Anda di halaman 1dari 13

Skenario: Gigi Oma Tinggal Dua

Oma Tina 66 tahun senang dan bahagia karena pada hari ke-20 puasa beliau masih dapat
menjalankan ibadah tersebut. Oma Tina merasa sehat-sehat saja termasuk keluhan pada lambung
yang sering perih sebelumnya. Namun anak dan cucu tetap khawatir dan menganjurkan supaya
tidak usah puasa karena ditakutkan Oma akan kekurangan gizi. Oma sedih dan tersinggung.
Syukurlah dokter keluarga bias menjelaskan bahwa Oma Tina boleh berpuasa dengan
mem[perhatikan asupan gizi yang seimbang dan tentu saja tidak melupakan diet yang sesuai
untuk hipertensinya. Oma tina juga merasa senang karena giginya yang tinggal dua sudah utuh
kembali berkat prostese gigi yang cocok dipakai sehingga Oma dapat menikmati makanan yang
disukai terutama kerupuk.

Walaupun demikian Oma Tina sedikit ragu apakah nanti setelah puasa dia tidak terlalu
letih sehingga akan mempengaruhi persiapannya untuk pergi umroh 6 bulan lagi. Menurut Oma
Tina dia tidak amu pergi haji lagi karena usianya bertambah dan merasa tidak sanggup menjalani
ibadah haji seperti dulu lagi, mengingat pendengaran sudah berkurang, mata mulai kabur, dan
yang pasti berjalan tidak sekuat dulu lagi. Pada saat Oma Tina kontrol pada dokter keluarganya,
Oma menanyakan apakah saat pergi umroh nanti dia juga akan diimunisasi serta persiapan apa
saja yang harus dilkukan sat umroh nanti. Beberapa saran dokter menganjurkan sepatu yang tdak
licin dan nyaman.

Bagaimana anda menjelaskan keadaan pada Oma dan apa yang anda sarankan kepada
Oma Tina?

1. Terminologi
1. Hipertensi: kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg, TD diastolic ≥ 90 mmHg
2. Prostese: penggantian bagian tubuh yang hilang, contohnya lengan, tungkai, mata, dan
gigi yang digunakan dengan alasan atau kosmetik atau keduanya.

2. Identifikasi Masalah
1. Apakah pada usianya yang sudah 66 tahun Oma Tina masih diperbolehkan berpuasa?
2. Mengapa anak dan cucu Oma takut Oma Tina akan kekurangan gizi?
3. Bagaimana asupan gizi yang seimbang untuk Oma Tina?
4. Bagaimana pola diet untuk penyakit hipertensi yang diderita oma Tina?
5. Mengapa Oma Tina sering merasakan keluhan pada lambung?
6. Bagaimana perubahan gigi pada lansia seperti Oma Tina dan mengapa harus memakai
prostese?
7. Mengapa pendengan Oma Tina sudah mulai berkurang, mata mulai kabur, dan berjalan
tidak sekuat dulu lagi?
8. Apakah Oma Tina perlu diimunisasi sebelum berangkat umrah? apa jenis imunisasi yang
diberikan?
9. Mengapa dokter keluarga menyarankan untuk memakai sepatu yang tidak licin dan
nyaman?
10. Mengapa Oma Tina Mudah tersinggung?

3. Brainstorming
1. Puasa sehat untuk lansia asalkan
 Kondisi fisik stabil
 Penyakit terkontrol
 Tidak ada infeksi akut

Manfaat puasa:
 ↑ HDL, ↑ apoprotein alfa dan ↓ LDL bermanfaat bagi kesehatan jantung dan
pembuluh darah
 Pengendalian emosi selama puasa  ↓ adrenalin
 Puasa mengistirahatkan usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari
sisa/ endapan/ toksin dan mengurangi kegemukan

Anjuran untuk lansia yang berpuasa:


 Atur pola makan
 Kebutuhan kalori = kebutuhan kalori tidak puasa
 50% kalori saat berbuka denagn memgkonsumsi makanan ringan sebelum sholat
maghrib & makanan berat setelah sholat maghrib, 10% kalori dikonsumsi setelah sholat
tarawih, dan 40% saat sahur
 Cukup minum
 Minum atau mengkonsumsi buah/ jus antara berbuka dan sebelum tidur
 Komposisi makanan harus seimbang, hindari makanan tinggi lemak, the/ kopi, serta
gula
 Mengkonsumsi vitamin dan mineral yang cukup
 Obat-obatan yang harus dikonsumsi diminum saat sahur, berbuka yang sebelumnya
dikonsultasikan dengan dokter mengenai dosis.

