Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme kerja dan klasifikasi :

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
[4] Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang
bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan
dan reproduksi bakteri dan fungi.[5] Berdasarkan sifatnya (daya
hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1.   Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat
destruktif terhadap bakteri.
2.   Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja
menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat
bermacam-macam, namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk
menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu mekanisme kerja
antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme
dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai
berikut:[6]
1.      Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin,
Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.
 Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V,
merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel
dan digunakan untuk penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi
bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun karena
Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama
digunakan telah membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik
ini. Namun demikian Penicillin tetap digunakan selain karena harganya
yang murah juga produksinya yang mudah.
2.      Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah
Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid, Lincosamides,
Metronidazole.
3.      Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke
dalam golongan ini adalah Macrolide, Aminoglycoside,
Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.
4.      Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya
antara lain Ionimycin dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan
meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga mengganggu
kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.[14]
5.      Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk
ke dalam golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim,
Azaserine.

Amoxicilin
Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan
penisilin. Obat lain yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain
Ampicillin, Piperacillin, Ticarcillin, dan lain lain. Karena berada dalam satu
golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja yang
mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan
cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat
disekujur tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu
untuk melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar
tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan
hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk beberapa
bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E. coli, Pneumococci,
Streptococci, dan beberapa straindari Staphylococci.
Sesuai dengan mekanisme kerja diatas maka Amoxicillin seharusnya
memang digunakan untuk mengobati penyakit penyakit yang
disebabkan oleh kuman kuman yang sensitif terhadap Amoxicillin.
Beberapa penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara lain
infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang
pada laring, bronchitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi
pada kulit. Amoxicillin juga bisa digunakan untuk mengobati gonorrhea.
Untuk menjaga khasiat obat ini, maka harus pula diperhatikan cara
penyimpanannya. Amoxicillin sebaiknya disimpan dalam suhu kamar
yaitu antara 20 sampai 25 derajat Celcius. Untuk sirop kering yang telah
dicampur dengan air sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 14 hari atau
2 minggu.
Dosis therapi untuk Amoxicillin pada orang dewasa adalah 250 mg
setiap 8 jam, 500 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 12 jam, terggantung
dari derajat keparahan dari penyakit yang di derita. Untuk pengobatan
gonorrhea pada orang dewasa, diberikan Amoxicillin sebanyak 3 g sekali
minum. Dosis untuk anak anak diatas 3 bulan adalah 25 mg/kg/hari
terbagi setiap 12 jam, 20 mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam, 40 mg/kg/hari
terbagi setiap 8 jam atau 45 mg/kg/hari terbagi dalam 12 jam
terggantung dari derajat keparahan penyakit.
Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat
ini sangat jarang ditemukan berinteraksi dengan obat obat yang lain.
Amoxicillin juga aman diberikan untuk ibu hamil dan menyusui walaupun
ada beberapa kasus diare yang terjadi pada bayi yang disusui oleh ibu
yang minum Amoxicillin.
Efek samping dari Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa
terbakar di dada, mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan
dan reaksi alergi lainnya.

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa


nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik
yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi
kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan
tersebut.
Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam
(suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik
mempunyai efek antipiretik. Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai
rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa terbakar,
menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang – timbul
dan berbeda tempat nyeri.

RB : OH

NHCOCH3

Parasetamol
Parasetamol adalah obat pereda demam dan nyeri yang paling banyak
dipergunakan. Senyawa ini dikenal dengan nama lain asetaminofen,
merupakan senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti halnya fenasetin. Senyawa
berkhasiat obat ini, tidak seperti obat pereda nyeri lainnya (aspirin dan
ibuprofen), tidak digolongkan ke dalam obat anti inflamasi non steroid
(NSAID) karena memiliki khasiat anti inflamasi yang relatif kecil. 

Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati demam, sakit


kepala, dan rasa nyeri ringan. Senyawa ini bila dikombinasikan dengan
obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau obat pereda nyeri opioid,
dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.

Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat


menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah
apabila pasien juga meminum alkohol. Penelitian pada tahun 2008
membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat
meningkatkan risiko terjadinya asma pada usia kanak-kanak.

Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu


gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para.
Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan
menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula
terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa
asetat anhidrat.

Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi


bahan perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin
(senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit
memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol
mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX),
sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab
inflamasi. Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini
berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,
suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai
senyawa pro-inflamasi.

Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa


parasetamol menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin,
namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat
konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol
juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini
menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat
inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk
menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif (6).

Metabolisme parasetamol terjadi di hati. Metabolit utamanya meliputi


senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang
dikeluarkan lewat ginjal. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang
bertanggungjawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh
metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imina). Bila pasien
mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI
ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera
dikeluarkan melalui ginjal (7). Namun apabila pasien mengkonsumsi
parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini
menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati.

Anda mungkin juga menyukai