Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA

CERITA PENDEK “ PERSAHABATAN “

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai Bahasa Indonesia

Irfansyah Ali
Kelas X- 6

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEFANI 8


BANDUNG
2010
Persahabatan

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar.
Gerald temanku sudah menunggu diluar rumah dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita
bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok!
Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya”
pintanya. Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari
rumah .“Wah dingin ya.” kataku pada Gerald. “Cuma begini aja dingin lemah kamu.” jawabnya. Setelah
sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku
padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang
disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas.
“Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.
“Irfan!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba
seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia
mendekat aku baru ingat. “Dian?” tanya dalam hati penuh keheranan. Dian adalah teman satu SD
denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu
Dian juga pindah ke Jakarta ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?”
tanyanya padaku. “Dian kan?” tanyaku padanya. “Yup!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah
kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Gerald. “Ger! Sini” panggilku pada Gerald yang
sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku.
“Siapa?”tanyanya lagi, “Dian!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa?
Nggak kedengaran Fan!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Gerald pun datang menghampiri
aku dan Dian. Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Dian yang tiba-
tiba menyapanya. “Dian?” tanyanya sedikit kaget melihat Dian yang sedikit berubah. “Kenapa kok
tumben ke Bandung? Kangen ya sama aku?” tanya Gerald pada Dian. “Yee GR! Dia tu kesini mau ketemu
aku” jawabku sambil menatap wajah Dian yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau
jenguk saudaraku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Gerald sedikit lemas. “Ya
kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis. Akhinya Dian mengajak
kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Dian. Ketika kami sampai di
rumah Dian ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Dian, ini siapa?” tanyaku
kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dzaky! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar
ya.”. “Dasar pikun!” ejek Gerald padaku. “Emangnya kamu inget?” tanyaku pada Gerald. “Nggak sih!”
jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Dian keluar dari
rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada
Persahabatan

kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Gerald tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat
Dian aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Gerald padaku. “Maaf banget Dian,
aku nggak bisa aku ada latihan Basket.” jawabnya kepada Dian. “Oh gitu ya! Ya udah Fan nanti kamu
kerumahku jam 4 sore ya!” kata Dian padaku. “Ok deh!” jawabku cepat. Saat yang aku tunggu udah
dateng, setelah pamit kepada orang tuaku, aku langsung berangkat ke rumah nenek Dian. Sampai
dirumah Dian aku mengetuk pintu dan mengucap salam. Ibu Dian pun keluar dan mempersilahkan aku
masuk. “Eh Irfan sini masuk dulu! Diannya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku
sambil masuk kedalam rumah. Ibu Dian tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang
sering main kerumah Dian. “Dian ini Irfan udah dateng” panggil tante Vivi kepada Dian. “Iya ma bentar
lagi” teriak Dian dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Dian keluar dari kamar, aku terpesona
melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku. Setelah pamit untuk pergi aku dan Dian pun
langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Dian. “Irfan kenapa? Kok dari tadi
ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget. Kami
pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan
Dian. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Dian kami pun memutuskan untuk langsung
pulang kerumah. Sampai dirumah Dian aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Irfan mampir dulu pasti
capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi. Setelah waktu kurasa sudah
malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah
aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Dian?” tanya ibuku padaku. “Abis jalan-jalan!”
jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi
aku terus memikirkan Dian. Kayaknya aku suka deh sama Dian. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3
SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati. Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Dian
terus. Akhirnya sore harinya Dian harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Gerald datang kerumah Dian.
Akhirnya keluarga Dian siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Dian.
“Dian aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf Irfan aku nggak bisa
kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!” Aku memberinya
hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Dian dan keluarganya berangkat ke
Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Dian. Aku
berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai