Anda di halaman 1dari 56

Undang-Undang No.

9 Tahun 2009 Tentang


Badan Hukum Pendidikan

Oleh
Prof.Dr.Johannes Gunawan,SH.,LL.M
Prof.Dr.Bernadette M.W.,SH.,MH.,CN
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Juni 2009
Pertimbangan tentang BHP dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi No.021/PUU-IV/2006
Menimbang bahwa namun demikian, agar undang-undang mengenai
badan hukum pendidikan yang diperintahkan oleh Pasal 53 Ayat (4)
UU Sisdiknas sesuai dengan UUD 1945, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1.Aspek fungsi negara untuk:
• mencerdaskan kehidupan bangsa
• kewajiban negara dan pemerintah dalam bidang pendidikan
• hak dan kewajiban warga negara dalam bidang pendidikan
2.Aspek filosofis:
cita-cita untuk membangun sistem pendidikan nasional
yang berkualitas dan bermakna bagi kehidupan bangsa
3. Aspek Sosiologis:
realitas mengenai penyelenggaraan pendidikan yang sudah
ada termasuk yang diselenggarakan oleh berbagai yayasan,
perkumpulan, dan sebagainya
Pertimbangan tentang badan hukum pendidikan
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
No.021/PUU-IV/2006
4. Aspek Yuridis:
tidak menimbulkan pertentangan dengan peraturan perundang-
undangan lainnya yang terkait dengan badan hukium

5. Aspek Pengaturan:
haruslah merupakan implementasi tanggungjawab negara dan
tidak dimaksudkan untuk mengurangi atau menghindar dari
kewajiban konstitusional negara di bidang pendidikan, sehingga
tidak memberatkan masyarakat dan/atau peserta didik

6. Aspek Aspirasi Masyarakat:


aspirasi masyarakat harus mendapat perhatian di dalam
pembentukan undang-undang mengenai badan hukum
pendidikan, agar tidak menimbulkan kekacauan dan
permasalahan baru dalam dunia pendidikan
Mengapa Harus Ber BHP?

Hakekat
Perguruan Tinggi

Alasan OTONOMI
Ber BHP Perguruan
Tinggi
Perintah
Peraturan
Perundang-
undangan
Hakekat Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah institusi yang memiliki tugas dan


tanggungjawab untuk:
1.mencari;
2.menemukan;
3.mempertahankan; dan
4.menjunjung tinggi
kebenaran
Tugas mencari, menemukan, mempertahankan, dan menjunjung
tinggi kebenaran diwujudkan melalui penerapan otonomi
keilmuan dan kebebasan akademik.

Oleh karena itu, perguruan tinggi harus otonom atau mandiri


sehingga bebas dari berbagai pengaruh kekuatan ekonomi, politik,
sosial, dan lain-lain.
Perintah Peraturan Perundang-undangan

Pasal 24 (2) UU.Sisdiknas


Perguruan tinggi memiliki otonomi mengelola sendiri lembaganya
sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat.
Pasal 50 (6) UU.Sisdiknas
Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi
dalam mengelola pendidikan di lembaganya.
Penjelasan Pasal 50 (6) UU.Sisdiknas
Yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi adalah
kemandirian perguruan tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya.
Cara UU Sisdiknas Mewujudkan Otonomi

Pasal 53 UU.Sisdiknas

(1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang


didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan
hukum pendidikan
(4) Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan
undang-undang tersendiri

Jadi UU BHP merupakan perintah/amanat UU Sisdiknas.


Perintah/
Amanat
Pasal 53

Mewujudkan Otonomi dengan UU UU Sidiknas

Di dalam hukum terdapat tiga cara memberikan wewenang


No Cara Perangkat Akibat Hukum
Hukum
1. Atribusi o UUD Badan hukum pemegang

Penciptaan kewenangan asli


kewenangan asli
(baru/orisinal) yang diberikan kepada
badan hukum yang telah atau akan
o UU bertang-gungjawab secara
mandiri atas pelaksanaan
dibentuk. o Perda kewenang-an tersebut.

2. Delegasi Peraturan Badan hukum atau orang


penerima kewenangan
Penyerahan kewenangan oleh Perundang- bertanggungjawab sendiri.
pemegang kewenangan atribusi kepada undangan lain.
badan hukum atau orang.

3. Mandat Surat Kuasa Badan hukum atau orang


penerima pelimpahan sebagian
Pelimpahan sebagian kewenangan kewenangan tidak
oleh pemegang kewenangan kepada bertanggungjawab sendiri,
badan hukum atau orang, untuk dan tetapi untuk dan atas nama
atas nama pemegang kewenangan. pelimpah kewenangan.
Pengertian Badan Hukum
Subyek Hukum adalah manusia atau badan hukum pemilik hak
dan kewajiban.
Badan Hukum adalah subyek hukum yang diciptakan oleh hukum,
dapat memiliki dan menjalankan hak dan kewajiban seperti
manusia.
Manusia
Subyek Badan Hukum
Hukum Publik

Badan
Laba
Hukum
Badan Hukum BHP
Perdata

Nirlaba
Jenis Badan Hukum

Badan Hukum Publik


Badan hukum yang didirikan oleh negara (pemerintah) dan
memiliki kewenangan menetapkan kebijakan publik yang
mengikat umum
Contoh: negara, propinsi, kabupaten, kota

Badan Hukum Perdata


Badan hukum yang didirikan oleh masyarakat dan diakui oleh
negara (pemerintah), atau didirikan oleh negara (pemerintah),
tetapi tidak memiliki kewenangan menetapkan kebijakan publik
yang mengikat umum
Contoh: perseroan terbatas, koperasi, yayasan, BUMN, BHMN,
badan hukum pendidikan
Perguruan Tinggi Saat Ini Tidak Otonom

Badan Hukum Badan Hukum


Negara Yayasan, dll

Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi


yang diselenggarakan yang diselenggarakan
Pemerintah Masyarakat

Aparat Pemerintah Aparat Yayasan dll


sehingga sehingga
tidak memiliki tidak memiliki
otonomi perguruan tinggi otonomi perguruan tinggi
BHP Mewujudkan Perguruan Tinggi Otonom

Badan Hukum
Hukum
Badan Hukum Badan
Yayasan, dll
dll
Negara Yayasan,
Diakui
sebagai
Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi
yang diselenggarakan badan hukum
yang diselenggarakan
Pemerintah pendidikan
Masyarakat

Penjelasan Pasal 8 ayat (3) UUBHP


BHPP Yayasan dll. yang diakui sebagai badan hukum pendidikan
tidak perlu mengubah bentuknya untuk jangka waktu
sebagaimana ditetapkan dalam akta pendirian yayasan,
perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis tersebut.
Pasal 67 ayat (2) UU BHP
Yayasan dll.harus menyesuaikan tata kelolanya pada
UUBHP, paling lambat 6 (enam) tahun sejak UUBHP
diundangkan.
Jenis, Bentuk, Pendirian, dan Pengesahan BHP

No Jenis Bentuk Pendirian Penetapan/


Pengesahan
Badan Hukum Pendidikan Peraturan Pemerintah
Pemerintah Presiden
BHP (BHPP)
1 Satuan Badan Hukum Pendidikan
Pendidikan Pemerintah Daerah Peraturan Gubernur/ Gubernur/Bupati/
(BHPPD) Bupati/Wallikota Walikota

Badan Hukum Pendidikan Akta Menteri Pendidikan


Masyarakat Notaris Nasional
(BHPM)

2 BHP Yayasan dll. yang telah Akta Menteri Hukum dan Hak
menyelenggarakan Notaris Asasi Manusia
Penyeleng- pendidikan formal
gara
Simulasi Penyesuaian/Pendirian Baru BHP

Satuan Pendidikan atau Yang Telah Ada Yang Akan Didirikan


Penyelenggara Sebelum UU BHP Setelah UU BHP
Satuan Pendidikan Dasar dan Menjadi BHPP setelah meme- Berbentuk BHPP
Menengah Pemerintah (Depag) nuhi SNP dan berakreditasi A

Satuan Pendidikan Dasar dan Menjadi BHPPD setelah Berbentuk BHPPD


Menengah Pemerintah Daerah memenuhi SNP dan
berakreditasi A
Satuan Pendidian Tinggi Menjadi BHPP sesuai dengan Berbentuk BHPP
Pemerintah (termasuk BHMN) persyaratan dalam UU BHP
Satuan Pendidikan Dasar, Dapat menjadi BHPM harus Berbentuk BHPM
Menengah dan Tinggi oleh yayasan, wakaf dan badan
Masyarakat hukum sejenis
Yayasan, wakaf dan badan Diakui sebagai Tidak ada pendirian baru
hukum sejenis, penyelenggara BHP Penyelenggara Yayasan, wakaf dan badan
Dikdasmen dan/atau Dikti hukum sejenis
Prinsip Tata Kelola BHP

