Abstrak
Pada deposisi SiNW diameter butiran katalis yang terbentuk pada tahap nukleasi berpengaruh pada pembentukan SiNW.
Pembentukan butiran biasanya dilakukan dengan cara menumbuhkan lapisan tipis diikuti dengan proses annealing. Pada
proses ini butiran yang terbentuk dipengaruhi oleh ketebalan lapisan tipis. Telah dilakukan penumbuhan lapisan tipis Al
menggunakan metoda evaporasi termal. Pengukuran ketebalan dieksplorasi menggunakan karakterisasi SEM, AFM dan
spektrometer UV-Vis. Berdasarkan hasil pencitraan dan data transmitansi optik melalui spektrometer UV-Vis diperoleh
nilai koefisien attenuasi untuk setiap panjang gelombang yang digunakan. Penggunaan metoda transmitansi optik ini
dapat digunakan sebagai alternatif dalam menentukan ketebalan lapisan Al yang berorde nanometer dalam rangkaian
sintesis katalis untuk penelitian deposisi SiNW. Berdasarkan hasil eksperimen ini diperoleh cara sederana dalam
menentukan ketebalan lapisan menggunakan spektrometer UV-Vis (pada panjang gelombang 300 nm sampai 820 nm).
Kata Kunci: Transmitansi optik, koefisien attenuasi, penentuan ketebalan, lapisan tipis, orde nanometer.
1. Pendahuluan
Penumbuhan material nanowire seperti silicon yang terbentuk dapat digunakan dalam penelitian lebih
nanowire (SiNW) dapat dilakukan melalui proeses lanjut mengenai deposisi SiNW dan divais yang berdasar
penumbuhan berkatalis (catalytical growth process). padanya.
Mekanisme pada penumbuhan berkatalis ini secara garis Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa dalam
besar terbagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap nukleasi, deposisi SiNW diameter butiran katalis yang terbentuk
tahap pengendapan dan tahap deposisi [1]. Tahap nukleasi pada tahap nukleasi berpengaruh pada pembentukan
merupakan tahap pembentukan butiran orde nano dari SiNW. Proses nukleasi merupakan proses pembentukan
lapisan tipis metal sebagai katalis. Terbentuknya butiran butiran dari lapisan tipis. Proses ini dilakukan dengan cara
ini sangat menentukan dalam penumbuhan SiNW, karena menumbuhkan lapisan tipis diikuti dengan proses
berperan sebagai pemandu dalam deposisi SiNW. annealing untuk membentuk butiran tersebut. Pada proses
Diameter SiNW yang ditumbuhkan dengan mekanisme ini ketebalan lapisan tipis mempengaruhi pembentukan
seperti ini dipengaruhi oleh diameter butiran yang butiran. Untuk mendapatkan butiran dengan diameter
terbentuk pada tahap nukleasi. orde nanometer diperlukan lapisan tipis dengan ketebalan
Katalis emas (Au) atau katalis berbasis Au sering berorde nanometer juga.
digunakan dalam penumbuhan Si nanowire. Tetapi Penumbuhan lapisan tipis Al untuk katalis dalam
kemudian diketahui bahwa kehadiran Au dapat penelitian ini dilakukan menggunakan metoda evaporasi
membentuk state perangkap mid-gap dalam silikon termal. Sistem evaporator yang digunakan peneliti tidak
sehingga dapat merusak kinerja divais. Au dapat dilengkapi pengontrol ketebalan lapisan material yang
memerangkap elektron dan hole dalam Si dan ditumbuhkan pada substrat. Biasanya untuk mengontrol
menyebakan munculnya masalah kontaminasi yang serius ketebalan dilakukan dengan cara mengontrol lamanya
dalam pemrosesan complementary metal oxide waktu deposisi. Namun dengan cara tersebut sangat sulit
semiconductor (CMOS) [2]. Dengan mempertimbangkan jika dilakukan untuk menumbuhkan lapisan tipis dengan
hal tersebut, biasanya dalam aplikasi elektronik dihindari ketebalan orde nanometer. Sebagai alternatif untuk
penggunaan Au sebagai katalis [3-4]. Penggunaan Al mendapatkan ketebalan yang diinginkan, proses evaporasi
sebagai katalis direkomendasikan sebagai pengganti Au dilakukan dengan cara mengevaporasi sumber yang
[1-2]. Pada penelitian ini dipilih Aluminium (Al) sebagai massanya terlebih dahulu telah ditetapkan atau dengan
kandidat katalis dalam deposisi SiNW. Diharapkan katalis kata lain dengan cara mengontrol massa sumber.
