Anda di halaman 1dari 10

• Beranda

• Kilas Balik SMP Negeri 1 Talaga


• Profile SMP Negeri 1 Talaga
• Kurikulum
• Kesiswaan
• FORUM GURU
• Alumni SMP Negeri 1 Talaga

RSS Entri | Komentar RSS


Top of Form

Bottom of Form

• Selamat datang di blogs kami

• Waktu Talaga
• Selamat datang..!!

• Pengunjung

1800Flowers Coupon
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PEMBELAJARAN OUT DOOR STUDY DI
KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 TALAGA KABUPATEN
MAJALENGKA TAHUN PEMBELAJARAN 2004-2005
Posted on 23 Agustus 2010 by SMP Negeri 1 Talaga

Rate This

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Berdasarkan petunjuk umum kurikulum 2004 (KBK), mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran. Guru adalah
subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa
merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan.
Masalah utama dalam pembelajaran IPA adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pernah
dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep IPA, sehingga menjadikan
pengetahuan yang bermakna dalam benak siswa.
Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep IPA yang ada dalam buku,
tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Di sisi lain lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri. Anak
sebagai young scientist (peneliti muda) mempunyai rasa keingintahuan (curiousity) yang tinggi.
Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran IPA untuk memelihara keingintahuan anak
tersebut, memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan
bagaimana terhadap objek dan peristiwa di alam (Puskur, 2002).
Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan keingintahuan anak yang tinggi itu tidak
didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat
lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya menggunakan metode konvensional.
Guru merupakan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book
oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami
konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-
cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman
konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan
mekanistik.
Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak untuk belajar, namun
jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal menurut Nur pengajaran yang baik meliputi
mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan
bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Nur, 2002: 9). Melihat salah satu kelemahan yang
dimiliki guru ini, peneliti mencoba menggunakan sebuah strategi pembelajaran, di mana anak
diminta untuk menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan
memotivasi mereka untuk belajar. Guru, dalam hal ini peneliti berusaha untuk mencover
keinginan anak tersebut dengan menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan,
kemudian guru berusaha membawa dan membimbing mereka dalam kondisi yang diinginkan
tadi, dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu memotivasi dan
mempercepat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Ini akan diindikasikan dengan
tingginya motivasi dan hasil prestasi belajar pada ulangan harian.
Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA adalah dengan
menerapkan metode out door study atau metode di luar ruangan kelas dengan pemberian tugas
pada siswa. Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber belajar hendaknya disesuaikan
dengan materi pelajarannya. Dalam hal ini materi yang sesuai dengan metode tersebut adalah
materi kelas 2 yang banyak menyangkut sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Melalui
metode out door study, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik
pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan
dan kejenuhan.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat, bagi guru sebagai bahan masukan tentang
penggunaan metode out door study dalam pembelajaran IPA dalam rangka menumbuhkan minat
belajar siswa, sedangkan untuk siswa diharapkan dapat menumbuhkan minat dan pemahaman
siswa terhadap materi IPA.
B Rumusan Masalah
Bagaimana motivasi siswa dapat ditingkatkan melalui “Metode Out Door Study”?
C Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu :
ϖUntuk meningkatkan motivasi siswa yang tergambar dari aktivitas/ respon dan hasil belajar
siswa dalam PBM melalui “Metode Out Door Study”.
D Manfaat Penelitian
 Diharapkan melalui “Metode Out Door Study” dapat membantu guru meningkatkan motivasi
siswa dalam beraktivitas dan dalam nilai hasil belajar dalam PBM.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A Teori Motivasi
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam diri
seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang
waktu tertentu (Baron,1992; Schunk,1990 dalam Nur, 2001). Dalam bahasa sederhana,motivasi
adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan arah mana yang hendak anda perbuat.
Motivasi dapat berbeda dalam intensitas (kekuatan) dan arah. Gage dan Berliner (1984) dalam
Nur, 2001, menganalogikan motivasi dengan sebuah mobil, dimana mesin analog dengan
intensitas dan kemudi analog dengan arah.
Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gillingham, Kulikowich, & Brown,1991;
Graham & Golan,1991 dalam Nur 2001).
Tugas penting bagi guru adalah merencanakan bagaimana guru akan mendukung motivasi siswa.
Motivasi dapat timbul dari karakteristik–karakteristik intrinsik. Motivasi juga dapat timbul dari
sumber–sumber motivasi di luar tugas.
Darliana (1999: 2) mengemukakan fungsi utama guru dalam pembelajaran adalah sebagai
fasilitator dan pembimbing yang menyediakan hal-hal yang harus diamati, diperhatikan, dibaca,
dan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
Menurut Biddueph, Symington, dan Osborn, 1986 dalam Martin dkk. (1994 : 179),
dikemukakakan bahwa, Metode pengajaran guru akan mempengaruhi cara berpikir siswa. Guru
yang mengharapkan siswa untuk berpikir pada tingkat tertentu, menyusun dan memakai
pertanyaan, dan menerima respon siswa sesuai dengan tingkat yang diharapkan guru. Guru dapat
mengendalikan apa tingkatan berpikir siswa. Bertanya pada diri sendiri dan memperkirakan
jawabannya menyebabkan berpikir kreatif, merupakan sarana untuk memecahkan masalah yang
pelik dan dapat membantu seorang anak untuk belajar “ menemukan situasi yang menyenangkan,
meskipun orang lain merasa jemu”.
B Makna dan Pentingnya Strategi Belajar
Strategi belajar merujuk pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa
yang mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif (Nur,
2000: 7).
Tujuan utama dari strategi belajar adalah mengajar siswa untuk belajar mandiri. Bagaimanakah
siswa yang dikatakan dapat mengatur dirinya sendiri? Menurut Nur (2000: 9), siswa mandiri
mampu secara cermat mendiagnosis suatu situasi belajar tertentu, bisa memonitor keefektifan
strategi tersebut, serta cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai
masalah itu terselesaikan.
Menurut Weinstein dan Meyer (1986), dalam Nur (2000: 5) mengajar yang baik mencakup
mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana
memotivasi diri sendiri. Banyak pendidik sepakat dengan Weinstein dan Meyer bahwa mengajar
siswa cara belajar adalah tujuan pendidikan yang penting dan mungkin yang paling utama.
Mereka menyadari bahwa pendidik belum berhasil mencapai tujuan ini. Menurut Norman
(1980), dalam Nur (2000: 6), perlu waktu lebih banyak untuk mengajari siswa bagaimana
belajar, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
“Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar, namun kita jarang
mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa memecahkan masalah namun
jarang mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan. Sama halnya, kita kadang-kadang
meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni
menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan kita tersebut, tiba waktunya
kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan memecahkan masalah dan memori. Kita
perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat,
bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang
siap diterapkan, dan kemudian memasukkan metode-metode ini dalam kurikulum”. Weinstein &
Meyer dalam Nur (2000: 6)
Mengajarkan strategi belajar berpedoman pada premis bahwa keberhasilan siswa banyak
bergantung pada kemahiran mereka untuk belajar sendiri dan untuk memonitor belajarnya
sendiri. Hal ini menunjukan pentingnya strategi-strategi pembelajaran dan belajar diajarkan
kepada siswa, dimulai dari kelas-kelas sekolah dasar dan berlanjut pada sekolah menengah dan
perguruan tinggi. Siswa harus mempelajari strategi-strategi yang tersedia dan tahu kapan
mengunakannya dengan benar.
Belakangan ini iklim pendidikan sudah membaik, peneliti dan guru telah mulai mengembangkan
strategi belajar terinci mengunakannya bersama siswa. Strategi ini pada awalnya berfokus pada
membaca tetapi selanjutnya telah berhasil diterapkan pada bidang sains dan menulis (Arends,
1997).
C Metode Out Door Study
Metode out door study adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk
melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan
lingkungannya. Melalui metode out door study lingkungan diluar sekolah dapat digunakan
sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai
pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungaan. Metode out door
study pada pengajaran IPA menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerjasama
atau gotong royong dan meningkatkan minat belajar siswa (Nursid Sumaatmadja, 1996). Dengan
demikian diharapkan metode out door study dalam pengajaran IPA dapat meningkatkan minat