1. Tata Kelola Keuangan oleh BHP (Pasal 4 ayat 1 UUBHP)


didasarkan pada prinsip:
Nirlaba yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya tidak
mencari laba, sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan
badan hukum pendidikan, harus ditanamkan kembali ke dalam
badan hukum pendidikan untuk meningkatkan kapasitas
dan/atau mutu layanan pendidikan.
2. Tata Kelola Pendidikan Tinggi oleh BHP (Pasal 4 ayat 2
UUBHP) didasarkan pada prinsip:
a. Otonomi f. Akses yang berkeadilan
b. Akuntabilitas g. Keberagaman
c. Transparansi h. Keberlanjutan
d. Penjaminan mutu i. Partisipasi atas tanggungjawab
e. Layanan prima Negara
Pasal 63 UUBHP
Setiap orang yang melanggar ketentuan nirlaba, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
dan dapat ditambah dengan denda paling banyak Rp 500.000.000,00.
Struktur Organisasi BHP Masyarakat

Yayasan/
Pendiri
BHP Masyarakat

ORPK
Contoh
Majelis Wali Amanat

ORP OANA
Contoh Contoh
Senat Dewan Audit
Akademik

OPP
Rektor/Ketua/Direktu
r
Struktur Organisasi BHP Penyelenggara

Yayasan yang diakui


sebagai BHP Penyelenggara

ORPK
Pembina dan
Pengurus
Yayasan

ORP OANA
Senat Pengawas
Akademik

OPP
Rektor/Ketua/Direktu
r
Tata Kelola BHP Pendidikan Tinggi

Fungsi Organ
Badan Hukum Pendidikan Badan Hukum Pendidikan
Fungsi penentuan kebijakan Organ representasi pemangku
umum kepentingan
Fungsi kebijakan dan pengelolaan Organ pengelola pendidikan
pendidikan (rektor, ketua, direktur)
Fungsi audit bidang non-akademik Organ audit bidang non
akademik
Fungsi pengawasan akademik Organ representasi pendidik

Pasal 14 ayat (3) UUBHP


Anggaran dasar badan hukum pendidikan dapat menambahkan fungsi tambahan selain fungsi pokok
sebagaimana dimaksud di atas.
Pasal 16 UUBHP
Penamaan setiap organ badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud di atas, ditetapkan dalam
anggaran dasar.
Anggota ORPK BHP Dikti

Pasal 18 ayat (2) UUBHP


Anggota organ representasi pemangku kepentingan di dalam
badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi, paling sedikit terdiri atas:
a. pendiri atau wakil pendiri;
b. wakil organ representasi pendidik;
c. pemimpin organ pengelola pendidikan; Maksimum 1/3
d. wakil tenaga kependidikan, dan
e. wakil unsur masyarakat.
Pasal 18 ayat (3) UUBHP
Anggaran dasar dapat menetapkan unsur lain sebagai anggota
organ representasi pemangku kepentingan, selain anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Penjelasan Pasal 18 ayat (3) UUBHP
Yang dimaksud dengan wakil dari unsur lain, misalnya unsur orang
tua/wali mahasiswa, unsur alumni dan unsur mahasiswa.
Tugas dan wewenang ORPK BHP Dikti (1)

Pasal 22 UUBHP
Tugas dan wewenang organ representasi pemangku kepentingan
pada badan hukum pendidikan adalah:
a. menyusun dan menetapkan perubahan anggaran dasar dan
menetapkan anggaran rumah tangga beserta perubahannya;
b. menyusun dan menetapkan kebijakan umum;
c. menetapkan rencana pengembangan jangka panjang, rencana
strategis, rencana kerja tahunan, dan anggaran tahunan;
d. mengesahkan pimpinan dan keanggotaan organ representasi
pendidik;
e. mengangkat dan memberhentikan ketua serta anggota organ
audit bidang non-akademik;
f. mengangkat dan memberhentikan pemimpin organ pengelola
pendidikan;
Tugas dan wewenang ORPK BHP Dikti (2)