105
J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009 106
Masalah berikutnya yang muncul adalah sulitnya Deposisi lapisan tipis Al dilakukan menggunakan
melakukan pengukuran ketebalan dalam orde nanometer, evaporasi termal dengan massa sumber ditentukan
mengingat minimnya ketersediaan peralatan karakterisasi terlebih dahulu. Proses evaporasi dilakukan sampai
atau alat ukur yang ada baik di tempat peneliti maupun di habisnya sumber Al yang terdapat pada tempat sumber
Indonesia. Untuk mengatasi kendala tersebut digunakan (evaporator boat). Hal in dilakukan agar dapat diketahui
alternatif pengukuran ketebalan lapisan tipis hubungan antara ketebalan lapisan yang ditumbuhkan
menggunakan cara transmitansi optik, yaitu menggunakan dengan massa sumber yang digunakan.
spektrometer transmitansi UV-Vis. Karakterisasi dilakukan terhadap lapisan tipis yang
Metoda transmitansi digunakan sebagai alternatif telah ditumbuhkan untuk menentukan ketebalan lapisan
dalam penentuan ketebalan lapisan dengan pertimbangan tipis Al. Karakterisasi yang telah dilakukan dalam
adanya keterkaitan antara besarnya intensitas gelombang penelitian ini yaitu menggunakan scanning electron
yang ditransmisikan dengan ketebalan lapisan material microscope (SEM), Atomic Force Microscope (AFM),
yang dilalui oleh gelombang tersebut. Perubahan nilai dan UV-Vis spectrometer. Karakterisasi SEM dilakukan
intensitas gelombang I terhadap jarak penetrasi x ke pada sampel lapisan tipis yang cukup tebal (Sampel 1).
dalam material yang dilewatinya dinyatakan oleh hukum Hasil ini digunakan untuk menentukan massa sumber
Lambert Beer, yang secara matematis diungkapkan dalam proses evaporasi agar diperoleh lapisan yang lebih
melalui persamaan, tipis (Sampel 2). Sampel kedua dikarakterisasi
menggunakan AFM untuk menentukan ketebalan, dan
dI menggunakan spektrometer UV-Vis untuk menentukan
= −αI (1) koefisien attenuasi Al yang ditumbuhkan. Nilai koefisien
dx
attenuasi untuk setiap panjang gelombang (300 nm
sampai 820 nm) digunakan untuk menentukan ketebalan
dengan α adalah koefisien attenuasi (koefisien
lapisan Al yang ditumbuhkan dengan massa sumber yang
pelemahan). Hubungan antara nilai transmitansi
berbeda (Sampel 3).
gelombang T yang melalui suatu material, dengan
ketebalan mateial yang dilalui gelombang tersebut untuk
3. Hasil dan Pembahasan
setiap panjang gelombang λdapat diperoleh melalui Evaporasi Al dengan massa sumber 11,4 mg telah
dilakukan untuk sintesis lapisan tipis pada substrat
⎛ I t (λ ) ⎞ (sampel 1). Hasil karakterisasi tampang lintang
α (λ ) x = − ln⎜⎜ ⎟⎟
⎝ I o (λ ) ⎠ menggunakan SEM diperlihatkan pada Gbr. 1.
atau Berdasarkan citra SEM pada gambar tersebut dapat
dilakukan perhitungan untuk menentukan ketebalan
α (λ ) x = − ln T (λ ) (2)
lapisan Al yang terbentuk. Perhitungan ketebalan lapisan
tipis Al dilakukan dengan cara membandingkan ukuran
dengan It(λ) dan Io(λ) masing-masing merupakan tebal lapisan dengan bar yang ditampilkan pada citra.
besarnya intensitas gelombang yang ditransmisikan dan Pada gambar tersebut panjang bar mewakili panjang 500
intensitas gelombang datang untuk panjang gelombang λ. nm. Dengan cara perhitungan seperti ini dapat ditentukan
Pada paper ini dibahas mengenai eksperimen yang bahwa ketebalan lapisan tipis Al sama dengan 111,89 nm.
bertujuan untuk mendapatkan alternatif karakterisasi,
yaitu penggunaan metoda transmitansi optik sebagai
alternatif dalam menentukan ketebalan lapisan Al yang
berorde nanometer dalam rangkaian sintesis katalis untuk
penelitian deposisi SiNW. Hasil eksperimen ini akan
bermanfaat dalam penumbuhan lapisan tipis Al dengan
ketebalan berorde nanometer menggunakan evaporasi
termal, yaitu dalam menentukan massa sumber agar
diperoleh prediksi ketebalan lapisan yang terbentuk.