2. Lansia sangat rentan dengan masalah gizi karena:


Pada lansia proses degenerasi > regenerasi sel hilangnya sel-sel berdampak pada ↓
efisiensi & gangguan fungsi organ.
 Pusat haus dan sel-sel ginjal kurang sensitive terhadap perubahan cairan tubuh  lansia
tidak mudah haus.
 Indra pengecap, penciuman, dan penglihatan ↓  mempengaruhi nafsu makanan dan
asupan makanan
Papilla lidah sudah mulai atrofi pada usia 50 tahun sehingga terjadi ↓ sensitivitas rasa
manis dan asin.
 Terjadi perubahan pada kemapuan digesti dan absorbsi yang terjadi sebagai akibat
penurunan opioid endogen dan efek berrlebihan dari kolesistokinin sehingga terjadi
anoreksia
 Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak cocok  menimbulkan rasa sakit dan
tidak nyaman saat mengunyah.
 Sekresi ludah ↓  terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan.
 Berkurangnya sel-sel parietal lambung  hipoklorhidria  ↓ absorbsi kalsium dan non
heme iron.
 Terjadi overgrowth bakteri  ↓ bioavailabilitas vitamin B12, malabsorbsi lemak,
fungsi asam empedu.
 Terjadinya ↓ toleransi glukosa yang mengakibatkan kenaikan glukosa di dalam plasma
sekitar 1,5 mg/dl untuk setiap decade umur.
 Fungsi ginjal ↓ 50% antara usia 30-80 tahun  reaksi resspon asam basa terhadap
perubahan metabolic melambat , gangguan pada proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme.

3. Asupan gizi yang seimbang untuk lansia:


 Makan makanan yang beragam  mengurangi risiko kekurangan zat gizi tertentu
 Makan sumber karbohidrat kompleks dalam jumlah sesuai anjuran untuk menjamin
cukup serat.
 Batasi konsumsi minyak dan lemak yang berlebihan, gunakan sumber lemak nabati 
untuk mengurangi konsumsi lemak jenuh trigliserida dan kolesterol yang merupakan
faktor risiko penyakit kardiovaskular.
 Konsumsi sumber zat besi dengan cukup, sumber hewani: daging merah; nabati:
sayuran berwarna hijau pekat.
 Minum air bersih yang dimasak hingga mendidih dalam jumlah yang cukup.
 Kurangi konsumsi gula sederhana dan lemak  mengurangi risiko DM.
 Perbanyak mengkonsumsi hewan laut yang mengandung lemak tak jenuh omega 9 
melindungi dari aterosklerosis.
 Gunakan garan beriodium, hindari penggunaan garam berlebihan.
 Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat.

4. Diet untuk hipertensi


Hipertensi: TD ≥140/90 mmHg
Pada lansia dipakai batasa165/90 mmHg
Penyebab hipertensi pada lansia:
 Kekakuan, dan penyempitan pembuluh darah arteri karena proses atherosclerosis
 ↑ sensitivitas terhadap asupan natrium
Terapi: - farmakologis
- Non farmokologis: modifikasi lifestyle dan diet hipertensi

Diet hipertensi:
 Diet rendah garam I: untuk penderita hipertensi berat, dianjurkan untuk tidak
menambahkan garam pada makanan.
 Diet rendah garam II: untuk penderita hipertensi sedang, garam dianjurkan ¼ sendok
teh garam dapur.
 Diet rendah garam III: untuk penderita hipertensi ringan, garam dapur dianjurkan ½
sendok teh.