Pasal 22 UUBHP
g. melakukan pengawasan umum atas pengelolaan badan hukum
pendidikan;
h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja badan hukum
pendidikan;
i. melakukan penilaian laporan pertanggungjawaban tahunan
pemimpin organ pengelola pendidikan, organ audit bidang non
akademik, dan organ representasi pendidik;
j. mengusahakan pemenuhan kebutuhan pembiayaan badan
hukum pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
k. menyelesaikan persoalan badan hukum pendidikan, termasuk
masalah keuangan, yang tidak dapat diselesaikan oleh organ
badan hukum pendidikan lain sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Tugas dan wewenang ORPK BHP Dikti (2)

Pasal 22 UUBHP
g. melakukan pengawasan umum atas pengelolaan badan hukum
pendidikan;
h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja badan hukum
pendidikan;
i. melakukan penilaian laporan pertanggungjawaban tahunan
pemimpin organ pengelola pendidikan, organ audit bidang non
akademik, dan organ representasi pendidik;
j. mengusahakan pemenuhan kebutuhan pembiayaan badan
hukum pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
k. menyelesaikan persoalan badan hukum pendidikan, termasuk
masalah keuangan, yang tidak dapat diselesaikan oleh organ
badan hukum pendidikan lain sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Anggota ORP BHP Dikti

Pasal 24 UUBHP
(2) Anggota organ representasi pendidik paling sedikit terdiri
atas:
a. wakil professor; dan
b. wakil pendidik.
(3) Anggaran dasar badan hukum pendidikan yang
menyelenggara
kan pendidikan tinggi, dapat menetapkan wakil unsur lain
sebagai anggota organ representasi pendidik selain anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Perimbangan jumlah wakil profesor dan wakil pendidik
antarprogram studi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
proporsional dengan jumlah pendidik yang diwakilinya dan
diatur dalam anggaran rumah tangga.
Pasal 26 ayat (1) UUBHP
(1) Ketua dan anggota organ representasi pendidik disahkan oleh
organ representasi pemangku kepentingan.
Tugas dan Wewenang ORP BHP Dikti (1)
Pasal 27 UUBHP
Tugas dan wewenang organ representasi pendidik pada badan
hukum pendidikan adalah:
a. mengawasi kebijakan dan pelaksanaan akademik organ
pengelola pendidikan;
b. menetapkan dan mengawasi penerapan norma dan ketentuan
akademik;
c. mengawasi kebijakan dan pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan;
d. mengawasi kebijakan kurikulum dan proses pembelajaran dengan
mengacu pada tolok ukur keberhasilan pencapaian target
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang
ditetapkan dalam rencana strategis badan hukum pendidikan, serta
dapat menyarankan perbaikan kepada organ pengelola pendidikan;
e. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik sivitas
akademika;
Tugas dan Wewenang ORP BHP Dikti (2)
f. mengawasi penerapan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan;
g. memutuskan pemberian atau pencabutan gelar dan penghargaan
akademik;
h. mengawasi pelaksanaan kebijakan tata tertib akademik;
i. mengawasi pelaksanaan kebijakan penilaian kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan;
j. memberikan pertimbangan kepada organ pengelola pendidikan dalam
pengusulan profesor;
k. merekomendasikan sanksi terhadap pelanggaran norma, etika, dan
peraturan akademik oleh sivitas akademika perguruan tinggi kepada organ
pengelola pendidikan;
l. memberi pertimbangan kepada organ representasi pemangku kepentingan
tentang rencana strategis serta rencana kerja dan
anggaran tahunan yang telah disusun oleh organ pengelola pendidikan; dan
m. memberi pertimbangan kepada organ representasi pemangku kepentingan
tentang kinerja bidang akademik organ pengelola pendidikan.
Anggota OANA BHP Dikti

Pasal 29 UUBHP
(1)Organ audit bidang non-akademik merupakan organ
badan hukum pendidikan yang melakukan evaluasi
non-
akademik atas penyelenggaraan badan hukum
pendidikan.

