dengan tujuh segel, yang dihadapi tanpa ada hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi
bagi sebagian kecil orang, matematika merupakan suatu kesenangan mental yang mengandung
sifat ilmiah, suatu kunci untuk memahami gejala-gejala alam, teknik dan bermasyarakat.
Mengapa terdapat dua macam pendapat yang sedemikian besar perbedaannya? Jawaban
pertanyaan ini adalah bagaimana cara matematika diajarkan. Adalah tidak benar bahwa hasil
belajar seseorang dalam matematika hanya karena mempunyai atau tidak mempunya bakat, dan
rajin atau tidak rajinnya dalam mata pelajaran matematika .
A. PENDAHULUAN
Matematika berdasarkan etimologi, berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan bernalar.
Bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih
menekankan aktivitas dalam dunia rasio, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi
atau eksperimen disamping penalaran. Disisi lain matematika dianggap sebagai ilmu tentang
logika mengenai bentuk, sususan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
lainnya dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Namun ada
kelompok lain yang menganggap ilmu komputer dan statistika bukan bagian dari matematika
(Materi PTBK Modul MTK-22). Telah disepakati bahwa karakteristik matematika diantaranya
adalah :
a. memiliki objek abstrak
b. bertumpu pada lesepakatan
c. berpola pikir deduktif
d. memiliki simbol yang kosong dari arti
e. memperhatikan semesta pembicaraan
f. konsisten dalam sistemnya.
Matematika yang diajarkan di sekolah adalah bagian-bagian dari matematika yang dipilih
berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Bagian
matematika yang dipilih diantaranya adalah matematika yang dapat menata nalar, membentuk
kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan tugas tertentu. Hal
ini menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika
sebagai ilmu. Dikatakan demikian karena tidak sepenuhnya sama, yaitu memiliki perbedaan
antara lain:
(1) penyajian,
(2) pola pikir,
(3) keterbatasan semesta,
(4) dan tingkat keabstrakan.
Bahwa dalam matematika ada persoalan yang dengan satu langkah saja dapat diselesaikan dan
ada persoalan yang harus dipecahkan dengan banyak langkah. Pola-pola berpikir matematis lah
yang diperlukan ketika nanti siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan, yaitu kemampuan
algoritma berpikirnya. Mulai dari mempelajari masalah, membuat langkah-langkah untuk
pemecahan masalah, mengumpulkan instrumen untuk memecahkan masalah, sampai dengan
penarikan kesimpulan dari masalah tersebut. Penulis masih ingat betul ucapan Bapak Prof. DR.
Ir. Andi Hakim Nasution ketika memberikan kuliah dulu, bahwa siswa belajar matematika bukan
untuk bisa sesuatu tetapi bagaimana siswa mampu mempelajari masalah untuk memecahkan
masalah tersebut, yang intinya bahwa matematika diajarkan untuk menanamkan pola pikir yang
logis, kritis, jujur, kreatif dan eksploratif dalam memecahkan suatu masalah.
Ketika melakukan pembelajaran dikelas, penulis tidak menyebutkan rumus untuk suatu
pernyataan matematika, tetapi disebut sebagai pernyataan yang harus dibuktikan atau teorema.
Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pernyataan tersebut harus dibuktikan. Sedangkan
kecenderungan para siswa berpikir bahwa rumus adalah suatu formula yang siap untuk
digunakan tanpa harus tahu dari mana rumus tersebut didapat.
Banyak guru matematika yang menanamkan pola dogmatis kepada siswanya. Seperti untuk
menyelesaikan masalah matematika langsung siswa disodorkan rumus, yang tanpa basa-basi lagi
disuruh digunakan. Jika siswa tidak kritis, maka siswa langsung menggunakan rumus tersebut
tanpa pernah menanyakan dari mana rumus tersebut. Dan kejadian seperti ini terjadi hampir di
setiap sekolah. Permasalahan seperti ini, penulis menganggap sebagai hal yang buruk bagi
pendidikan nasional terutama berhubungan dengan penanaman pola pikir logis, kritis, jujur,
kreatif, dan eksploratif yang dibebankan kepada mata pelajaran matematika.
Menghubungkan antara tujuan pendidikan matematika SMP dengan kajian-kajian tersebut diatas,
penulis mencoba meneliti pengaruh pembuktian pernyataan-pernyataan matematika terhadap
hasil belajar matematika di kelas III SMP Negeri 7 Bogor.
B. PEMBAHASAN
1. KAJIAN TEORI
Robert M. Gagne, secara garis besar ada dua macam objek yang dipelajari siswa
dalam matematika, yaitu ubjek-objek langsung (direct objects) dab objek-objek
tak langsung (indirect obeject). Objek-objek langsung dari pembelajaran
matematika tardiri atas fakta-fakta matematika, keterampilan-keterampilan
(prosedur-prosedur) matematika, konsep-konsep matematika, dan prinsip-ptinsip
matematika.
