Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gonorrhea disebabkan oleh Neisseria gonorrhea, suatu bakteri jenis diplokokus.


Mekipun gonorrhea merupakan suatu PMS, penyakt ini juga ditularkan melalui kontak
langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak langsung melalui benda mati atau
fomites. Penularan sendiri (self-inoculation) sering terjadi melalui tangan yang
terkontaminasi.

Gonorrhea seringkali hanya menimbulan gejala ringan pada wanita atau muncul
secara tak terduga di traktus genetalia bagian bawah.

B. TUJUAN

Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman Asuhan


keperawatan klien dengan Gonorrhea.

C. RUMUSAN MASALAH

 Morfologi dan struktur Neisseria Gonorrhea

 Sifat-sifat Neisseria Gonorrhea

 Patogenesis

 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrhea

D. METODE PENULISAN

Dalam hal ini kami menggunakan sistem studi pustaka yaitu suatu sistem dalam data
dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dari buku/ literatur yang telah ada di
perpustakaan dan mencari literatur lain melalui jaringan internet.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria


gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital,
oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.

B. NEISSERIA GONORRHEA
Morfologi
N. Gonorrhea atau gonokokus merupakan kuman berbentuk ginjal dengan garis
tengah 0,8 um. Selalu berpasangan, sehingga disebut diplokokus. Tidak bergerak secara
aktif dan tidak berspora. Strain yang virulen, yang terutama berasal dari isolasi primer,
mempunyai vili pada permukaan selnya. Strain hasil subkultur, tidak atau hanya sedikit
mempunyai vili. Dengan vili, kuman dapat menempel pada epitel urethra, mukosa mulut
atau sperma. Vili juga dapat mengambat fagositosis dan dapat merupakan alat pemindah
plasmid dengan cara konjugasi antara sesama gonokokus atau antara gonokokus dengan
E Coli. Gonokokus mempunyai beberapa jenis plasmid, salah satu diantaranya
merupakan pembawa gen resisten yang berperanan pada pembuatan penisilinase atau
beta-laktamase.

Struktur kuman
Permukaan luar tertutup semacam kapsul yang belum diketahui komposisinya.
Vili yang mencuat dari permukaan sel kuman terutama ditemukan pada gonokokus hasil
isolasi langsung dari penderita (isolasi primer).

2
Sifat-sifat
Kuman ini bersifat aerob atau mikroaerofilik, untuk tumbuhnya perlu suasana
udara dengan kadar CO2 kurang lebih 5 %. Penambahan zat besi ke dalam suatu
pembenihan dapat meningkatkan virulensi gonokokus. Dengan anggapan bahwa terdapat
variasi dalam kondisi metabolisme atau dalam konsentrasi zat besi dalam tubuh para
penderita gonore, maka dapat dimengerti mengapa tingkat beratnya penyakit secara klinis
pada masing-masing penderita tidak sama. Daya tahan gonokokus terhadap lingkungan
fisis atau kimiawi sangat rendah.
Gonokokus peka terhadap sinar matahari, pengeringan, pemanasan, suhu rendah,
dan perubahan pH. Kuman ini juga peka terhada antiseptic tertentu, misalnya larutan
AgNO3 1/ 4000 dapat menghancurkannya dalam waktu 2 menit. Gonokokus juga
cenderung mengalami autolysis dengan cepat.

C. EPIDEMIOLOGI

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara


penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara
endemik, termasuk di Indonesia. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20
sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun.

Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Kuman GO menular melalui oral, anal, dan vaginal sex, antara lain :

 Kuman bias pindah ke selaput lendir semua jaringan luna, bila kontak dengan
cairan sekresi yang keluar dari seseorang yangsudah terinfeksi seperti cairan
mani (semen).
 Kuman bisa berpindah dari penis ke selaput lendir mulut, atau dari mulut ke
penis. Demikian pula halnya dari vagina ke mulut dan dari anus ke mulut. Tetapi
penularan dari mulut ke vagina dan dari mulut ke anus belum terbukti.

3
 Kuman GO bias berpindah meskipun lidah atau penis tidak masuk ke saluran
vagina, tetapi cukup hanya bila cairan sekresi konta dengan vagina atau mulut.
Demikian pula halnya dengan penularan ke serviks, anus, dan penis.

D. ETIOLOGI
• Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen.
• Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
• Hubungan seksual baik melalui anal, oral, genital, homoseks, heteroseks.
• Kurang menjaga kebersihan diri.
• Kurang pengetahuan.

F. PATOFISIOLOGI
Terlampir.

G. MANIFESTASI KLINIS

Pada wanita:

 Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
 Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
 Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat seperti desakan untuk berkemih
 Nyeri ketika berkemih
 Keluarnya cairan dari vagina
 Demam
 Disparenia
 Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

4
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita
gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya
keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir
dan nanah.

Pada anak:

 Infeksi terjadi pada masa perinatal, yaitu pada saat bayi lewat jalan lahir
 Infeksi pada mata (ophthalmia neonatorum / blenorrhoeae
 Dapat mengakibatkan kebutaan bila dibiarkan tanpa pengobatan
 Konjungtivitis, timbul pada hari ke 5 sampai hari ke 12 setelah lahir
H. PENDIAGNOSAAN

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan


pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:

 Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
 Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
 Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
 Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
 Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
I. KOMPLIKASI

Komplikasi pada wanita:

 Komplikasi uretra
 Bartholinitus
 Endometritis dan metritis

5
 Salphingitis
 Cystitis

Komplikasi pada neonatus:

 Bisa terjadi kebutaan karena infeksi GO pada mata jika tidak segera diobati
 Peradangan paru
J. PENGOBATAN

Medikamentosa

• Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,


banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin,
dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
• Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan
yang memadai.
• Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk
wanita.
• Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

Non-medikamentosa

• Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:


• Bahaya penyakit menular seksual
• Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
• Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
• Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
• Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
K. ASUHAN KEPERAWATAN

6
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
 pasien mengatakan gatal
 pasien mengatakan panas dibagian pendahuluan
 pasien mengatakan nyeri saat kencing
 pasien mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat kencing
 pasien mengatakan nyeri saat ereksi
 pada wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing
 pasien mengatakan nyeri punggung bawah
 pasien mengatakan kencing tersendat-sendat

Data Objektif
 uretitis
 orifisum uretra eksternum eritematosa
 edematosa
 ektropion
 duh tubuh yang mukopurulen
 bau busuk pada area genetalia
 lesi, macula

B. DIAGNOSA
• Nyeri b.d reaksi infeksi
• Hipertemi b/d inflamasi
• Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi
• Cemas b.d penyakit
• Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
• Harga diri rendah b.d penyakit

C. INTERVENSI

1. Nyeri b.d reaksi infeksi

Tujuan:

7
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
• Mengenali faktor penyebab
• Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
• Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
• Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi:

• Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan


onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.
• Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
• Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
• Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
• Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
• Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi
aktivitas)
• Berikan analgesik sesuai anjuran
• Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
• Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi

Tujuan:

• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:


• Suhu dalam rentang normal
• Nadi dan RR dalam rentang normal
• Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

8
Intervensi:

• Monitor vital sign


• Monitor suhu minimal 2 jam
• Monitor warna kulit
• Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
• Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
• Kompres klien pada lipat paha dan aksila
• Berikan antipiretik bila perlu

3. Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi

Tujuan:

• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:


• Urin akan menjadi kontinens
• Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang
yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Intervensi:

• Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat
• Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

4. Cemas b.d penyakit

Tujuan:

• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:


• Tidak ada tanda-tanda kecemasan
• Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
• Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat
• Menunjukkan fleksibilitas peran

9
Intervensi:

• Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal)
• Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
• Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
• Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
• Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis

5. Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari


penyakit

Tujuan:

• Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain

Intervensi:

• Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:


• Bahaya penyakit menular
• Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
• Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
• Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.

6. Harga diri rendah b.d penyakit

Tujuan:

• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan


pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi
sebelumnya dengan indikator:
• Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
• Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya

10
• Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil

Intervensi:

• Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan


• Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari
kehidupan
• Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan)
• Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
• Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

D. EVALUASI
a. mencegah atau menurunkan resiko terjadinya penyebaran infeksi
b. mengontrol nyeri dan mengusahakan kenyamanan pasien
c. mempertahankan haluaran dan masukan urine
d. kerusakan integritas kulit tidak terjadi
e. tidak terjadi perubahan seksualitas
f. menunjukan rentan normal dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan
cemas
g. mengungkapkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan tindakan

11
PATOFISIOLOGI

Neisseria Gonorrhea

Infeksi Primer Infeksi Sekunder

Uretra Duktus Periuratralis Zat pirogen Genetalia

Uretritis >> eksudat hipotala HDR Resiko


mus penularan

Pelepasan Sumbatan Peningkatan


reseptor sal. kemih suhu tubuh
nyeri

Nyeri Retensi Hipertermi


urine

Cemas Gangg. Pola


eliminasi urine

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gonorrhea merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah untuk terjadi melalui
infeksi bakteri Nesseria Gonorrhea. Bakteri tersebut selain sangat infeksius juga sangat
peka/ rentan terhadap lingkungan fisik lain. Gonorrhea dapat menular dari ibu hamil
kepada bayi melalui proses melahirkan yang utamanya melalui jalan lahir. Komplikasi
yang terjadi berbeda antara ibu dan bayi. Penanganan kasus Gonorrhea diutamakan pada
penggunaan antibiotic dan terapi lain yang berkaitan dengan keperawatan.

B. SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8. Penerbit


buku kedokteran EGC.

Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.

Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku


kedokteran EGC.

Staff Pengajar FK UI.1994.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa


Aksara: Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai