Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara
kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini
sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di
negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak


diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua
kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang
Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan tentara Jepang selama
kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan.
Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu
adalah :

1. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.


2. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan
Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.

Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan


asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan
bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum
dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat pribumi.

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan
bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing
lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian

1
satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis
terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaan- perusahaan asuransi milik Belanda dan
Inggris

Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi


(tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari
nasabah kepada perusahaan asuransi.

Risiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat


dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang
mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss).
Misalnya :

1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau Harta Benda di dalamnya sebagai akibat


sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.
2. Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena
pencurian.
3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.
4. Banjir, Angin topan, badai, Gempa bumi, Tsunami

Setiap asuransi pasti bermanfaat, yang secara umum manfaatnya adalah :

2
1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu
pihak.
2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya.
3. Transfer Resiko; Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau
perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya
(resiko) ke perusahaan asuransi
4. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
5. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
6. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
7. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha

2. Identifikasi Masalah:

A. Bagaimanakah klaim polis dari Asuransi Kebakaran ?


B. Apa sajakah yang menjadi obyek dari Asuransi Kebakaran?

3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui pengaturan polis dari asuransi kebakaran.
B. Untuk mengetahui bagaimana cara penggantian kerugian yang dialami oleh
tertanggung.
C. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang muncul dalam asuransi
kebakaran.

3
4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang saya gunakan yaitu ”Paragraf Deskriptif” atau pelukisan.
Yaitu, paragraf yang pada dasarnya mengungkapkan atau memberikan kesan atau
gambaran fisik mengenai seseorang, tempat, atau benda. Dalam paragraf Deskriptif
diusahakan terciptanya cita dari petutur (pendengar atau pembaca).
Deskriptif melukiskan segala sesuatu apa adanya. Dalam paragraf deskriptif,
selalu dicantumkan verivikasi tentang suatu hal. Yang benar dikatakan benar, dan yang
salah dikatakan salah.

4
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Sejarah Asuransi Di Indonesia

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara
kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini
sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di
negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak


diperlukan. Dengan demikian usaha pera.suransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua
kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang
Dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan bala tentara Jepang selama
kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan.
Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu
adalah :

• Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.


• Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan
Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.

Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan


asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan
bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum
dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat pribumi.

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih
sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan.
Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan
bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing
lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian

5
satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis
terhenti, terutama karena ditutupnya pemsahaan- perusahaan asuransi milik Belanda dan
Inggris

Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi


(tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari
nasabah kepada perusahaan asuransi.

Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat


dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang
mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss).
Misalnya :

1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau Harta Benda di dalamnya sebagai akibat


sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.

2.Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena pencurian.

3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit.

4. Banjir, Angin topan, badai, Gempa bumi, Tsunami

Setiap asuransi pasti bermanfaat, yang secara umum manfaatnya adalah :

6
1.Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu
pihak.

2.Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan


dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga,
waktu dan biaya.

4.Transfer Resiko; Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau
perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya
(resiko) ke perusahaan asuransi

5.Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya
tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang
jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

6. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

7. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi
jiwa.

8. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha

B. Pengaturan Asuransi Kebakaran

Berdasarkan pasal 248, titel 9 buku I KUHD digunakan untuk semua jenis
asuransi termasuk didalamnya asuransi kebakaran. Akan tetapi khusus mengenai asuransi
kebakaran masih terdapat pengaturannya didalam titel 10 buku I KUHD bagian pertama.

7
B.1 Polis dari Asuransi Kebakaran
Isi dari polis asuransi kerugian pada umumnya diatur dalam pasal 256 KUHD
yang memuat delapan syarat-syarat. Akan tetapi disamping itu didalam KUHD sendiri
masih diatur mengenai polis-polis khusus, diantara polis dari asuransi kebakaran yaitu
dalam pasal 287. Didalam pasal itu masih ditambahkan 5 syarat-syarat lagi disamping
syarat-syarat yang ada didalam pasal 256 yaitu sebagai berikut:
1. Letak dan batasan dari benda yang diasuransikan
2. Pemakaiannya
3. Sifat dan pemakaian dari gedung-gedung yang berbatasan, sekedar itu ada
pengaruhnya terhadap asuransi yang bersangkutan.
4. Harga dari benda-benda yang diasuransikan
5. Letak dan perbatasan dari gedung-gedung dan tempat-tempat dimana
terdapat,tersimpan,atau tertimbun benda-benda bergerak yang diasuransikan.
Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang banyak diantaranya yang
membahas khusus tentang asuransi kebakaran terhadap bangunan-bangunan,
seperti pada pasal 228, 289, serta 293