(2) Susunan, jumlah, dan kedudukan ketua dan anggota


organ audit bidang non-akademik ditetapkan dalam
anggaran rumah tangga.
Tugas dan Wewenang OANA BHP Dikti

Pasal 30 UUBHP
Tugas dan wewenang organ audit bidang non-akademik pada badan
hukum pendidikan adalah:
a. menetapkan kebijakan audit internal dan eksternal badan hukum
pendidikan dalam bidang non-akademik,
b. mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal badan hukum
pendidikan,
c. mengambil kesimpulan atas hasil audit internal dan eksternal
badan hukum pendidikan, dan
d. mengajukan saran dan/atau pertimbangan mengenai perbaikan
pengelolaan kegiatan non-akademik pada organ representasi
pemangku kepentingan dan/atau organ pengelola pendidikan
atas dasar hasil audit internal dan/atau eksternal.
OPP BHP Dikti

Pasal 31 UUBHP
(2) Organ pengelola pendidikan memiliki otonomi dalam
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dan
otonomi perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Tugas dan Wewenang OPP BHP Dikti (1)

Pasal 33 ayat (2) UUBHP


Tugas dan wewenang organ pengelola pendidikan tinggi pada badan
hukum pendidikan adalah:
a. menyusun dan menetapkan kebijakan akademik;
b. menyusun rencana strategis badan hukum pendidikan
berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan organ
representasi pemangku kepentingan, untuk ditetapkan oleh
organ representasi pemangku kepentingan;
c. menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan badan hukum
pendidikan berdasarkan rencana strategis badan hukum
pendidikan, untuk ditetapkan oleh organ representasi pemangku
kepentingan;
d. mengelola pendidikan sesuai dengan rencana kerja dan
anggaran tahunan badan hukum pendidikan yang telah
ditetapkan;
Tugas dan Wewenang OPP BHP Dikti (2)
Pasal 33 ayat (2) UUBHP
e. mengelola penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan rencana kerja dan anggaran tahunan badan hukum
pendidikan yang telah ditetapkan;
f. mengangkat dan/atau memberhentikan pimpinan organ
pengelola pendidikan dan tenaga badan hukum pendidikan
berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, serta
peraturan perundang-undangan;
g. menjatuhkan sanksi kepada sivitas akademika yang melakukan
pelanggaran terhadap norma, etika, dan/atau peraturan
akademik berdasarkan rekomendasi organ representasi
pendidik;
h. menjatuhkan sanksi kepada pendidik dan tenaga kependidikan
yang melakukan pelanggaran, selain sebagaimana dimaksud
dalam huruf g, sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, serta peraturan perundang-undangan;
Tugas dan Wewenang OPP BHP Dikti (3)

Pasal 33 ayat (2) UUBHP


i. bertindak ke luar untuk dan atas nama badan hukum pendidikan
sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;
j. melaksanakan fungsi lain yang secara khusus diatur dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; dan
k. membina dan mengembangkan hubungan baik badan hukum
pendidikan dengan lingkungan dan masyarakat pada umumnya.
Perubahan atau Penyesuaian ke BHP
Pasal 65 sd Pasal 67 UU BHP

Perubahan
Pemerintah BHPP 4 Tahun

PT
Perubahan
BHMN BHPP 3 Tahun

Pengakuan
Yayasan, BHP
6 Tahun
dll (Penyesuaian Tata Kelola) Penyelenggara
Permendiknas No. 32 Tahun 2009

Tentang

Mekanisme
 Pendirian BHP
 Perubahan BHMN atau PT
 Pengakuan Penyelenggara Pendidikan Tinggi
Sebagai Badan Hukum Pendidikan

Tanggal 17 Juli 2009


Macam Pendirian/Perubahan/Pengakuan BHP

(1) Pendirian badan hukum pendidikan terdiri atas:


a. pendirian BHPP;
b. pendirian BHPM.
(2) Perubahan menjadi badan hukum pendidikan terdiri atas:
a. perubahan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
Departemen menjadi BHPP;
b. perubahan perguruan tinggi BHMN menjadi BHPP;
c. perubahan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
departemen lain atau Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) menjadi BHPP;
d. perubahan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi BHPM.
(3) Pengakuan penyelenggara sebagai badan hukum pendidikan
yaitu pengakuan yayasan, perkumpulan, dan badan hukum lain
sebagai BHP Penyelenggara.
Pendirian BHP Masyarakat
Pasal 4 Permendiknas No. 32 Tahun 2009
Mekanisme pendirian BHPM sebagai berikut:
a.orang atau masyarakat sebagai pendiri menyusun studi kelayakan
pendirian BHPM dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar
BHPM yang terlebih dahulu dikonsultasikan dengan notaris;
b.studi kelayakan dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar
BHPM tersebut disampaikan oleh pendiri kepada Menteri melalui
Direktorat Jenderal untuk memperoleh persetujuan;
c.apabila studi kelayakan dan rancangan akta pendirian/anggaran
dasar BHPM disetujui, pendiri membuat akta pendirian BHPM di
hadapan notaris dengan menyerahkan studi kelayakan yang telah
disetujui Menteri;
d.akta notaris tersebut disampaikan oleh notaris kepada Menteri
melalui Direktorat Jenderal untuk memperoleh pengesahan.
Perubahan PTS menjadi BHP Masyarakat
Pasal 9 Permendiknas No. 32 Tahun 2009
Mekanisme perubahan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat menjadi BHPM sebagai berikut:
a.penyelenggara menyusun rencana perubahan perguruan tinggi
menjadi BHPM dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar BHPM
yang terlebih dahulu dikonsultasikan dengan notaris;
b.rencana perubahan dan rancangan akta pendirian/anggaran dasar
BHPM tersebut disampaikan oleh penyelenggara kepada Menteri
melalui Direktorat Jenderal untuk memperoleh persetujuan;
c.apabila rencana perubahan dan rancangan akta
pendirian/anggaran dasar BHPM disetujui, penyelenggara membuat
akta pendirian BHPM di hadapan notaris dengan menyerahkan
rencana perubahan yang telah disetujui Menteri;
d.akta notaris tersebut disampaikan oleh notaris kepada Menteri
melalui Direktorat Jenderal untuk memperoleh pengesahan.
Penyesuaian Tata Kelola Yayasan ke Tata Kelola BHP

Pasal 67 ayat (2) UU BHP


Yayasan, perkumpulan atau badan hukum lain sejenis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus menyesuaikan tata kelolanya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, paling lambat
6 (enam) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 67 ayat (4) UU BHP


Penyesuaian tata kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan mengubah akta pendiriannya.
Penyesuaian Tata Kelola Yayasan ke Tata Kelola BHP
Pasal 28 ayat (1) UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang
tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh UU ini atau
Anggaran Dasar.
Pasal 31 ayat (1) UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan
Yayasan.
Pasal 40 ayat (1) UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam
menjalankan kegiatan yayasan.
Pasal 21 UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
(1) Perubahan Anggaran Dasar yang meliputi nama dan kegiatan
Yayasan harus mendapat persetujuan Menteri.
(2) Perubahan Anggaran Dasar mengenai hal lain cukup
diberitahukan kepada Menteri.
Pengakuan Penyelenggara sebagai BHP
Penyelenggara
Pasal 11 Permendiknas No. 32 Tahun 2009
Mekanisme pengakuan penyelenggara sebagai badan hukum
pendidikan yaitu pengakuan yayasan, perkumpulan, dan badan
hukum lain sebagai BHP Penyelenggara sebagai berikut:
a.penyelenggara menyusun rancangan perubahan akta pendirian/
anggaran dasar, khusus bagian tata kelola penyelenggara untuk
disesuaikan dengan tata kelola badan hukum pendidikan, yang
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan notaris atau pejabat yang
berwenang membuat aktanya;
b.rancangan perubahan akta pendirian/anggaran dasar tersebut
disampaikan oleh penyelenggara untuk mendapatkan persetujuan
Menteri melalui Direktorat Jenderal;
c.apabila rancangan perubahan akta pendirian/anggaran dasar
disetujui, penyelenggara mengubah akta pendirian di hadapan
notaris atau pejabat yang berwenang membuat aktanya;
Pengakuan Penyelenggara sebagai BHP
Penyelenggara (2)
Pasal 11 Permendiknas No. 32 Tahun 2009
d.perubahan akta pendirian/anggaran dasar yayasan atau
perkumpulan tersebut diberitahukan oleh notaris kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan perubahan akta
pendirian/anggaran dasar badan hukum lain selain yayasan dan
perkumpulan diberitahukan oleh notaris atau pejabat yang
berwenang membuat aktanya kepada menteri yang berwenang
atas badan hukum tersebut;
e.fotokopi sesuai asli Surat Tanda Penerimaan Pemberitahuan ten-
tang perubahan akta pendirian/anggaran dasar yayasan atau
perkumpulan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia, dan
fotokopi sesuai asli Surat Tanda Penerimaan Pemberitahuan ten-
tang perubahan akta pendirian/anggaran dasar badan hukum lain
selain yayasan atau perkumpulan dari menteri yang berwe-nang
atas badan hukum lain selain yayasan atau perkumpulan tersebut
disampaikan oleh notaris atau pejabat yang berwenang membuat
aktanya kepada Menteri.
Penyesuaian Tata Kelola Yayasan ke Tata Kelola BHP

