Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemanfaatan sumber daya mineral dan batubara memiliki kedudukan yang sama dengan
pemanfaatan sumber daya dan lainnya secara berkelanjutan dalam tata ruang, sehingga
harus dikelola secara bijaksana untuk memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional
dan harus dapat dirnanfaatkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pengembangan sektor pertarnbangan mineral dan batubara harus berdasarkan praktek
pertarnbangan yang baik dan benar dengan memperhatikan elemen dasar praktek
pembangunan berkelanjutan, baik
dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan hidup.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah :


1) Mengetahui tahapan perizinan penambangan
2) Mengetahui persyaratan dalam mengajukan perizinan dan lama waktu izin untuk izin
usaha pertambangan (IUP)
3) Mengetahui proses pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan Permenhut No. P-
43/Menhut-II/2008.

1.3 BATASAN MASALAH

Dalam Makalah ini penulis akan membahas tentang tahapan perizinan penambangan,
persyaratan dalam mengajukan perizinan dan lama waktu izin usaha pertambangan untuk izin
usaha pertambangan (IUP) dan proses pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan Permenhut
No. P-43/Menhut-II/2008.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TAHAPAN PERIZINAN PENAMBANGAN

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2010, yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Sebelum melakukan proses kegiatan penambangan, suatu badan


usaha/koperasi/perseorangan terlebih dahulu harus meminta perizinan kepada pemerintah
untuk melakukan kegiatan penambangan di daerah yang akan dijadikan target penambangan.
Berikut ini tahapan perizinan yang harus dilewati, yaitu :

Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) adalah tidak lain hanya satu surat keterangan jalan
bagi seseorang, untuk mengadakan peninjauan umum terhadap suatu wilayah tertentu,
khusus untuk tujuan permohonan Kuasa Pertambangan dan/atau Kontrak Karya, tanpa
memberikan hak prioritas apapun kepada pemegang SKIP yang bersangkutan

SK Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kodisi


geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

SK Eksplorasi / IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.

SK Eksploitasi / IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

2
2.2 PERSYARATAN PENGAJUAN PERIZINAN DAN LAMA WAKTU IZIN UNTUK
IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)

Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin untuk melaksanakan usaha


pertambangan. IUP terdiri atas 2 (dua) tahap yaitu :

1. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

IUP eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.
IUP eksplorasi terdiri atas : mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 36 ayat
(1), wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :

a. Nama perusahaan

b. Lokasi dan luas wilayah

c. Rencana umum tata ruang

d. Jaminan kesungguhan

e. Modal investasi

f. Perpanjangan waktu tahap kegiatan

g. Hak dan kewajiban pemegang IUP

h. Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan

i. Jenis usaha yang diberikan

j. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah


pertambangan

3
k. Perpajakan

l. Penyelesaian perselisihan

m. Iuran tetap dan iuran eksplorasi, dan

n. Amdal

o.

2. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan


pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. IUP operasi produksi terdiri atas : mineral
logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 36 ayat
(1), wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :

a. Nama perusahaan

b. Luas wilayah

c. Lokasi penambangan

d. Lokasi pengolahan dan pemurnian

e. Pengankutan dan penjualan

f. Modal investasi

g. Jangka waktu berlakunya IUP

h. Jangka waktu tahap kegiatan

i. Penyelesaian masalah pertanahan

4
j. Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang

k. Dana jaminan reklamasi dan pascatambang

l. Perpanjangan IUP

m. Hak dan kewajiban pemegang IUP

n. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah


pertambangan

o. Perpajakan

p. Penerimaan Negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi

q. Penyelesaian perselisihan

r. Keselamatan dan kesehatan kerja

s. Konservasi mineral atau batubara

t. Pemanfaatan barang, jasa dan teknologi dalam negeri

u. Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik

v. Pengembangan tenaga kerja Indonesia

w. Pengelolaan data mineral atau batubara, dan

x. Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau


batubara.

