PENDAHULUAN
Pemanfaatan sumber daya mineral dan batubara memiliki kedudukan yang sama dengan
pemanfaatan sumber daya dan lainnya secara berkelanjutan dalam tata ruang, sehingga
harus dikelola secara bijaksana untuk memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional
dan harus dapat dirnanfaatkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pengembangan sektor pertarnbangan mineral dan batubara harus berdasarkan praktek
pertarnbangan yang baik dan benar dengan memperhatikan elemen dasar praktek
pembangunan berkelanjutan, baik
dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan hidup.
Dalam Makalah ini penulis akan membahas tentang tahapan perizinan penambangan,
persyaratan dalam mengajukan perizinan dan lama waktu izin usaha pertambangan untuk izin
usaha pertambangan (IUP) dan proses pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan Permenhut
No. P-43/Menhut-II/2008.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2010, yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) adalah tidak lain hanya satu surat keterangan jalan
bagi seseorang, untuk mengadakan peninjauan umum terhadap suatu wilayah tertentu,
khusus untuk tujuan permohonan Kuasa Pertambangan dan/atau Kontrak Karya, tanpa
memberikan hak prioritas apapun kepada pemegang SKIP yang bersangkutan
SK Eksplorasi / IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.
SK Eksploitasi / IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
2
2.2 PERSYARATAN PENGAJUAN PERIZINAN DAN LAMA WAKTU IZIN UNTUK
IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
IUP eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.
IUP eksplorasi terdiri atas : mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.
IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 36 ayat
(1), wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :
a. Nama perusahaan
d. Jaminan kesungguhan
e. Modal investasi
3
k. Perpajakan
l. Penyelesaian perselisihan
n. Amdal
o.
IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 36 ayat
(1), wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :
a. Nama perusahaan
b. Luas wilayah
c. Lokasi penambangan
f. Modal investasi
4
j. Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang
l. Perpanjangan IUP
o. Perpajakan
p. Penerimaan Negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi
q. Penyelesaian perselisihan
5
Persyaratan IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi meliputi persyaratan :
administratif, teknis, lingkungan dan finansial.
1. Persyaratan Administratif
2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
Surat permohonan
Profil badan usaha
Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Susunan direksi dan daftar pemegang saham, dan
Surat keterangan domisili.
2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
6
Surat permohonan
Profil koperasi
Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Susunan pengurus, dan
Surat keterangan domisili.
2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
Surat permohonan
Kartu tanda penduduk (KTP)
Nomor pokok wajib pajak (NPWP), dan
Surat keterangan domisili.
2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
7
Surat permohonan
Profil perusahaan
Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha
pertambangan
Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Susunan pengurus dan daftar pemegang saham, dan
Surat keterangan domisili.
2. Persyaratan Teknis
3. Persyaratan Lingkungan
8
a. Untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
4. Persyaratan Finansial
9
b. IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan
paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan mineral bukan logam jenis
tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.
c. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
d. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.
10
jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.
Pemegang IUP operasi produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP operasi
produksi sebanyak 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud dalam PP No.23 Tahun 2010,
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUP
berakhir, harus menyamapikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau
batubara pada WIUP-nya.
2. Bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir
5. Rencana kerja dan anggaran biaya, dan Neraca sumber daya dan cadangan.
11
2.3 PROSES PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN PERMENHUT
NO. P-43/MENHUT-II/2008
Pinjam pakai kawasan hutan adalah salah satu bentuk ijin yang diberikan oleh
Pemerintah Departemen Kehutanan guna memfasilitasi kepentingan masyarakat atau
Pemerintah sendiri untuk menggunakan kawasan hutan bagi kepentingan-kepentingan
pembangunan, antara lain untuk pertambagangan, jalan, menara telekomunikasi, jaringan
listrik, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Secara singkat definisi pinjam-pakai kawasan hutan menurut Peraturan Menteri
Kehutanan nomor P.43/Menhut-II/2008 adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan
kepada pihak lain untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
mengubah status, peruntukan dan fungsi kawasan tersebut.