C. Pengantian Kerugian dalam Asuransi Kebakaran

Pada asuransi atas milik bangunan-bangunan biasanya oleh si tertanggung dapat


diadakan janji bahwa kerugian yang akan menimpa persil itulah yang akan diganti. Akan
tetapi Undang-Undang masih memberi kemungkinan untuk mengadakan janji yang isinya
berlainan yaitu, bahwa penanggung akan mengganti biaya-biaya untuk membangun
kembali atau untuk memperbaikinya, tetapi hanya sebesar jumlah yang diasuransikan/di
pertanggungkan (pasal 288 KUHD).
Didalam keadaan-keadaan biasa, yaitu kalau janji untuk membangun kembali itu
tidak diadakan maka disitu penggantian kerugian itu ditetapkan dengan perbandingan dari
nilai persil itu sebelum bencana itu timbul dengan nilai dari apa yang masih ada. Dan

8
oleh Undang-Undang diatur bahwa kalau hal itu terjadi, maka perjanjian kerugian itu
dapat diganti dengan uang tunai (pasal 288 ayat 2).
Didalam pasal 288 ayat 3 kemudian masih diatur bahwa kalua janji untuk
membangun kembali itu diadakan, tertanggung berkeharusan untuk mempergunakan
uang pengganti kerugian yang diterimanya itu untuk membangun kembali.
Hak dari penanggung dalam keadaan tersebut tidak hanya itu tetapi didalam pasal 288
ayat 3 itu masih disebutkan bahwa penanggung berhak menuntut supaya hakim
menetapkan untuk membebani tertanggung untuk mengadakan jaminan yang cukup,
bilamana ada alasan untuk itu.

D. Resiko dari Penanggung


Yang menjadi risiko bagi penanggung pada umumnya adalah kerugian yang
merupakan akibat dari terbakarnya benda-benda yang tidak diperuntukkan untuk dibakar.
Didalam pasal 246 diharusakan adanya syarat peristiwa tidak tertentu, sehingga kalau
dihubungkan dengan uraian diatas yaitu bahwa yang menjadi risiko bagi penanggung
hanya kerugaian yang merupakan akibat-akibat dari terbakarnya benda-benda yang tidak
diperuntukkan untuk dibakar, maka dalam pertanggungan kebakaran ini pengertian dari
“kebakaran” itu bukanlah pengertian yang biasa.
Kalau kita melihat dalam pasal 290, dalam pasal itu diberikan penyebutan
sejumlah bahaya-bahaya yang menjadi tanggungan dari penanggung yang termasuk
dalam pengertian kebakaran.
Tetapi yang paling penting dari pasal 290 itu ialah bagian terakhir yang berbunyi :
apapun lain-lainnya, dengan kjalan bagaimana kebakaran itu dapat terjadi,
direncanakan,biasa atau luar biasa, tidak ada yang dikecualikan.
Sehubungan dengan pengertian kebakaran ini kita masih mengenal adanya
kerugian kebakaran yang tidak langsung yaitu kerugian yang dianggap akibat dari suatu
kebakaran yang terjadi.

9
F. Asuransi Kebakaran Terhadap Barang-Barang Bergerak

Didalam kenyataannya, kebakaran tidak hanya terjadi atas barang-barang tetap


seperti gedung besar, rumah, pabrik dan sebagainya, melainkan juga dapat terjadi atas
barang-barang bergerak yang disimpan didalam gedung-gedung atau pabrik-pabrik itu.
Itulah sebabnya tidak mengherankan jika orang yang memiliki barang-barang bergerak
didalam tempat-tempat seperti diatas mengasuransikan barang-barang tersebut.
Didalam KUHD dimungkinkan juga asuransi kebakaran atas benda bergerak yaitu
dalam pasal 295 ayat 1 KUHD. Pasal 295 ayat 1 ini menyinggung pasal-pasal yang
berhubungan dengan taksiran dai nilai atau harga dari barang-barang yang
diasuransikan/dipertanggungkan. Pada pokoknya pasal ini mengatur tentang pembuktian
mengenai taksiran nilai benda yang dipertanggungkan dan diperselisihkan oleh kedua
belah pihak. Bilamana semua bukti-bukti diperkenankan dipakai didalam pasal
273,274,275 didalam suatu perkara mengenai nilai benda yang dipertanggungkan tidak
ada atau kuarang cukup, maka oleh hakim tertanggung dapat dibebani dengan sumpah.
Mengenai kerugian yang diderita oleh tertanggung atas barang-barang bergerak yang
disimpan didalam gedung, rumah, pabrik dan lain sebagainya itu menurut pasal 295 ayat
2 haruslah dihitung menurut harga-harga pada waktu kebakaran terjadi.