2.2.1 Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi

5
Persyaratan IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi meliputi persyaratan :
administratif, teknis, lingkungan dan finansial.

1. Persyaratan Administratif

a. Persyaratan administratif untuk badan usaha meliputi :


1) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan
batubara :
 Surat permohonan
 Susunan direksi dan daftar pemegang saham, dan

 Surat keterangan domisili

2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
 Surat permohonan
 Profil badan usaha
 Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Susunan direksi dan daftar pemegang saham, dan
 Surat keterangan domisili.

b. Persyaratan administratif untuk koperasi meliputi :


1) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan
batubara :
 Surat permohonan
 Susunan pengurus, dan

 Surat keterangan domisili

2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :

6
 Surat permohonan
 Profil koperasi
 Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang
 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Susunan pengurus, dan
 Surat keterangan domisili.

c. Persyaratan administratif untuk orang perseorangan meliputi :


1) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan
batubara :
 Surat permohonan, dan

 Surat keterangan domisili

2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :
 Surat permohonan
 Kartu tanda penduduk (KTP)
 Nomor pokok wajib pajak (NPWP), dan
 Surat keterangan domisili.

d. Persyaratan administratif untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer


meliputi :
1) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan
batubara :
 Surat permohonan
 Susunan pengurus dan daftar pemegang saham, dan

 Surat keterangan domisili

2) Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan :

7
 Surat permohonan
 Profil perusahaan
 Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha
pertambangan
 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Susunan pengurus dan daftar pemegang saham, dan
 Surat keterangan domisili.

2. Persyaratan Teknis

a. Untuk IUP Eksplorasi, meliputi :


1) Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
2) Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
secara nasional.

b. Untuk IUP Operasi Produksi, meliputi :


1) Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku
secara nasional
2) Laporan lengkap eksplorasi
3) Laporan studi kelayakan
4) Rencana reklamasi dan pascatambang
5) Rencana kerja dan anggaran biaya
6) Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
produksi, dan
7) Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

3. Persyaratan Lingkungan

8
a. Untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

b. Untuk IUP Operasi Produksi, meliputi :


1) Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan
2) Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4. Persyaratan Finansial

a. Untuk IUP Eksplorasi, meliputi :


1) Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi,
dan
2) Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang
WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang
atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran
pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan
wilayah.

b. Untuk IUP Operasi Produksi, meliputi :


1) Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik
2) Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir dan
3) Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran
lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir.

2.2.2 Lama Waktu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi

1. Lama Waktu IUP Eksplorasi


a. IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun.

9
b. IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan
paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan mineral bukan logam jenis
tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.
c. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
d. IUP Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.

2. Lama Waktu IUP Operasi Produksi


a. IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang
2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
b. IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
c. IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis tertentu
dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
d. IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
masing-masing 5 (lima) tahun.
e. IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batubara dapat diberikan dalam
jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.

2.2.3 Perpanjangan IUP Operasi Produksi

Permohonan perpanjangan IUP operasi produksi diajukan kepada Menteri,


gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya paling cepat dalam

10
jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat


menolak permohonan perpanjangan IUP operasi produksi apabila pemegang IUP
operasi produksi berdasarkan hasil evaluasi, tidak menunjukkan kinerja operasi
produksi yang baik. Penolakan harus disampaikan kepada pemegang IUP operasi
produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP operasi produksi.

Pemegang IUP operasi produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2


(dua) kali. Untuk pemegang IUP operasi produksi yang telah memperoleh
perpanjangan IUP operasi produksi sebanyak 2 (dua) kali, harus mengembalikan
WIUP operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemegang IUP operasi produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP operasi
produksi sebanyak 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud dalam PP No.23 Tahun 2010,
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sebelum jangka waktu masa berlakunya IUP
berakhir, harus menyamapikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya mengenai keberadaan potensi dan cadangan mineral atau
batubara pada WIUP-nya.