Objek-objek tak langsung dari pembelajaran matematika meliputi kemampuan
berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis,
sikap positif terhadap matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal-hal
lain yang secara implisit akan dipelajari jika siswa mempelajari matematika.
Penjelasan tentang objek-objek langsung dari matematika:
a. Hasil kali dua bilangan a dan b sama dengan nol jika dan hanya jika a=0
atau b=0.
b. Luas trapesium adalah setengah dari hasil kali tinggi trapesium dengan
jumlah sisi-sisi sejajarnya.
c. Pada setiap segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat jumlah panjang kedua sisi siku-sikunya.
Menurut Gagne, kegiatan belajar matematika tediri atas empat fase yang terjadi
secara berurutan, yaitu :
Bila pengetahuan atau kemampuan prasyarat tersebut belum dikuasai oleh siswa,
dipastika siswa tersebut tidak bias menguasai pengetahuan atau kemampuan yang
dituju. Materi-materi pelajaran matematika pada umumnya tersusun secara
hirarkis, materi yang satu merupakan prasyarat materi yang berikutnya.
Kepada para siswa perlu ditanamkan bahwa pernyataan yang akan ditemukan
kebenarannya atau dibuktikan, benar atau salah pernyataan menjadi tanggung
jawab bersama antara guru dan siswa.
Contoh 1:
Buktikan bahwa luas trapesium adalah setengah dari tinggi dikalikan dengan
jumlah sisi-sisi sejajar.
Siswa diingatkan kembali cara untuk mencari luas segitiga dan persegi panjang,
yaitu:
Jika dijumlahkan ketiga bangun datar diatas, maka diperoleh luas bangun
traspesium ABCD, yaitu
Dapat diperoleh juga nilai tambah bagaimana membangun mental siswa untuk
selalu kritis dan mampu mengungkapkan argument-argumen dari ide-ide yang
dimiliki mereka .
Contoh 2 :
Tentukan sisa pembagian bilangan 21000 jika dibagi oleh 7!
Asumsi siswa SMP belum memperoleh materi teori modula.
Pertanyaan ini cocok diberikan pada saat mengajarkan materi Pola Bilangan dan
Barisan Bilangan. Sepertinya pertanyaan tersebut bersifat kuantitatif, tetapi dalam
proses pencarian hasil tersebut diperlukan proses kualitatif dan diperlukan juga
pencarian pernyataan lain terlebih dahulu.
Langkah-langkah :
a. Biarkan siswa untuk bereksplorasi tentang perpangkatan, berapakah 21000. Tetapi
pertanyaan tersebut tidak akan terjawab, karena kalkulator dan komputer pun
tidak memiliki kemampuan untuk menghitung hasil tersebut.
b. Pada langkah kedua ini guru berperan untuk memasukkan pemikiran-
pemikiran logis kepada siswa, bahwa pertanyaan tersebut tidak bisa
dijawab jika dihitung langsung. Tetapi bisa dicari jika ditemukan
pernyataan lain untuk mencari hasil yang diinginkan.
c. Jelas kepada siswa dengan metode tanya jawab bahwa
2 1 = 2 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 2
2 2 = 4 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 4
2 3 = 8 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 1
2 4 =16 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 2
2 5 =32 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 4
2 6 =64 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 1
2 7 =128 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 2
2 8 =256 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 4
2 9 =512 jika dibagi 7 maka sisa pembagiannya 1
Jelas dapat dilihat bahwa:
2 jika dipangkatkan dengan 1,4,7 dan dibagi dengan 7 menghasilkan sisa 2
2 jika dipangkatkan dengan 2,5,8 dan dibagi dengan 7 menghasilkan sisa 4
2 jika dipangkatkan dengan 3,6,9 dan dibagi dengan 7 menghasilkan sisa 1
Penulis meyakini bahwa disini akan terbentuk pola pikir siswa yang logis,
kritis, jujur, kreatif, dan eksploratif, yaitu dengan membiarkan siswa untuk
try and error mencari berada dikelompok manakah sisa pembagian dari 2
dipangkatkan dengan 1000 jika dibagi 7.
Contoh 2:
Diketahui segitiga ABC dengan sudut A dua kali sudut B. Buktikan bahwa
berlaku:
a2 = b (b + c)
Langkah-langkah :
Buatkan gambar:
Soal pembuktian ini penulis berikan kepada siswa kelas 3 pada materi
kesebangunan. Dan satu hal lagi yang diperoleh, penulis melihat kepuasan dari
wajah para siswa, dan bahkan sampai tepuk tangan begitu masalah tersebut dapat
dibuktikan.
DAFTAR PUSTAKA:
>