Anda di halaman 1dari 4

Pengolahan Limbah Plastik

2010
02.11

Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut
dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-menerus memerlukan areal untuk pembuangan
sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain
merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik
adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat
mengalami biodegradasi.

1. Daur Ulang
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu
tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui tahap-tahap pengumpulan,
pemisahan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan
dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin
ikut berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini, plastik yang cukup
banyak didaur ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol plastik.

2. Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunkana
sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik menggunakan batu
bara yang dicampur dengan beberapa persen ban bekas. Akan tetapi, pembakaran sebenarnya
menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC
menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam
yang sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat incinerator
cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun
pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus
dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara.
3. Plastik Biodegradable
Sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu, sangat baik jika
dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah diupayakan dan telah
dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan dasar zat tepung. Sayangnya, plastik
jenis ini lebih mahal dan kelihatannya masyarakat enggan untuk membayar lebih.

http://hk1aesculapius.student.umm.ac.id/2010/02/11/pengolahan-limbah-plastik/ (17:13)

Mengapa Plastik Berbahaya?


 disadur oleh Indah
 13 Mar 2010
 0 komentar

Kantong plastik yang biasa digunakan sehari-hari terbuat dari polyethylene atau
polietilena (PE).
PE dikategorikan sebagai sampah yang sulit diurai tanah (memakan waktu 500–1.000 tahun).
Selama itu, sampah plastik ini mencemari tanah dengan cara merusak kesuburan tanah dan
menghambat peresapan air.
Konsumsi kantong plastik oleh masyarakat dunia mencapai satu triliun lebih pertahun. Rata-rata
setiap orang menggunakan 170 kantong plastik tiap tahun, yang bila diperinci artinya tiap menit
ada sekitar dua juta plastik yang dibuang.
Untuk memenuhi konsumsi plastik, PE diproduksi lebih dari 60 juta ton pertahun di seluruh
dunia, yang umumnya dibentuk menjadi kantong plastik. Untuk memproduksi satu ton plastik
dibutuhkan 11 barel minyak mentah, yang artinya akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang
besar.
Plastik juga ada yang mengandung bahan kimia bisphenol- A, yakni racun yang bisa
mengganggu perkembangan tubuh, syaraf, dan alat reproduksi. Bisphenol-A banyak dijumpai di
wadah makanan, penutup makanan, dan botol susu bayi. Pemerintah Amerika dan Kanada sudah
melarang pembuatan plastik dengan bahan ini.
Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap beracun yang jika dihirup bisa menyebabkan
gangguan kesuburan pada pria, mengganggu keseimbangan hormon estrogen pada manusia, dan
mengakibatkan kerusakan kromosom.(herita endriana)

Sumber : http://seputar-indonesia.com

http://surabaya-metropolis.com/lingkungan/mengapa-plastik-berbahaya.html (17:15)
Plastik “Biodegradable”
Hampir setiap hari kita membutuhkan plastik untuk berbagai hal, yakni sebagai pembungkus
makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah, kantor, dan sebagainya. Hal ini
dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan air serta
harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Namun, plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan polimer sintetik yang terbuat dari
minyak bumi yang sulit untuk terurai di alam. Akibatnya semakin banyak yang menggunakan
plastik, akan semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas air dan
tanah menjadi tidak subur.

Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah dikembangkan plastik
biodegradable, artinya plastik ini dapat duraikan kembali mikroorganisme secara alami menjadi
senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas
alam, atau batu bara. Sementara plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat
diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa,
kolagen, kasein,
protein atau lipid yang terdapat dalam hewan.

Jenis plastik biodegradable antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang
berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil
perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang
dapat terdegradasi. Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung
yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang
terdapat di sel tumbuhan dan hewan.

Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi bakteri pseudomonas dan
bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya . Senyawa-senyawa hasil
degradasi polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa
organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

Plastik berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik tradisional
membutuhkan waktu sekira 50 tahun agar dapat terdekomposisi alam, sementara plastik
biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat.

Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai pupuk
kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya.
Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian
mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.

Sampai saat ini masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak polimer biodegradable ini dapat
diuraikan alam. Di samping itu, penambahan tepung pada pembuatan polimer biodegradable
menambah biaya pembuatan plastik.
Namun ini menjadi potensi yang besar di Indonesia, karena terdapat berbagai tanaman penghasil
tepung seperti singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya. Apalagi harga umbi-umbian di
Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan sebagai bahan plastik biodegradable, akan
memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan
tidak mungkin kelak Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable di dunia.

Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang paling intensif
mengembangkan riset plastik biodegradable dan mempromosikan penggunaannya menggantikan
plastik konvensional. Produk industri berbahan dasar plastik mulai menggunakan bahan
biodegradable. Fujitsu, perusahaan komputer besar di Jepang telah menggunakan plastik
biodegradable ini pada semua casing produknya. Komunitas internasional sepakat, penggunaan
bahan polimer sintetis yang ramah lingkungan harus terus ditingkatkan.

Sementara itu, penggunaan di Indonesia masih jauh panggang dari api. Padahal sudah jelas
potensi bahan baku pembuatan plastik biodegradable sangat besar di Indonesia. Tampaknya
perlu dukungan dari semua pihak terutama pemerintah selaku regulator, industri kimia dan
proses, serta kesadaran dari seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama diantara banyak pihak
untuk mendukung penerapan plastik biodegradable menggantikan plastik konvensional.

Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi
penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut berkontribusi
menyelamatkan lingkungan.

http://blogkuw.wordpress.com/2007/07/20/plastik-biodegradable/ (17:16)

Anda mungkin juga menyukai