belajar siswa kelas VIII-F SMP Negeri 1 Talaga.
Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber belajar hendaknya disesuaikan dengan
materi pelajarannya. Dalam hal ini materi yang sesuai dengan metode tersebut adalah materi
kelas VIII yang banyak menyangkut sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Melalui metode
out door study, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada
batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII-F pada SMP Negeri 1 Talaga Kabupaten
Majalengka tahun pembelajaran 2006 – 2007.
B. Kondisi Objektif Penelitian
SMP Negeri 1 Talaga adalah tempat peneliti bertugas mengajar pada mata pelajaran IPA Fisika
Siswa kelasVIII-F terdiri dari 40 orang siswa, di mana sebagian besar dari mereka selama ini
mengalami kesulitan belajar dengan metode konvensional yang sering dipakai guru dalam
memberikan materi pelajaran.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus Pertama
Guru sudah menentukan lokasi di luar kelas untuk melaksanakan penelitian yang tidak jauh dari
sekolah. Kemudian guru sudah membagi 8 kelompok, yang masing-masing kelompok
anggotanya 5 siswa.
Guru membuat panduan belajar siswa pada waktu belajar diluar kelas yang nantinya dibagikan
pada masing-masing kelompok.
Guru sudah menetapkan tema/materi pembelajaran. Dalam penelitian ini sebagai pokok
bahasannya, yaitu Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari (2
kali pertemuan).
1) Pelaksanaan Penelitian
a) Kegiatan awal:
• Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas.
• Guru mengajak siswa untuk berkumpul menurut kelompoknya.
• Guru memberi salam.
• Guru memberi motivasi pada siswa tentang pentingnya lingkungan sebagai sumber belajar
termasuk manfaat sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
• Guru memberikan panduan belajar kepada masing-masing kelompok
• Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok
b) Kegiatan inti:
• Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan diberi
waktu ± 25 menit.
• Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan.
• Selesai pengamatan siswa di suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil
pengamatannya.
• Guru memandu diskusi dan siswa di beri kesempatan memberi tanggapan waktunya ± 25
menit.
c) Kegiatan akhir:
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang
dialami selama proses pembelajaran.
• Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.
Kegiatan pengamatan/observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan di atas yang dilakukan
oleh kolaborator. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi:
• Urutan langkah-langkah pelaksanaan KBM
• Kegiatan siswa dalam kerja kelompok
• Aktifitas guru dalam mengelola KBM di luar kelas
• Monitoring angket siswa
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan tindakan pada siklus kedua dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada
siklus I, antara lain:
• Menentukan lokasi yang lebih tepat/sesuai dengan tema.
• Membuat panduan belajar siswa yang mudah dipahami oleh siswa.
• Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.
• Menyiapkan pengeras suara (misal megaphone) untuk lebih memusatkan konsentrasi siswa.
• Kelompok siswa disusun secara variatif agar merata antara kemampuan masing-masing siswa.
• Menetapkan pokok bahasan/tema yang lebih menarik. Pertemuan 3 mengenai Tanah,
perternuan 4 mengenai Batuan.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan awal :
• Guru langsung mengajak siswa ke lokasi.
• Guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompoknya.
• Guru membuka pelajaran dan memberi salam.
• Guru memberi motivasi yang lebih meningkatkan antusias siswa.
Kegiatan inti :
• Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi yang sudah ditentukan dan diberi waktu ± 25
menit.
• Guru membimbing siswa selama pengamatan.
• Selesai waktu yang sudah ditentukan guru mengajak siswa berkumpul kembali untuk diskusi
hasil pengamatannya.
• Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan memberi tanggapan waktu yang
disediakan ± 25 menit.
Kegiatan akhir:
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang
dialami selama proses pembelajaran.
• Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan yang dilakukan dalam 2 Siklus dapat dilihat pada tabel berikut.
No Unsur yang diamati Siklus I Siklus II
RP 1 RP 2
1. Keterlaksanaan RP 80% 100%
100%
2. Aktivitas Siswa Baik Baik Sekali
Baik Sekali
3. Hasil Belajar 49, 16% tidak tuntas 81,24% Tuntas
4. Respon Siswa Positif
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus I terjadi perubahan suasana kelas. Siswa dengan
cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat antusias. Ini sangat berbeda bila
dibandingkan dengan keadaan sebelum tindakan, yakni pada umumnya mereka kurang
bersemangat bekerja secara kelompok, dan malas menjawab pertanyaan.