Tata Kelola
Tata Kelola Tata Kelola
Yayasan yang diakui sebagai
Yayasan BHP Penyelenggara BHP

Tugas & Wewenang Tugas & Wewenang


Pembina + ORPK

Tugas & Wewenang


Tugas & wewenang OPP
Pengurus + Tugas & Wewenang
ORP
Rektor/Ketua/ Senat
Tugas & wewenang Direktur Tugas & wewenang
Akademik
Pengawas + OANA
Sumber Pendanaan BHP Menurut UUBHP

Pemerintah

Hibah BHP
Masyarakat
Sumber
Pendanaan
BHP Badan Hukum
Pendidikan

Peserta Didik
Penjaringan Calon Peserta Didik Menurut UUBHP

Pasal 46 ayat (1) UU BHP


Badan hukum pendidikan wajib menjaring dan menerima Warga
Negara Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi dan kurang
mampu secara ekonomi paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari jumlah keseluruhan peserta didik yang baru.

Pasal 62 ayat (1) UU BHP


Pelanggaran terhadap Pasal 46 ayat (1) dikenai sanksi
administratif.
Beasiswa Bagi Peserta Didik Menurut UUBHP (1)

Pasal 46 ayat (2) UU BHP


Badan hukum pendidikan wajib mengalokasikan beasiswa atau
bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik Warga Negara
Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi dan/atau peserta
didik yang memiliki potensi akademik tinggi paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari jumlah seluruh peserta didik.

Pasal 46 ayat (4) UU BHP


Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditanggung oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau badan hukum pendidikan.
Beasiswa Bagi Peserta Didik Menurut UUBHP (2)

Pasal 40 ayat (3) UU BHP


Badan hukum pendidikan menyediakan anggaran untuk
membantu peserta didik Warga Negara Indonesia yang tidak
mampu membiayai pendidikannya, dalam bentuk:
a. beasiswa;
b. bantuan biaya pendidikan;
c. kredit mahasiswa, dan/atau;
d. pemberian pekerjaan kepada mahasiswa.

Pasal 62 ayat (1) UU BHP


Pelanggaran terhadap Pasal 40 ayat (3) dikenai sanksi
administratif.
Sumber Daya Manusia BHP Menurut UUBHP

Pegawai
Negeri
Pendidik
Sipil
Dipekerjakan
Sumber Daya (PNS-Dpk)
Manusia Status
BHP Pegawai
Badan
Tenaga Hukum
Kependidikan Pendidikan
(P-BHP)
Kedudukan PNS Sebelum dan Sesudah BHP

Sebelum BHP Sesudah BHP

Badan Hukum Badan Hukum Berlaku


Negara Negara UU.No.43 Tahun 1999
Tentang Perubahan
Atas UU.No.8 Tahun
1974 Tentang Pokok-
Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Pokok Kepegawaian
yang diselenggarakan yang diselenggarakan
Pemerintah Pemerintah
SK
SK

PNS PNS Dpk

BHPP
Berlaku
UU.No.14
Tahun 2005
?
Tentang
Guru dan Dosen
Perjanjian
Kerja
Perjanjian Kerja dalam UU BHP

Pasal 55 UU BHP
PNS Dpk
(3) Pendidik dan tenaga
kependidikan
sebagaimana dimak-
sud pada ayat (2)
membuat perjanjian
kerja dengan pemim-
pin organ pengelola
BHPP, BHPPD, atau
BHPM, dan bagi BHP
PBHP
Penyelenggara dia-
tur dalam anggaran
dasar dan/atau
anggaran rumah
tangga. Rektor/Ketua/Direktur
Perjanjian Kerja dalam UU Guru dan Dosen

