Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Prosedur RJP pada Kegawatdaruratan

oleh Aditya Cakasana Janottama, 1006756692

Setiap hari sering sekali terjadi situasi kegawatdaruratan di berbagai tempat di dunia ini. Ada
berbagai macam prosedur kegawatdaruratan yang seharusnya kita lakukan di situasi seperti
ini. Namun, ada satu prosedur yang sering sekali dilakukan dalam situasi ini yaitu
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)/ Resusitasi Jantung Paru (RJP). Mengapa prosedur ini
penting?

Hal pertama yang harus kita ketahui adalah definisi dari RJP tersebut. RJP adalah usaha
dalam kegawatdaruratan dalam bentuk pijat jantung dan nafas buatan sebagai pertolongan
terhadap pasien yang mengalami henti nafas dan/atau henti jantung [ CITATION Sea10 \l 1057 ] .
Usaha ini dapat dilakukan oleh satu orang atau dua orang. Prosedur RJP juga berbeda-beda
untuk pasien dengan kisaran umur yang berbeda.

Pertama, prosedur ini penting karena sebagaimana kita tahu serangan jantung adalah penyakit
paling mematikan di dunia[ CITATION Eig08 \l 1057 ]. Dari semua kejadian serangan jantung,
delapan puluh persennya terjadi di lingkungan rumah dimana biasanya tidak ada alat-alat
pertolongan kegawatdaruratan[ CITATION CPR10 \l 1057 ]. Satu-satunya cara untuk
menyelamatkan pasien tersebut adalah dengan melakukan RJP.

Kedua, sebagaimana kita tahu bahwa golden period untuk penyelamatan pasien di daerah
tropis adalah empat hingga enam menit. Jika kita tidak melakukan apapun pada waktu
tersebut maka kemungkinan pasien untuk selamat akan semakin kecil. Tidak hanya itu, jika
kita melakukan prosedur kegawatdaruratan semakin lama dari waktu kejadian, maka
kemungkinan selamat akan semakin kecil. Bahkan, setiap satu menit yang hilang dapat
memengaruhi kemungkinan selamat hingga sepuluh persen.

Terakhir, pada kasus serangan jantung kebanyakan terjadi kasus fibrilasi ventrikular yaitu
gangguan ritme jantung [ CITATION CPR10 \l 1057 ]. Untuk mengatasinya diperlukan sebuah
alat yang bernama defibrilator. Alat ini biasanya hanya tersedia di rumah sakit, walaupun ada
alat serupa untuk pengguna rumahan namun jumlahnya sangat sedikit. Sementara jika
menunggu alat tersebut datang maka kita akan kehilangan waktu untuk menyelamatkan orang
tersebut. Maka, dalam tenggang waktu tersebut pemberian RJP akan sangat membantu dalam
menyelamatkkan kehidupan pasien tersebut.

Walau ada banyak sekali keuntungan melakukan RJP, ada beberapa resiko yang perlu kita
waspadai. Semua resiko yang ada berasal dari pemberian pijat jantung di tempat yang salah.
Jika hal itu terjadi, maka ada kemungkinan tulang iga pasien akan patah. Hal ini dapat
merusak organ tubuh yang ada di dalamnya seperti jantung dan paru-paru. Jika hal ini terjadi,
alih-alih mendapatkan keselamatan, pasien justru akan mati. Oleh karena itu dalam
melakukan RJP kita harus berhati-hati.

Selain itu, ada kondisi dimana kita tidak boleh melakukan RJP. Kondisi pertama adalah jika
pasien tersebut sudah dinyatakan meninggal dunia. Pemberian RJP tidak akan memberikan
hasil apapun. Kondisi kedua adalah jika pasien keracunan sianida atau senyawa fosfat. Jika
kita memberikan nafas buatan maka kita juga akan teracuni.

Dalam pemicu, korban harus diberikan RJP karena terjadi kondisi henti nafas dan henti
jantung. Setelah RJP diberikan, barulah pasien diberi pertolongan untuk mengatasi masalah
lainnya yaitu deformitas, mimisan, dan luka terbuka.

Referensi:

1. Search: CPR. WordNet Search - 3.0. [Online] Princeton University, 2010. [Dikutip: 4
December 2010.] http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn?s=cpr.

2. Eight Most Deadly Infectious Disease. University of Arizona - Geosciences. [Online]


University of Arizona, 2008. [Dikutip: 4 Desember 2010.]
http://www.geo.arizona.edu/Antevs/nats104/00lect08_dises.html.

3. CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) Information. eMedicineHealth.com. [Online]


eMedicineHealth.com, 2010. [Dikutip: 4 Desember 2010.]
http://www.emedicinehealth.com/cardiopulmonary_resuscitation_cpr/article_em.htm.

Anda mungkin juga menyukai