Temuan lain pada siklus I adalah waktu tidak cukup, ada siswa yang berjalan untuk melihat hasil
kerja kelompok lain.
Masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I direfleksi kemudian dievaluasi dan didiskusikan
antara guru dengan pengamat untuk menemukan alternatif pemecahannya. Hasilnya adalah guru
perlu mengelola waktu dengan baik, memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk
mengetahui dan memahami jawaban pertanyaan LKS, perlu bimbingan yang intensif melatihkan
pentingnya berfikir bersama, memberikan sanksi bagi anggota kelompok yang tidak disiplin.
Pada Siklus II aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas , berfikir bersama (saling berinteraksi,
saling meyakinkan, menyamakan persepsi, saling menanyakan jawaban).
B Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, kemungkinan disebabkan siswa belum terbiasa
dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan yang lain,
dan menyamakan persepsi.
Ketidaktuntasan hasil belajar siswa pada siklus I ada hubungannya dengan masih ada siswa yang
bekerja sendiri dalam mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dan pengelompokan yang
kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang
pintar.
Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I.. Bimbingan intensif
baik dari segi menyelesaikan tugas-tugas kelompok maupun mengajarkan keterampilan sosial
(dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas,
berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab
LKS cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas
siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa baik sekali. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja
yang ditetapkan yaitu baik. Dan dampak positifnya adalah meningkatnya hasil belajar siswa.
Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
merupakan hal baru, merasa senang mengikuti pelajaran, tugas lebih mudah dikerjakan,
memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian
dan berfikir kritis, serta lebih bergairah.
Walaupun demikian perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya dalam pengelompokan siswa,
lokasi yang kurang sesuai, keterbatasan waktu (karena banyak waktu yang terbuang), dan
konsentrasi/perhatian siswa mudah berubah.
Beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang
bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan
misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya
hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan
suasana belajar yang lebih menyenangkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Metode out door study berhasil meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII-F pada materi
pelajaran IPA Fisika. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus, antara
lain:
a. Metode out door study menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih
berkonsentrasi pada materi, membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar lebih
nyaman, siswa lebih dapat memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan
pendapat dan membuat siswa lebih aktif.
b. Metode out door study lebih efisien dan etektif jika diterapkan dengan baik, terutama pada
mata pelajaran IPA yang ruang lingkup pengajarannya berupa alam lingkungan yang menjadi ciri
khasnya.
B. SARAN
1. Guru IPA dapat menerapkan metode out door study melalui karyawisata ke tempat-tempat
tertentu dengan harapan minat siswa terhadap pelajaran IPA semakin meningkat.
2. Kepala sekolah hendaknya lebih banyak memberikan motivasi kepada guru mata pelajaran
yang lain selain IPA agar dapat menerapkan metode out door study dalam pembelajaran.
Filed under: Uncategorized
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA
PEMBELAJARAN IPA FISIKA KONSEP PESAWAT SEDERHANA KELAS VIII
SEMESTER 2 DI SMP NEGERI 1 TALAGA MAJALENGKA TAHUN AJARAN 2005-2006 »
Like
Be the first to like this post.
Tinggalkan Balasan
Top of Form

Alamat surel anda tidak akan ditampilkan. Required fields are marked *

Nama *

Email *

Situs web

Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.

Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.


Bottom of Form

• Kalender

Agustus 2010
S S R K J S M
Okt »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31

• Blogs Pendidikan
○ guruinovatif
○ http://www.guruvalah.20m.com
• Buku gratis BSE SMP
○ Buku Gratis BSE SMP kelas IX
○ Buku Gratis BSE SMP kelas VII
○ Buku Gratis BSE SMP kelas VIII

• DAPODIK
○ NOMER INDUK SISWA NASIONAL (NISN)

• Ilmu Komputer
○ Belajar Ilmu Komputer
○ Ilmu Komputer
○ Pengertian Intranet dan Internet

• Link Sekolah
○ SMP Negeri 1 Bandung
○ SMP Negeri 1 Magelang
○ SMP Negeri 2 Bandung
○ SMP Negeri 7 Bogor

• Sertifikasi Guru
○ http://www.sertifikasiguru-r10.org
Blog pada WordPress.com. Theme: Digg 3 Column by WP Designer.
v

Anda mungkin juga menyukai