5. Keluhan pada lambung


Perubahan anatomi dan fisiologi pada lambung karena proses penuaan:
- Terjadi atrofi mukosa
- Atrofi dari sel-sel kelenjer, sel-sel parietal dan sel-sel chief  sekresi dari asam
lambung, pepsin dan faktor intrinsik ↓.
- Ukuran lambung ↓  daya tampung lambung ↓.
- Sekresi HCL ↓  rangsangan lapar juga ↓.

Atrofi mukosa disertai dengan atrofi kelenjar sehingga musin sebagai faktor defensif
berkurang sehingga lambung lebih mudah mengalami inflamasi karena faktor agresif 
gastritis.

6. Perubahan gigi pada lansia


- Hilangnya jaringan gigi akibat pemakaian fungsi pengunyah yang terus menerus.
- Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga menjadi goyang dan
tanggal.
- ↑ insiden karies terutama pada bagian leher gigi, akar, karies sekunder dibawah
tambalan lama atau bagian gigi yang kontak dengan gigi palsu.

Manfaat gigi palsu:

o Fungsi mengunyah
Gangguan pada proses mastikasi akan ↓ nafsu makan , gangguan pencernaan,
konstipasi, dan mempengaruhi keadaan gizi penderita. Pemakaian gigi tiruan sebagai
pengganti atau sebagai alat untuk memperbaiki defisiensi mengunyah  memperbaiki
gizi dan kesehatan penderita.
o Fungsi berbicara
Pada lansia, dimana gigi banyak yang lepas, (terutama gigi depan)  proses berbicara
akan terganggu dan berbicara akan kurang jelas. Pemberian gigi tiruan  memperbaiki
fungsi bicara sehingga terjadi komunikasi yang baik dengan orang lain.
o Fungsi estetik
o Faktor biologik
Gigi tiruan yang baik merupakan kesatuan biologic dengan jaringan pendukung
(ginggiva dan prosesus alveolaris) sisa-sisa gigi, sendi temporomandibular dan tidak
terasa sebagai benda asing di mulut  kondisi seperti ini akan akan menjamin
kesehatan gigi & jaringan lain di dalam rongga mulut.
Pemakaian gigi tiruan juga akan mencegah pergeseran, pergerakan gigi yang tersisa.

7. Penyebab berkurangnya pendengaran pada lansia:


o Gangguan pendengaran tipe konduktif
Gangguan bersifat mekanik sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius ,
membrane timpani atau tulang-tulang pendengaran karena proses menua. Sering juga
karena serumen obturans.
o Gangguan pendengaran tipe sensorineural
Karena kerusakan neuron akibat bising, obat ototoksik, hereditas, reaksi pasca radang,
komplikasi aterosklerosis, dan presbiakusis.
Presbiakusis  hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi,
merupakan fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.

Terdapat beberapa tipe presbiakusis:


o Presbiakusis sensorik: karena hilangnya sel rambut di membrana basalis koklea karena
itu khas berupa hilangnya pendengaran nada tinggi.
o Presbiakusis neural: hilangnya sel neural di ganglion spiralis.
o Presbiakusis strial: abnormalitas vascularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari koklea.
o Presbiakusis konduktif koklear: karena terjadinya perubahan mekanik pada membrana
basalis koklea
Manifestasi klinis presbiakusis: pendengaran berkurang perlahan-lahan/ progresif dan
simetris kedua telinga pasien sulit mendengar percakapan tapi sulit memahami nya
terutama jika cepat dan latarnya riuh.

Penyebab mata kabur:


o Non refraktif: kekeruhan pada media refraksi karena proses penuaan
Ex: arcus senilis  infiltrasi bahan lemak (kolesterol, LDL) yang berwarna putih
berbentuk cincin di bagian tepi kornea
Katarak senilis  terjadi perubahan biokimiawi berupa ↑ rotein insoluble dan ion
kalsium dalam lensa disertai dengan berkurangnya glutathione dan vitamin C.
o Refraktif : berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada muskulus siliaris karena
proses penuaan  ↓ daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia.

Berjalan tidak sekuat dulu lagi:


Perubahan dari sistem muskuloskeletal  gangguan berjalan
o Atrofi otot terutama ekstremitas distal (bisa karena gangguan metabolic maupun karena
denervasi fungsional)  kelemahan otot
o Kaku sendi
o Mekanisme sentral (sensorik-motorik) sehingga gerakan menjadi lamban dan tidak
halus.