Permohonan perpanjangan IUP operasi produksi paling sedikit harus dilengkapi :

1. Peta dan batas koordinat wilayah

2. Bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir

3. Laporan akhir kegiatan operasi produksi

4. Laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan

5. Rencana kerja dan anggaran biaya, dan Neraca sumber daya dan cadangan.

11
2.3 PROSES PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN PERMENHUT
NO. P-43/MENHUT-II/2008

Pinjam pakai kawasan hutan adalah salah satu bentuk ijin yang diberikan oleh
Pemerintah Departemen Kehutanan guna memfasilitasi kepentingan masyarakat atau
Pemerintah sendiri untuk menggunakan kawasan hutan bagi kepentingan-kepentingan
pembangunan, antara lain untuk pertambagangan, jalan, menara telekomunikasi, jaringan
listrik, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Secara singkat definisi pinjam-pakai kawasan hutan menurut Peraturan Menteri
Kehutanan nomor P.43/Menhut-II/2008 adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan
kepada pihak lain untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
mengubah status, peruntukan dan fungsi kawasan tersebut.
Izin pinjam pakai kawasan hutan diterbitkan oleh Menteri setelah dipenuhinya
seluruh kewajiban dalam persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) huruf a diatur dengan ketentuan :
a. Untuk pinjam pakai kawasan hutan yang bersifat komersial, pada provinsi yang luas
kawasan hutannya kurang dari 30 % (tiga puluh perseratus) dari luas daratan
provinsi, pemohon wajib menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas
2(dua) kali luas kawasan hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan
yang clear and clean dan direboisasi.
b. Untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat non komersial pada provinsi yang
luas kawasan hutannya kurang dari 30% (tiga puluh perseratus) dari luas daratan
provinsi, pemohon wajib menyediakan dan menyerahkan lahan kompensasi seluas
1(satu) kali luas kawasan hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan
yang clear and clean dan direboisasi.
c. Lahan kompensasi harus dipenuhi oleh pemohon pinjam pakai kawasan hutan
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya
persetujuan prinsip pinjam pakai kawasan hutan oleh Menteri.
d. Pinjam pakai kawasan hutan dengan membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan Pasal 25 ayat (1) huruf b
besarnya dana PNBP tersebut dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

12
PNBP = (L1 x tarif) + (L2 x 4 x tarif) + (L3 x 2 x tarif) Rp/tahun.
e. Tata cara pengenaan, pemungutan dan penggunaan dana PNBP penggunaan
kawasan hutan diatur tersendiri.

 JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

1) Jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan selama-lamanya 20 (dua puluh)
tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan perizinan dibidangnya dan dapat
dicabut oleh Menteri jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Izin kegiatan survei, izin kegiatan penyelidikan umum dan izin kegiatan
eksplorasi untuk kegiatan di luar kehutanan dalam kawasan hutan diberikan selama
2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan rencana kerja sektornya dan
dapat dicabut oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan Menteri jika terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3) Perpanjangan izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin kegiatan survei, izin
kegiatan penyelidikan umum dan izin kegiatan eksplorasi untuk kegiatan di luar
kehutanan, diberikan berdasarkan hasil evaluasi.
4) Jangka waktu pinjam pakai kawasan hutan untuk kepentingan pertahanan negara
dan sarana untuk keselamatan lalu lintas laut/udara serta jalan umum berlaku
selama digunakan untuk kepentingan dimaksud.

 Permohonan pinjam pakai kawasan hutan dapat diajukan oleh :


a. Koperasi; e. Instansi Pemerintah
b. Yayasan;
c. BUMN/BUMD;
d. BUMS;

 Permohonan pinjam pakai kawasan hutan diajukan oleh Pimpinan Instansi


Pemerintah/Pimpinan Perusahaan/Pimpinan Koperasi/Pimpinan Yayasan kepada
Menteri, dengan tembusan disampaikan kepada:
a. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan;

13
b. Kepala Badan Planologi Kehutanan;
c. Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan;
d. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
e. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial ;
f. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan.
Pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat dilakukan untuk penggunaan kawasan hutan
dengan tujuan strategis dan untuk kepentingan umum terbatas.
1. Penggunaan kawasan hutan dengan tujuan strategis adalah untuk :
 Kepentingan religi
 Pertahanan dan keamanan;
 Pertambangan;
 Pembangunan ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi terbarukan;
 Pembangunan jaringan telekomunikasi; atau
 Pembangunan jaringan instalasi air.

2. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan umum terbatas adalah untuk :


Jalan umum dan jalan (rel) kereta api;
 Saluran air bersih dan atau air limbah;
 Pengairan;
 Bak penampungan air;
 Fasilitas umum;
 Repeater telekomunikasi;
 Stasiun pemancar radio; atau
 Stasiun relay televisi.
 Tujuan pinjam pakai kawasan hutan adalah:
a. Membatasi dan mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kepentingan
umum terbatas atau kepentingan pembangunan lainnya di luar sektor kehutanan
tanpa mengubah status,fungsi dan peruntukannya.
b. Menghindari terjadinya enclave di dalam kawasan hutan.

14
 Izin pinjam pakai dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disebut Perjanjian Pinjam
Pakai Kawasan Hutan Isinya antara lain memuat kewajiban dan syarat lain yang harus
dipenuhi pihak kedua (pemohon) seperti:
a. Membayar ganti rugi nilai tegakan pohon/vegetasi lainnya yang ditebang.
b. Setiap tahun mereklamasi, menanam dan menyuburkan kembali kawasan pinjam
pakai yang telah selesai dieksploitasi.
c. Menjaga keamanan hutan, menghindari timbulnya bahaya kebakaran, kerusakan
hutan, erosi dan tanah longsor di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang
dipinjam.
d. Dilarang melakukan kegiatan pada daerah yang ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan setempat, seperti sempadan sungai, pantai, kawasan sekitar danau
atau waduk dan sekitar mata air.

Perjanjian izin pinjam pakai ini sewaktu-waktu dapat dibatalkan bila salah satu syarat yang
ditentukan tidak dipenuhi serta memiliki jangka waktu selama lima tahun, dan dapat
diperpanjang untuk periode berikutnya setelah diadakan evaluasi.
Persyaratan Permohonan ijin pinjam-pakai kawasan hutan sebagaimana Peraturan Menteri
Kehutanan (Pasal 9 ayat 4) yakni :
 Rencana kerja, peta & citra satelit
 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
 Rekommendasi Gubernur atau Rekomendasi Bupati
 Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan biaya
 Pertimbangan Teknis Perum Perhutani (khusus Jawa)
 Izin atau perjanjian disektor non kehutanan (KK/KP/SIPD/lainnya)
 Untuk kegiatan pertambangan yang diterbitkan oleh Propinsi/Kabupaten, diperlukan
pertimbangan dari ESDM

15
BAB III

KESIMPULAN

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010,
yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Sebelum melakukan proses kegiatan penambangan, suatu badan usaha/koperasi/perseorangan


terlebih dahulu harus meminta perizinan kepada pemerintah untuk melakukan kegiatan
penambangan di daerah yang akan dijadikan target penambangan. Berikut ini tahapan
perizinan yang harus dilewati, yaitu :

- SK Penyelidikan Umum

- SK Penyelidikan Umum

- SK Eksplorasi / IUP Eksplorasi

- SK Eksploitasi / IUP Operasi Produksi

Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin untuk melaksanakan usaha


pertambangan. IUP terdiri atas 2 (dua) tahap yaitu :

Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

-.IUP eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan. IUP
eksplorasi terdiri atas : mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.

- Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan


pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. IUP operasi produksi terdiri atas : mineral
logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

_______. Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.43/Menhut-II/2008

_______. Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 2010

_______. Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4


Tahun 2009

_______. Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia N0. 10 Tahun 2010

_______. Wilayah Pertambangan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun


2010

17

Anda mungkin juga menyukai