Selain itu diperoleh cara sederana dalam menentukan
ketebalan lapisan yang terbentuk, yaitu menggunakan
spektrometer UV-Vis (pada panjang gelombang 300 nm
sampai 820 nm). Gambar 1 Citra SEM tampang lintang (perbesaran
40000×) lapisan tipis Al yang ditumbuhkan dengan massa
2. Eksperimen sumber 11,4 mg.
Secara garis besar eksprimen yang dilakukan
terbagi dalam tahap preparasi, deposisi dan karakterisasi. Berdasaran hasil ini dapat ditentukan rasio
Preparasi meliputi pencucian substrat glass cornig melalui ketebalan lapisan tipis yang terbentuk d terhadap massa
proses ultrasonifikasi dalam aceton, di-water, methanol, sumber yang digunakan m, yaitu sebesar R = 9,814
di-water secara bergantian masing-masing selama 10 nm/mg. Jika hubungan d dan m ini dapat dianggap linear,
menit. Selanjutnya substrat dikeringkan melalui proses maka dengan mudah dapat dilakukan penumbuhan lapisan
penyemprotan menggunakan nitrogen. Al yang lebih tipis dengan ketebalan yang dapat dikontrol
dengan cara membatasi massa sumber yang dievaporasi.
J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009 107
Sayangnya tidak ada jaminan bahwa hubungan itu linear. ketebalan lapisan Al sebesar 21,35 nm, dan rasio R = 8,54
Namun demikian untuk menumbuhkan lapisan yang lebih nm/mg. Hasil ini menunjukan adanya penurunan nilai R
tipis dapat diprediksi menggunakan rasio tersebut. dari hasil Sampel 1, dan ketebalan yang berbeda dengan
Berdasarkan rasio di atas maka jika massa sumber prediksi yang diperoleh dari pengukuran Sampel 1 yaitu
2,5 mg diperkirakan akan tumbuh lapisan tipis dengan 24,54 nm. Fakta ini cukup untuk menghindari asumsi
tebal 24,54 nm. Asumsi linear akan dapat diterima atau mengenai kelinearan m terhadap d.
tidak, jika dilakukan eksperimen evaporasi Al dengan
massa sumber 2,5 mg dan kemudian dilakukan
pengukuran ketebalan lapisan Al yang terbentuk pada (a)
substrat.
Transmisi, T [%]
menggunakan AFM dan spektrometer UV-Vis. Salah satu
citra hasil AFM diperlihakan pada Gbr. 2. Pada gambar
tersebut nampak permukaan lapisan Al di atas substrat
(Gbr. 2a) dan perbedaan ketinggian daerah yang diberi
garis pada gambar a antara lapisan Al dan substrat (Gbr.
2b). Penentuan ketebalan lapisan tipis Al dilakukan
terhadap 12 data yang serupa dengan yang tampak pada
Gbr. 2b tetapi dengan garis (pada Gbr. 2a) ditempatkan
pada area yang berbeda-beda.
(b)
Referensi
[1] Y. Civale, L. K. Nanver, P. Hadley, and E. J. G.
Goudena, Delft University of Technology, 692-696.
[2] Y. Wang, V. Scemidt, S. Senz, and U. Gösele,
Nature Nanotech. 1, 186 (2006).
[3] H.-Y. Tuan, D. C. Lee, T. Hanrath, and B. A. Korgel,
Nano Let. 5, 681 (2005).
[4] E. C. Garnett, W. Liang, and P.Yang, Adv. Mater. 19,
Panjang gelombang, λ [nm]
2946 (2007).
[5] L. G. Schulz, J. Opt. Soc. Am. 44, 357 (1954).
Gambar 4 Grafik –ln T sebagai fungsi panjang gelombang
dan koefisien attenuasi . Nilai transmitansi T diperoleh
dari Sampel 3 melalui spektrometer UV-Vis pada 300-
820 nm.