G. Harta Benda Yang Tidak Dapat Dijamin Dalam Asuransi Kebakaran

• Barang antik/kesenian, barang yang disimpan atas dasar komisi/kepercayaan


(barang titipan), emas batangan atau batu-batu permata/mulia yang belum
dipasang.
• Naskah, rencana, gambar atau disain, pola, model atau tuangan
• Efek, obligasi, atau segala macam dokumen, perangko, cek, buku akuntansi atau
buku usaha lainnya dan catatan sistem komputer
• Namun demikian, objek diatas tersebut masih dapat dipertanggungkan dengan
syarat bahwa objek dinyatakan secara tegas dalam polis.

10
H. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Premi dan Tarif untuk Asuransi
Kebakaran

• Lingkungan sekitar bangunan tersebut.


• Kelas kontruksi bangunan tersebut.
• Peruntukan atau manfaat bangunan tersebut (okupasi).
• Tersedianya fasilitas pemadam api (springkler/hydrant/alat pemadam api ringan)
• Faktor-faktor lainnya.

Untuk Asuransi Kebakaran, pada umumnya calon nasabah diharuskan mengisi


formulir yang menjelaskan mengenai rumah yang akan diasuransikan. Sebagai contoh,
akan ditaksir berapa kira-kira nilai rumah pada saat ini, apakah lokasi rumah tersebut
dapat dilalui pemadam kebakaran atau tidak, berapa luas tanahnya, dan lain-lain. Dari
formulir tersebut, pihak asuransi akan meneliti dan menentukan berapa Uang
Pertanggungan-nya, dan dari situ akan ditentukan berapa premi yang harus ditanggung
calon nasabah. Besar premi ini bervariasi pada setiap perusahaan asuransi, namun
biasanya besarnya sekitar 0,05% dari Uang Pertanggungannya. Itu kalau untuk kebakaran
saja. Kalau yang ditanggung tidak hanya risiko kebakaran, tetapi juga termasuk kecurian,
kebongkaran dan sebagainya (komplet), preminya akan jadi semakin mahal. Biasanya
kisarannya sekitar 0,2% dari Uang Pertanggungan.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Klaim Polis Asuransi

Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai asuransi kebakaran, maka dapat


disimpulkan bahwa yang dapat menjadi nasabah dalam asuransi kebakaran adalah :
seluruh individu atau badan usaha yang memiliki kepentingan atas objek yang
diasuransikan dapat menjadi nasabah, yaitu :

• Pemilik obyek asuransi


• Penyewa obyek asuransi
• Bank / Lembaga Keungan Pemberi Kredit

Polis asuransi kebakaran selain harus memenuhi syarat-syarat umum Pasal 256
KUHD, juga harus rnenyebutkan syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi
kebakaran seperti di dalam Pasal 287 KUHD, Untuk mengetahui semua syarat umum
serta syarat khusus yang harus dimuat dalam polis asuransi kebakaran, berikut ini
disajikan si kedua pasal KUHD tersebut:

(1) Hari dan tanggal kapan asuransi kebakaran itu diadakan.

(2) Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau untuk
kepentingan pihak ketiga.

(3) Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya
kebakaran.

(4) Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

(5) Bahaya-bahaya (evenemen) penyebab kebakaran yang di tanggung oleh penanggung.

12
(6) Waktu bahaya-bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan
penanggung.

(7) Premi asuransi kebakaran yang dibayar oleh tertanggung.

(8) Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak-pihak dan keadaan yang perlu diketahui
oleh dan untuk kepentingan penanggung.

(9) Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan.

(10) Pemakaian untuk apa benda yang diasuransikan.

(11) Sifat dan pemakaian gedung yang berbatasan, sejauh itu berpengaruh terhadap risiko
kebakaran yang menjadi beban penanggung.

(12) Harga benda yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.

(13) Letak dan perbatasan gedung dan tempat di mana terdapat, tersimpan atau tertimbun
benda bergerak yang diasuransikan.