8. Vaksinasi pada jemaah haji/ umrah


 Vaksin meningococcus
Arab Saudi merupakan daerha nedemis penyakit infeksi meningococcus, selain itu
jemaah haji yang datang ke mekkah berasal dari Negara-negara sub-sahara Africa yang
merupakan daerha meningitis belt.
Tujuan: menghindari penularan antar jemaah yang mengikuti ibadah haji/ umrah dan
mencegah membawa penyakit setelah kembali ke negara asalnya khususnya jemaah
dari Indonesia belum mendapatkan kekebalan secara pasif terhadap meningokokus 
perlu imunisasi.

Fakto resiko penularan meningokokus:


 Defisiensi imun
 Sedang mengakami infeksi saluran nafas
 Perokok aktif dan pasif
 Keramaian di ruang tertutup
 Kontak dekat dengan orang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekret
pernfasan atau saliva penderita.

Rekomendasi vaksin: vaksin meningokokus tetravalen (A/C/Y/W-136), ada 2 jenis:


- Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)  untuk usia 2-55 tahun
- Meningococcal polysaccharide vaccine (MPV4)  untuk usia 2-55 tahun

Cara pemberian vaksin:


o Dosis tunggal 0,5 ml disuntikkan subkutan di daerah deltoid atau glutea
o Respon diperoleh setelah 10-14 hari dan bertahan selama 2-3 tahun
o Jika vaksin < 10 hari sebelum keberangkatan  beri juga ciprofloksasin 50 mg
dosis tunggal
 Vaksin influenza
Tujuan mencegah infeksi virus influenza dan timbulnya komplikasi yang berat.
Rekomendasi vaksin: ada 2 jenis:
- Vaksin inaktif (trivalent inactivated vaccine/ TIV)
Berasal dari derivate virus influenza Adan B dengan komposisi: virus A(H3N2),
virus A (H1N1), dan virus B  diberikan pada jamah haji/ umrah.
- Vaksin hidup yang dilemahkan (live Attenuated influenza virus/ LAIV)
Cara pemberian vaksin:
- Penyuntikan IM deltoid sebanyak 0,5 ml
- Respon diperoleh setelah 2 minggu dan bertahan selama 1 tahun

9. Anjuran menggunakan sepatu yang nyaman, tidak licin  menghindari jatuh


Faktor resiko:
Intrinsik
o Kondisi fisik neuropsikiatrik
o ↓ visus dan pendengaran
o Perubahan neuromuscular, gaya berjalan dan refleks postural akibat proses menua

Ekstrinsik
o Obat-obat yang diminum
o Alat bantu berjalan
o Lingkungan yang tidak mendukung termasuk alas kaki yang licin dan tidak nyaman.

Komplkasi yang ditakutkan:


o Perlukaan (injury)
o Imobilisasi
o Disabilitas
o Kematian

10. Perubahan psikologis pada lansia


Masalah kesehatan mental dari lansia berasal dari 4 aspek: fisik, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Permaslahan berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa
dilecehkan, kecewa, perasaan tidak berguna, dan persaan kehilangan.
Pada umumnya masalah mental pada lansia adalah masalah penyesuaian karena adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya(fisik masih kuat, bekerja, dan berpenghasilan) dan
kemudian mengalami kemunduran.
4. Sistematika Masalah

Penuaan

Perubahan fisik Perubahan mental

GIT ↓ pendengaran ↓ visus neuromuskular Emosi labil Mudah tersinggung


pende

Gaya bejalan lingkungan


↓ sekresi musin

jatuh
↓ ukuran lambung Kekakuan pembuluh darah ↑sensitivitas Na

Lepasnya gigi Asupan gizi puasa hipertensi

Respon haus ↓
Gigi tiruan
Nutrisi yang tepat infeksi

Vaksinasi pada lansia pencegahan

meningokokus influenza
5. Learning Objectives
1. Perubahan fisik pada lansia
2. Perubahan mental pada lansia
3. Strategi pencegahan jatuh pada lansia
4. Kebutuhan gizi lansia
5. Imunisasi pada dewasa dan lansia

