PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gonorrhea seringkali hanya menimbulan gejala ringan pada wanita atau muncul
secara tak terduga di traktus genetalia bagian bawah.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
Patogenesis
D. METODE PENULISAN
Dalam hal ini kami menggunakan sistem studi pustaka yaitu suatu sistem dalam data
dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dari buku/ literatur yang telah ada di
perpustakaan dan mencari literatur lain melalui jaringan internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. NEISSERIA GONORRHEA
Morfologi
N. Gonorrhea atau gonokokus merupakan kuman berbentuk ginjal dengan garis
tengah 0,8 um. Selalu berpasangan, sehingga disebut diplokokus. Tidak bergerak secara
aktif dan tidak berspora. Strain yang virulen, yang terutama berasal dari isolasi primer,
mempunyai vili pada permukaan selnya. Strain hasil subkultur, tidak atau hanya sedikit
mempunyai vili. Dengan vili, kuman dapat menempel pada epitel urethra, mukosa mulut
atau sperma. Vili juga dapat mengambat fagositosis dan dapat merupakan alat pemindah
plasmid dengan cara konjugasi antara sesama gonokokus atau antara gonokokus dengan
E Coli. Gonokokus mempunyai beberapa jenis plasmid, salah satu diantaranya
merupakan pembawa gen resisten yang berperanan pada pembuatan penisilinase atau
beta-laktamase.
Struktur kuman
Permukaan luar tertutup semacam kapsul yang belum diketahui komposisinya.
Vili yang mencuat dari permukaan sel kuman terutama ditemukan pada gonokokus hasil
isolasi langsung dari penderita (isolasi primer).
2
Sifat-sifat
Kuman ini bersifat aerob atau mikroaerofilik, untuk tumbuhnya perlu suasana
udara dengan kadar CO2 kurang lebih 5 %. Penambahan zat besi ke dalam suatu
pembenihan dapat meningkatkan virulensi gonokokus. Dengan anggapan bahwa terdapat
variasi dalam kondisi metabolisme atau dalam konsentrasi zat besi dalam tubuh para
penderita gonore, maka dapat dimengerti mengapa tingkat beratnya penyakit secara klinis
pada masing-masing penderita tidak sama. Daya tahan gonokokus terhadap lingkungan
fisis atau kimiawi sangat rendah.
Gonokokus peka terhadap sinar matahari, pengeringan, pemanasan, suhu rendah,
dan perubahan pH. Kuman ini juga peka terhada antiseptic tertentu, misalnya larutan
AgNO3 1/ 4000 dapat menghancurkannya dalam waktu 2 menit. Gonokokus juga
cenderung mengalami autolysis dengan cepat.
C. EPIDEMIOLOGI
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Kuman GO menular melalui oral, anal, dan vaginal sex, antara lain :
Kuman bias pindah ke selaput lendir semua jaringan luna, bila kontak dengan
cairan sekresi yang keluar dari seseorang yangsudah terinfeksi seperti cairan
mani (semen).
Kuman bisa berpindah dari penis ke selaput lendir mulut, atau dari mulut ke
penis. Demikian pula halnya dari vagina ke mulut dan dari anus ke mulut. Tetapi
penularan dari mulut ke vagina dan dari mulut ke anus belum terbukti.
3
Kuman GO bias berpindah meskipun lidah atau penis tidak masuk ke saluran
vagina, tetapi cukup hanya bila cairan sekresi konta dengan vagina atau mulut.
Demikian pula halnya dengan penularan ke serviks, anus, dan penis.
D. ETIOLOGI
• Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen.
• Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
E. FAKTOR PREDISPOSISI
• Hubungan seksual baik melalui anal, oral, genital, homoseks, heteroseks.
• Kurang menjaga kebersihan diri.
• Kurang pengetahuan.
F. PATOFISIOLOGI
Terlampir.
G. MANIFESTASI KLINIS
Pada wanita:
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat seperti desakan untuk berkemih
Nyeri ketika berkemih
Keluarnya cairan dari vagina
Demam
Disparenia
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
4
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita
gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya
keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir
dan nanah.
Pada anak:
Infeksi terjadi pada masa perinatal, yaitu pada saat bayi lewat jalan lahir
Infeksi pada mata (ophthalmia neonatorum / blenorrhoeae
Dapat mengakibatkan kebutaan bila dibiarkan tanpa pengobatan
Konjungtivitis, timbul pada hari ke 5 sampai hari ke 12 setelah lahir
H. PENDIAGNOSAAN
Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi uretra
Bartholinitus
Endometritis dan metritis
5
Salphingitis
Cystitis
Bisa terjadi kebutaan karena infeksi GO pada mata jika tidak segera diobati
Peradangan paru
J. PENGOBATAN
Medikamentosa
Non-medikamentosa
6
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
pasien mengatakan gatal
pasien mengatakan panas dibagian pendahuluan
pasien mengatakan nyeri saat kencing
pasien mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat kencing
pasien mengatakan nyeri saat ereksi
pada wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing
pasien mengatakan nyeri punggung bawah
pasien mengatakan kencing tersendat-sendat
Data Objektif
uretitis
orifisum uretra eksternum eritematosa
edematosa
ektropion
duh tubuh yang mukopurulen
bau busuk pada area genetalia
lesi, macula
B. DIAGNOSA
• Nyeri b.d reaksi infeksi
• Hipertemi b/d inflamasi
• Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi
• Cemas b.d penyakit
• Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
• Harga diri rendah b.d penyakit
C. INTERVENSI
Tujuan:
7
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
• Mengenali faktor penyebab
• Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
• Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
• Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
Tujuan:
8
Intervensi:
Tujuan:
Intervensi:
• Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat
• Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan
Tujuan:
9
Intervensi:
• Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal)
• Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
• Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
• Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
• Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis
Tujuan:
Intervensi:
Tujuan:
10
• Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
Intervensi:
D. EVALUASI
a. mencegah atau menurunkan resiko terjadinya penyebaran infeksi
b. mengontrol nyeri dan mengusahakan kenyamanan pasien
c. mempertahankan haluaran dan masukan urine
d. kerusakan integritas kulit tidak terjadi
e. tidak terjadi perubahan seksualitas
f. menunjukan rentan normal dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan
cemas
g. mengungkapkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan tindakan
11
PATOFISIOLOGI
Neisseria Gonorrhea
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gonorrhea merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah untuk terjadi melalui
infeksi bakteri Nesseria Gonorrhea. Bakteri tersebut selain sangat infeksius juga sangat
peka/ rentan terhadap lingkungan fisik lain. Gonorrhea dapat menular dari ibu hamil
kepada bayi melalui proses melahirkan yang utamanya melalui jalan lahir. Komplikasi
yang terjadi berbeda antara ibu dan bayi. Penanganan kasus Gonorrhea diutamakan pada
penggunaan antibiotic dan terapi lain yang berkaitan dengan keperawatan.
B. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
14