Selain itu, ketentuan Pasal 292 KUHD menyatakan, disamakan dengan kerugian
karena kebakaran adalah kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu, ledakan ketel
uap, sambaran petir, dan sebagainya, meskipun ledakan, sambaran itu tidak
mengakibatkan kebakaran. Disamakan dengan kerugian karena kebakaran Pasal 292
KUHD sering diperluas lagi dalam polis sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.
Terjadinya evenemen penyebab kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung
mengakibatkan timbul kerugian bagi tertanggung. Dalam hal timbul kerugian,
penanggung berkewajiban membayar klaim yang diajukan oleh tertanggung. Untuk
memenuhi kewäjibannya, penanggung perlu membuktikan apakah kebakaran yang terjadi
itu adalah sebab dari kerugian yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut ketentuan
Pasal 294 KUHD:

13
“Penanggung dibebaskan dari kewajiban untuk membayar kerugian, apabila dia
membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan atau ke tertanggung
sendiri yang sangat melampaui batas”
Kesalahan tertanggung sendiri secara umum teratur dalam Pasal 276 KUHD,
merupakan unsur yang membebaskan penangguag dari kewajibannya. Menurut ketentuan
Pasal 276 KUHD:

“Tidak ada kerugian yang disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri menjadi
beban penanggung. Bahkan penanggung tetap memiliki atau menuntut pembayaran
premi apabila dia telah mulai menjalani bahayà”.

Akan tetapi, Pasal 294 KUHD menentukan secara khusus tentang kesalahan
tertanggung sendiri dalam asuransi kebakaran. Kekhususan Pasal 294 KUHD itu adalah
penanggung harus dapat membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan
atau kelalaian tertanggung sendiri yang sangat melampaui batas.
Apabila objek asuransi itu adalah barang bergerak maka untuk menetapkan nilai
barang sesungguhnya, tertanggung harus membuktikannya, sehingga dapat ditentukan
jumlah ganti kerugian yang wajib diganti oleh tertanggung. Pembuktian tersebut diatur
dalam Pasal 295 KUHD:

“Pada asuransi atas barang-barang bergerak dan barang dagangan yang disimpan
dalam sebuah rumah, gudang atau tempat penyimpanan lain, jika alat-alat pembuktian
yang disebut dalam Pasal 273, Pasal 274, dan Pasal 275 tidak ada atau kurang
mencukupi, maka hakim dapat memerintahkan agar tertanggung mengangkat sumpah.”
Kerugian dihitung menurut harga barang-barang pada waktu kebakaran terjadi.
Dalam praktik asuransi kebakaran, risiko yang dijamin ditentukan dengan tegas
dalam polis. Dalam polis standar asuransi kebakaran Indonesia, risiko yang ditanggung
ditentukan sebagai berikut: Polis in. menjaminn kerugian atau kerusakan pada harta
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan
oleh:

14
(1) Kebakaran, yang terjadi karena kekurang hati-hatian atau kesalahan, pelayan atau
karyawan tertanggung, tetangga, perampok atau sejenisnya, ataupun karena sebab
kebakaran lain sepanjang tidak dikecualikan dalam polis, termasuk akibat dari:

(a) menjalarnya api yang timbul sendiri (self combustion), hubungan arus pendek (short
circuit), atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice);
(b) kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, yaitu kerusakan
atau berkurangnya harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan karena air
dan atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran,
demikian juga kerugian yang di sebabkan oleh dimusnahkannya seluruh atau sebagian
harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang
dalam upaya pencegahan menjalarnya kebakaran itu.
(2) Petir, kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh petir. Khusus untuk mesin-
mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi listrik dijamin oleh polis ini apabila
petir tersebut menimbulkan kebakaran pada benda-benda dimaksud.
(3) Ledakan, pengertian ledakan dalam polis ini adalah setiap pelepasan tenaga secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya suatu bejana
(ketel uap. pipa dan sebagainya) dapat dianggap ledakan jika dinding bejana itu robek
terbuka sedemikian rupa sehingga terjadi keseimbangan tekanan secara tiba-tiba di dalam
maupun di luar bejana. Jika ledakan itu terjadi di dalam bejana sebagai akibat reaksi
kimia setiap kerugian pada bejana tersebut dapat diberikan ganti kerugian sekalipun
dinding bejana tidak robek terbuka. Kerugian yang di sebabkan oleh rendahnya tekanan
di dalam bejana tidak dijamin oleh polis. Kerugian pada mesin pembakar yang
diakibatkan oleh ledakan di dalam ruang pembakaran atau pada bagian tombol sakelar
listrik akibat timbulnya tekanan gas, tidak dijamin. Dengan syarat apabila terhadap risiko
ledakan ditutup juga pertanggungan dengan polis jenis lain yang khusus untuk itu,
penanggungan hanya menanggung kerugian akibat peledakan sepanjang hal tersebut
tidak ditanggung oleh polis jenis lain itu.
(4) Kejatuhan Pesawat Terbang, yaitu benturan fisik antara pesawat terbang atau segala
sesuatu yang jatuh dari pesawat terbang dengan harta benda dan atau kepentingan yang