Izin pinjam pakai kawasan hutan diterbitkan oleh Menteri setelah dipenuhinya
seluruh kewajiban dalam persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) huruf a diatur dengan ketentuan :
a. Untuk pinjam pakai kawasan hutan yang bersifat komersial, pada provinsi yang luas
kawasan hutannya kurang dari 30 % (tiga puluh perseratus) dari luas daratan
provinsi, pemohon wajib menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas
2(dua) kali luas kawasan hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan
yang clear and clean dan direboisasi.
b. Untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat non komersial pada provinsi yang
luas kawasan hutannya kurang dari 30% (tiga puluh perseratus) dari luas daratan
provinsi, pemohon wajib menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas
1(satu) kali luas kawasan hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan
yang clear and clean dan direboisasi.
c. Lahan kompensasi harus dipenuhi oleh pemohon pinjam pakai kawasan hutan
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya
persetujuan prinsip pinjam pakai kawasan hutan oleh Menteri.
d. Pinjam pakai kawasan hutan dengan membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan Pasal 25 ayat (1) huruf b
besarnya dana PNBP tersebut dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
12
PNBP = (L1 x tarif) + (L2 x 4 x tarif) + (L3 x 2 x tarif) Rp/tahun.
e. Tata cara pengenaan, pemungutan dan penggunaan dana PNBP penggunaan
kawasan hutan diatur tersendiri.
1) Jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan selama-lamanya 20 (dua puluh)
tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan perizinan dibidangnya dan dapat
dicabut oleh Menteri jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Izin kegiatan survei, izin kegiatan penyelidikan umum dan izin kegiatan
eksplorasi untuk kegiatan di luar kehutanan dalam kawasan hutan diberikan selama
2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan rencana kerja sektornya dan
dapat dicabut oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan Menteri jika terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3) Perpanjangan izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin kegiatan survei, izin
kegiatan penyelidikan umum dan izin kegiatan eksplorasi untuk kegiatan di luar
kehutanan, diberikan berdasarkan hasil evaluasi.
4) Jangka waktu pinjam pakai kawasan hutan untuk kepentingan pertahanan negara
dan sarana untuk keselamatan lalu lintas laut/udara serta jalan umum berlaku
selama digunakan untuk kepentingan dimaksud.
13
b. Kepala Badan Planologi Kehutanan;
c. Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan;
d. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
e. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial ;
f. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan.
Pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat dilakukan untuk penggunaan kawasan hutan
dengan tujuan strategis dan untuk kepentingan umum terbatas.
1. Penggunaan kawasan hutan dengan tujuan strategis adalah untuk :
Kepentingan religi
Pertahanan dan keamanan;
Pertambangan;
Pembangunan ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi terbarukan;
Pembangunan jaringan telekomunikasi; atau
Pembangunan jaringan instalasi air.
14
Izin pinjam pakai dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disebut Perjanjian Pinjam
Pakai Kawasan Hutan Isinya antara lain memuat kewajiban dan syarat lain yang harus
dipenuhi pihak kedua (pemohon) seperti:
a. Membayar ganti rugi nilai tegakan pohon/vegetasi lainnya yang ditebang.
b. Setiap tahun mereklamasi, menanam dan menyuburkan kembali kawasan pinjam
pakai yang telah selesai dieksploitasi.
c. Menjaga keamanan hutan, menghindari timbulnya bahaya kebakaran, kerusakan
hutan, erosi dan tanah longsor di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang
dipinjam.
d. Dilarang melakukan kegiatan pada daerah yang ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan setempat, seperti sempadan sungai, pantai, kawasan sekitar danau
atau waduk dan sekitar mata air.
Perjanjian izin pinjam pakai ini sewaktu-waktu dapat dibatalkan bila salah satu syarat yang
ditentukan tidak dipenuhi serta memiliki jangka waktu selama lima tahun, dan dapat
diperpanjang untuk periode berikutnya setelah diadakan evaluasi.
Persyaratan Permohonan ijin pinjam-pakai kawasan hutan sebagaimana Peraturan Menteri
Kehutanan (Pasal 9 ayat 4) yakni :
Rencana kerja, peta & citra satelit
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Rekommendasi Gubernur atau Rekomendasi Bupati
Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan biaya
Pertimbangan Teknis Perum Perhutani (khusus Jawa)
Izin atau perjanjian disektor non kehutanan (KK/KP/SIPD/lainnya)
Untuk kegiatan pertambangan yang diterbitkan oleh Propinsi/Kabupaten, diperlukan
pertimbangan dari ESDM
15
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010,
yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
- SK Penyelidikan Umum
- SK Penyelidikan Umum
-.IUP eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan. IUP
eksplorasi terdiri atas : mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.
16
DAFTAR PUSTAKA
_______. Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.43/Menhut-II/2008
_______. Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia N0. 10 Tahun 2010
17