6. Sharing Information
1. Perubahan fisik pada lansia
a. Sistem pernafasan
 Otot pernafasan kaku. Kehilangan kekuatan , sehingga voume inspirasi ↓ 
pernafasan cepat dan dangkal
 ↓ aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
penumpukan sekret
 Penurunan akivitas paru sehingga jumlah udara yang masuk ↓
 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya ↓  proses difusi terganggu
 ↓ pO2 arteri menggangu proses oksigenasi dari Hb
 CO2 di arteri tidak berganti sehingga menjadi racun didalam tubuh
 Kemampuan batuk berkurang sehingga potensi terjadinya obstruksi bila ada corpus
alienum
b. Sistem saraf pusat dan otonom
 Volume otak berkurang ± 10%
 Meningen menebal, giri, dan sulci berkurang kedalamannya
 Degenerasi pigmen substansia nigra, disertai kekusutan neurofibriler  dasar
pathogenesis alzehimer dan Parkinson
 Pada pembuluh darah otak terjadi penebalan tunika intima akibat proses
aterosklerosis disertai penebalan tunika media akibat proses penuaan  gangguan
vaskularisasi otak  TIA, stroke, dementia vaskuler
 Vaskularisasi yang ↓ pada hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan saraf
otonom disamping berkurangnya neurotransmitter.
c. Sistem kardiovaskuler
 Katup jantung akan menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompakan darah menurun 1% per tahun setelah umur 20
tahun  menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume yang dipompakan
 Kehilangan elastisita pembuluh darah
 Tekanan darah meningkat karena peningkatan resistensi perifer.
d. Sistem genitouriarius
 Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, penyaringan di glomerulus ↓ sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibat ↓
kemapuan menkonsentrasikan urin.
 Vesikourinaria  otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun menjadi 200 ml 
frekuensi BAK menjadi meningkat
 Pembesaran prostat ± 75% pada pria berusia > 65 tahun
 Atrofi vulva
 Vagina, selaput vagina menjadi kering, elastisitas jaringan ↓ , sekresi menjadi ↓ .
e. Sistem endokrin dan metabolic
 Produksi hampir semua hormone ↓
 ↓ aktivitas tiroid  BMR ↓
 Toleransi glukosa ↓  karena ↓ sensitivitas sel-sel perifer terhadap efek insulin
(resistensi insulin).
 ↓ estrogen  densitas tulang ↓  osteoporosis
f. Sistem pencernaan
 Kehilangan gigi (akibat periodontal disease ataupun karena proses penuaan) 
mengganggu fungsi mastikasi.
 Atrofi taste buds/ papil  sensitivitas terhadap rasa manis atau asin
 Sekresi saliva ↓  terjadi gangguan mengunyah dan menelan
 Lambung atrofi sehingga daya tampung ↓, produksi faktor instrinsik  anemia
pernisiosa.
 Peristaltik usus melemah  konstipasi
 Daya absorbsi ↓
 pH usus halus bagian proksimal ↑ sehingga terjadi bacterial overgrowth yang akan
menurunkan bioavailabilitas mineral dan vitamain (terutama vitamin B6 dan B12)
 ukuran hepar ↓ sintesis albumin ↓, aktivitas enzim untuk metabolisme obat ↓.
g. Sistem muskuloskeletal
 Tulang kehilangan densitas  rapuh dan mudah fraktur
 Otot mengalami atrofi  karena menurunnya aktivitas, kelainan metabolik atau
denervasi saraf.
 Persendian menjadi kaku
 Kifosis sehingga tinggi badan berkurang
h. Sistem indra
Penglihatan:
 Kornea lebih spheris
 Sklerosis sphingter pupil dan hilang nya respon terhadap sinar
 Kekeruhan pada lensa (katarak senilis)
 Daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, susah melihat dalam gelap
 ↓ lapangan pandang
 Hilangnya daya akomodasi
 ↓ kemampuan membedakan warna

pendengaran
 Tuli konduktif: kerusakan dari kanalis auditorius, membrana timpani, atau tulang-
tulang pendengaran, bisa juga karena serumen obturans.
 Tuli sensori neural: kerusakan neuron akibat bising, presbikusis, komplikasi
aterosklerosis, komplikasi akibat ototoksik.