Pasal 1 Butir 7 UU Guru dan Dosen


Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama adalah
perjanjian tertulis antara guru atau dosen dengan penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat
kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip
kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 1 Butir 8 UU Guru dan Dosen


Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah
pengakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
guru atau dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara guru atau dosen dan
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Remunerasi PNS Dpk Menurut UUBHP
Pasal 55 ayat (4) UUBHP
Pegawai negeri sipil memperoleh remunerasi dari:
a. Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai peraturan perundang-undangan,
dan
b. badan hukum pendidikan sesuai ketentuan dalam AD dan/atau ART BHP

Remunerasi Biaya Operasional (berupa Biaya Personalia) dari


Dari BHP
BHP

Gaji dan
Tunjangan Biaya Operasional (berupa Biaya Personalia) dari
PNS Pemerintah atau pemerintah daerah
BHP = Privatisasi?
Menurut Peraturan Perundang-undangan
Privatisasi Menurut Pasal 1 Butir 32 UU No 41 Tahun 2008
tentang APBN 2009
Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja
dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan
masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara.
Menurut teori privatisasi (Privatising the World, Oliver
Letwin)
Privatisasi dapat dilakukan melalui:
• Selling out (dijual)
• Contracting out (dikontrakkan)
• Deregulation (deregulasi).
Kepailitan = Komersial?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepailitan atau


kebangkrutan adalah keadaan atau kondisi seseorang atau badan
hukum yang tidak mampu lagi membayar kewajibannya (dalam hal
utang-utangnya) kepada si piutang.

Badan hukum yang dimaksud dapat berupa badan hukum yang


bertujuan mencari laba atau nirlaba.

Sebagai bukti bahwa badan hukum nirlaba dapat dinyatakan pailit,


dapat dikemukakan bahwa Pasal 62 UU No. 16 tahun 2001 tentang
Yayasan mengatur tentang kepalitan yayasan yang merupakan
badan hukum nirlaba.
Kepailitan = Komersial?

UU.No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan


BAB IX Penggabungan
BAB X Pembubaran
Pasal 62 UU Yayasan
Yayasan bubar karena:
c. putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap berdasarkan alasan:
2) tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit;
atau
3) harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya
setelah pernyataan pailit dicabut.

Mengapa sekarang ada ribuan yayasan penyelenggara pendidikan


yang bisa dinyatakan pailit, tetapi tidak dimasalahkan?
Yayasan, perkumpulan, dll, mati setelah UU BHP?
Pasal 8 ayat (3) UU BHP
Yayasan yang telah menyelenggarakan satuan pendidikan dasar,
pendidikanmenengah, dan/atau pendidikan tinggi, diakui sebagai
BHP Penyelenggara.
Penjelasan Pasal 8 ayat (3) UU BHP
Yayasan yang diakui sebagai badan hukum pendidikan tidak perlu
mengubah bentuknya untuk jangka waktu sebagaimana
ditetapkan dalam akta pendirian yayasan tersebut.
Pasal 67 ayat (2) UU BHP
Yayasan harus menyesuaikan tata kelolanya sebagaimana
diatur dalam UU ini, paling lambat 6 (enam) tahun sejak UU ini
diundangkan.
Pasal 67 ayat (4) UU BHP
Penyesuaian tata kelola yayasan dilakukan dengan mengubah akta
pendiriannya.
Yayasan, perkumpulan, dll, mati setelah UU BHP?
Kesimpulan
1. Keberadaan yayasan penyelenggara pendidikan diakui oleh UU
BHP sebagai BHP Penyelenggara;
2. Yayasan tidak perlu mengubah bentuknya, yaitu tetap
berbentuk badan hukum yayasan sampai waktu yang
disebut dalam akta pendirian yayasan dan tetap berlaku UU
Yayasan;
3. Setelah UU BHP berlaku, yayasan yang menyelenggarakan
pendidikan harus menyesuaikan tata kelolanya paling
lambat 6 tahun setelah UU BHP diundangkan;
4. Penyesuaian tata kelola yayasan dilakukan dengan mengubah
isi akta pendirian yayasan, bukan mengubah akta pendirian
yayasan menjadi akta pendirian BHP Penyelenggara.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai