deret divergen yang mendekati tak hingga
Limit cintaku bagaikan limit tak hingga
Dan aku semakin yakin,
hukum cinta kita bagaikan
hukum kekekalan trigonometri sin2+cos2 = 1

Kurasakan dunia yang bagaikan kubus ini menjadi milik kita berdua
Dari titik sudut yang berseberangan,
kau dan aku bertemu di perpotongan diagonal ruang

Semakin hari kurasakan cintaku padamu


bagaikan grafik fungsi selalu naik yang tidak memiliki nilai ekstrim.
Hanya ada titik belok horizontal yang akan selalu naik
Kurasakan pula kasihku padamu
bagaikan grafik tangen (90o < x < 270o)

Namun aku bimbang…


Kau bagaikan asimtot yang sulit bahkan tidak mungkin kucapai
Aku bingung bagaikan memecahkan soal sistem persamaan linear
yang mempunyai seribu variabel dan hanya ada 100 persamaan
Bahkan ekspansi baris kolom maupun Gauss Jordan pun tak dapat memecahkannya

Anda mungkin juga menyukai