15
dipertanggungkan atau dengan bangunan yang berisikan harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan.
(5) Asap, yaitu asap yang timbul dari kebakaran harta benda yang di pertanggungkan
pada polis ini.

B. Obyek Asuransi Kebakaran

Benda yang menjadi objek asuransi kebakaran dapat berupa benda tetap, seperti
bangunan, rumah, pabrik, dan benda bergerak seperti kendaraan bermotor. kapal, serta
benda bergerak yang terdapat di dalam atau sebagai bagian dari benda tetap yang
bersangkutan. Misal gedung perkantoran dan benda bergerak perlengkapan kantor,
kendaraan ben motor dan benda bergerak muatan kendaraan tersebut, rumah dan benda
bergerak isi rumah tersebut. Rincian benda objek asuransi kebakaran dicantumkan dalam
polis, apa yang diasuransikan dan berapa jumlah asuransinya.

Benda objek asuransi kebakaran dapat ditentukan harganya atau belum ditentukan
sama sekali. Penentuan harga benda objek asuransi kebakaran memang sulit dilaksanakan
karena tidak semua benda itu sudah di ketahui harganya, lagi pula dapat berubah
harganya selama jangka waktu berlakunya asuransi kebakaran. Oleh karena itu,
penentuan harga benda objek asuransi tidak begitu disyaratkan atau bukan syarat mutlak,
walau pun dalam Pasal 287 KUHD dinyatakan sebagai salah satu syarat. Hal yang
penting adalah berapa jumlah asuransinya, mengingat ketentuan Pasal 289 ayat (1)
KUHD yang membolehkan pengadaan asuransi dengan jumlah penuh dan ini harus
tercantum dalam polis.

Setiap benda objek asuransi kebakaran harus jelas terletak di mana dan berbatasan
dengan apa. Jika berbatasan dengan gedung-gedung, bagai mana sifat dan pemakaian
gedung-gedung tersebut, apakah ada dan sejauh mana pengaruhnya terhadap risiko
kebakaran yang menjadi tanggungan penanggung. Jika benda objek asuransi kebakaran
itu adalah benda bergerak, maka perlu dijelaskan letak dan perbatasan gedung dan tempat
tersimpan atau tertimbun benda bergerak tersebut. Setiap benda objek asuransi kebakaran

16
harus jelas dipakai dan digunakan untuk apa. Syarat pemakaian atau penggunaan ini ada
hubungannya dengan syarat perubahan tujuan penggunaan yang merupakan pemberatan
risiko (Pasa 293 KUHD). Akibatnya. jika terjadi kebakaran yang menimbulkan kerugian,
penanggung tidak berkewajiban mernbayar ganti kerugian.

Keterangan yang jelas mengenai benda obyek asuransi kebakaran ada hubungan
juga dengan risiko yang menjadi tanggungan. Risiko tersebut menjadi dasar penentuan
jumlah premi yang wajib dibayar oleh tertanggung. Makin berat risiko yang ditanggung,
makin besar jumlah premi yang dibayar Jika tenjadi pemberatan risiko karena perubahan
tujuan penggunaan. maka perlu diberitahukan kepada penanggung apakah jumlah premi
ditingkatkan atau penanggung menghentikan asuransi ke bakaran tersebut.

17
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan paparan yang telah di uraikan dalam pembahasan diatas, penulis


sedkit memberikan beberapa kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan Asuransi
Kebakaran.
1. Bahwa dalam Klaim Asuransi Kebakaran sering kali tertanggung menemukan
kesulitan dalam klaim polis mereka. Ini diakibatkan rumitnya prosedur klaim dan sulitnya
membuktikan hal-hal yang menyatakan bahwa kebakaran yang dialami tertanggung
benar-benar sebuah kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan bukan hal yang disengaja
si penanggung.
2. Adapun obyek dari Asuransi Kebakaran mengalami perluasan tidak hanya
benda yang tidak bergerak tetapi juga benda-benda tidak bergerak.

18

Anda mungkin juga menyukai