Pengecap dan penghidu:


 Menurunnya kemampuan mengecap
 Menurunnya kemampuan menghidu  selera makan berkurang

Peraba:
 Kemunduran dala merasakan sakit
 Kemunduran dala merasakan tekanan, panas, dan dingin

i. Sistem kulit dan integumen


 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
 Kulit kering dan kurang elastis karena ↓ cairan dan jaringan adipose
 Kelenjer keringat mulai tidak bekerja dengan baik sehingga tidak tahan terhadap
panas dan temperature yang tinggi.
 ↓ aliran darah kulit sehingga penyembuhan luka kurang baik
 Perubahan pada distribusi pigmen melanin dan proliferasi melanin  timbul bercak-
bercak pigmentasi pada kulit.
 Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis , botak rambut berwarna abu-abu dan
putih.

2. Perubahan mental pada lansia


Proses menua (aging)  pros salami yang disertai dengan perubhan fisik dan psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain  berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
Ada beberapa beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada kesehatan mental lansia:
 Penurunan kondisi fisik
 Penurunan fungsi dan potensi seksual
 Perubahan aspek psikososial
 Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
 Perubahan peran sosial dalam masyarakat
Penurunan kondisi fisik
↓ kondisi fisik pada lansia ex: tubuh yang lemah, mata kabur, fungsi pendengaran ↓,
gangguan gait, gangguan keseimbangan, penurunan daya ingat, dll  menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang selanjutnya dapat
menyebabkan ketergantungan pada orang lain

Penurunan fungsi/ potensi seksual


↓ potensi seksual bisa terjadi karena
- Gangguan jantung
- Gangguan metabolism, ex: DM
- Kekurangan gizi
- Penggunaan obat-obat tertentu ex: anti hipertensi dan transquilizer
- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah gangguan jiwa
lainnya ex: cemas, , deprsesi dan pikun

Perubahan aspek psikososial

Memasuki usia lansia

- ↓ fungsi kognitif proses belajar, pemahaman, perhatian)


- ↓ fungsi psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi)

Karena ↓ fungsi kognitif, psikomotor  terjadi perubahan aspek psikososial yang


tergambar lewat 5 tipe kepribadian

 Tipe kepribadian konstruktif


Mempunyai integritas baik, dapat menikmti hidupnya, toleransi tinggi, dapat
menerima fakta-fakta proses menua
 Tipe ketergantungan (dependent)
Pasif, tidak berambisi, tidak mempunyai inisiatif, dan bertindak tidak praktis
bergantung pada orang lain
 Tipe kepribadian mandiri
Cenderung mengalami post power syndrome, apalagi jika masa lansia tidak diisi
dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya
 Tipe kepribadian bermusuhan
Merasa tidak pernah puas, menganggap orang lain sebagai penyebab
kegagalannya, selalu mengeluh dan curiga.
 Tipe kepribadian menyalahkan diri sendiri (self-hater)
Tidak berambisi, menyalahkan diri sendiri.

Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan


Diawali pada masa awal pensiun
Perubahan yang terjadi pada masa pensiun:
- Kehilangan financial
- Kehilangan status terutamam jika mempunyai jabatan yang cukup tinggi
- Kehilangan teman/ kenalan
- Kehilangan kegiatan yang teratur dilakukan tiap hari
 Perubahan yang terjadi cenderung membuat lansia depresi

Perubahan peran sosial dalam masyarakat

↓ fungsi pendengaran penglihatan gerak fisik dll. Menimbulkan gangguan fungsional


atau bahkan kecacatan pada lansia  lansia menjadi useless dan merasa terasing dari
lingkungannya  gampang depresi

3. Strategi pencegahan jatuh pada lansia


Kecelakaan tersering  jatuh
Prevalensi: AS: 30% lansia > 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang

Faktor risiko:
a. Sensorik
Gangguan pendengaran dan penglihtan, gagguan vestibuler terutama vertigo tipe
4. Imunisasi pada dewasa dan lansia

Anda mungkin juga menyukai