Anak
Baru baca buku yang cukup bagus dalam mendidik anak, jadi saya rangkum, mudah2an
bermanfaat
—-
Disarikan dari: Cara Nabi Mendidik Anak karya Ir. Muhammad Ibu Abdul Hafidh Suwaid
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ajarlah, permudahlah dan jangan
persulit! Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah hendaklah
berdiam diri!” (H.R. Ahmad dan Bukhari)
Ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari Rasulullah Saw. dalam mendidik anak.
Keteladanan adalah hal yang pertama dan utama. Keteladanan yang baik membawa kesan positif
dalam jiwa anak karena orang yang paling banyak diikuti oleh anak adalah orang tuanya. Mereka
pulalah yang paling kuat menanamkan pengaruhnya ke dalam jiwa anak. Karena itu, orang tua
dituntut untuk menjalankan segala perintah Allah swt dan sunnah Rasul yang mencakup perilaku
dan perbuatan. Bukan hanya itu merupakan kewajiban seorang muslim, namun karena anak
melihat mereka (orang tua) setiap waktu. Kemampuan mereka untuk meniru, sadar atau tidak,
sangat besar, tidak seperti yang kita duga yang hanya menganggap sebagai anak kecil.
Yang kedua, memilih waktu yang tepat untuk menasihati. Memberi nasihat sangat besar
manfaatnya, sehingga harus dilakukan pada saat yang tepat pula. Rasulullah saw. memberi tiga
pilihan waktu untuk memberi nasihat pada anak-anak: saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan,
waktu makan, dan waktu anak sakit. Rasulullah juga menemani anak-anak makan. Ketika anak
berbuat salah, atau melakukan perbuatan yang kurang sopan, beberapa kesalahan langsung
diluruskan oleh beliau dengan baik dan mengesankan. Rasulullah bersabda: ” Mendekatlah nak!
Bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kanan, dan ambillah makanan yang terdekat!” (H.R.
Abu Dawud dan Tirmidzi). Ketika anak sakit, hati anak akan lebih lembut, sehingga anak juga
akan lebih lapang dalam menerima nasihat.
Yang ketiga adalah bersikap adil dan tidak pilih kasih. Ketidak adilan dan sikap pilih kasih orang
tua terhadap anak akan menimbulkan kecemburuan. Seperti yang dirasakan saudara-saudara
Yusuf: “Tatkala mereka berkata,”Sungguh Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita
ketimbang kita. Padahal kita satu keluarga. Sesungguhnya ayah kita dalam kesesatan yang
nyata.” (Yusuf:8). Sabda Rasul: “Bersikap adillah di antara anak-anak kalian dalam pemberian
sebagaimana kalian suka berlaku adil di antara kalian dalam kebaikan dan kelembutan” H.R.
Ibnu Abid Dunya. Bahkan, sikap adil para salafus shalih (orang-orang shalih terdahulu) sampai
pada adil dalam memberikan ciuman pada anak-anak. Subhanallah.. .
Yang keempat, memenuhi hak-hak anak. Anak-anak yang dipenuhi dan dikabulkan hak-haknya
akan memiliki sikap positif terhadap kehidupan. Memberi teladan dan bersikap adil merupakan
salah satu hak-hak anak yang mesti kita penuhi. Ini termasuk menghargai nasihat dan kebenaran
walau dari anak kecil.
Kelima, mendoakan anak. Sering kita membaca doa untuk orang tua (doa nabi Ibrahim), namun
jangan lupa juga mendoakan anak-anak kita di saat waktu-waktu mustajab. Doa akan
menghangatkan cinta dan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua tidak boleh
berputus asa mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya yang durhaka, seperti nabi Ayyub yang
selalu memohon ampunan untuk anak-anaknya di waktu sahur.
Keenam, memberikan mainan. Untuk mengetahui mainan itu cocok apa tidak, ada beberapa hal
yang mesti diperhatikan: mainan harus mampu membangkitkan aktivitas fisik yang baik dan
berguna untuk anak, dapat meningkatkan kreativitas anak, dan mampu mendorong anak agar
dapat meniru kebaikan perilaku dan pola pikir orang tua.
Ketujuh, membantu anak agar berbakti dan taat pada orang tua. Rasulullah bersabda: “Bantulah
anak-anakmu agar berbakti! Barangsiapa yang melakukan, ia dapat mengeluarkan sikap
kedurhakaan dari diri anaknya”
Kedelapan, menghindari mencela dan mencaci anak. Rasulullah tidak suka mencela dan mencaci
kelakuan anak-anak sebagaimana kesaksian Ibnu Abbas, selama sepuluh tahun melayani beliau,
beliau tidak pernah mencelanya. Cara yang dilakukan Rasulullah itu justru menanamkan
kepekaan dan rasa malu dalam dirinya. Rasul juga ngengajarkan orang tua agar jangan mencaci
anak di depan umum.
Semoga kita sebagai orang tua diberi kemudahan oleh Allah swt untuk mendidik anak-anak kita
sesuai cara Rasulullah Saw. Amin.
Fase Pertama Semenjak Anak Dalam Sulbi Ayahnya Hingga Usia 3 Tahu
1. Mendoakan anak yang masih dalam sulbi ayahnnya
2. Mendoakan anak yang masih berupa sperma di rahim lbunya
3. Mengajarkan doa ketika melahirkan
4. Menjelaskan kedudukan anak di sisi allah bila ia keguguran dari kandungan ibunya
5. Mengadzankan anak yang lahir di telinga kanannya
6. Men-tahnik bayi yang baru lahir dengan kurma dan mendo’akannya dengan keberkahan
7. Menganjurkan orang tua untuk menjaga anaknya dengan dzikir dan syukur kepada Allah
8. Memberikan hak warisan kepada anak setelah dia lahir
9. Dikeluarkan zakat (fitrah)nya setelah bayi lahir
10. Menyayangi anak sekalipun hasil perzinahan
11. Menyelenggarakan walimah bagi anak yang baru lahir dan menganjurkan untuk
melakukan aqiqah
12. Mengubah tradisi jahilyiah dalam memperingati kelahiran anak
13. Memberikan nama anak dengan sebaik-baik nama.
14. Melarang memberi nama yang jelek dan nama yang tidak boleh
15. Menyuruh untuk mencukur rambut anak pada hari ketujuh, membersihkannya dan
menghilangkan kotorannya
16. Melarang mencukur rambut anak dengan qaza’
17. Bergurau bersama anak kecil dengan menjulurkan lidahnya
18. Memberikan julukan kepada orang tua dengan nama anaknya
19. Memperhatikan khitan anak (sunanul fithrah) , kapan dilakukan khitan?
20. Mendudukkan anak di pangkuannya dan sangat mengasihi bila mereka sakit, menyusui
dan membesarkan anak, memperhatikan bayi sejak kelahirannya
21. Menangis atas wafatnya seorang bayi dan berta'ziyah kepada keluarganya
22. Mengkhususkan doa untuk anak-anak ketika menyalati jenazah mereka
23. Memberi kabar gembira dengan surga bila anak mati ketika masih bayi
24. Memberi kabar gembiia berupa syafaat dari anak bagi orang tua yang bersabar atas
kematian anaknya
25. Memberikan kabar gembira bahwa orang yang tidak diberi anak di dunia akan diberi di
akhirat nanti
26. Kasihan pada tangisan anak kecil
27. Memanggil anak-anak dengan julukan mereka untuk menghormati mereka
28. Memanggil anak dengan panggilan yang baik sekalipun seorang pembantu
29. Menggendong anak kecil ketika shalat
30. Menyuruh untuk mengajarkan kalimat tauhid pada anak
31. Memutuskan khutbahnya dan meninggalkan mimbarnya demi anak
32. Sangat memperhatikan penampilan anak
33. Mengawasi anak yang cukur rambut
34. Menggendong anak di pundaknya dan di kendaraannya
35. Mencari anak bila iatidak hadir
36. Mengajarkan anak etika berpakaian
37. Menyayangi dan mencium anak serta menyuruh orang tua menyayangi anaknya
38. Memeluk dan mencandai anak dengan berbagai cara
39. Memberi anak hadiah dan mengusap kepalanya
40. Berkata jujur dan tidak membohongi anak-anak
41. Mernberikan kesempatan pada anak untuk bermain bersamanya
42. Mengancam orang yang mengajarkan kemunkaran pada anak
Membangun keluarga dan mendidik anak secara islami, beberapa hal yang perlu dilakukan
adalah:
Menyediakan fasilitas dan membangun keluarga yangsholeh dan sholehah. Bagaimana membuat
program dari awal pernikahan, merencanakan mempunyai anak, mengandung dan melahirkan
anak serta membangun keluarga.
Dalam alQuran dijelaskan di Surat Lukman ayat 13-19, mengenai konsep Alquran
mengenai mendidik anak secara islami, 7 Ayat Surat Lukman ini tidak mudah untuk
menjalankan.
Ayat ini menjelaskan:
- Membangun keiimanan. Yang paling utama adalah Akidah. Pelajaran jangan
menyekutukan Allah. Diawali dengan meng Azankan anak pada saat anak lahir. Lafal
Allah didengarkan di telinga anak, dan untuk rasa, diawali dengan memberikan sedikit
Kurma dan Madu.
- Mensyukuri nikmat Allah. Walaupun diberi sedikit selalu melafalkan “Alhamdulillah”
- Berbuat baik pada orang tua. Introspeksi diri, apakah kita sudah berbakti pada orang
tua.
- Menyusui anak hingga 2 tahun
- Mengajari kejujuran
- Mengajari anak sholat, karena sholat adalah tiang agama.
Bagaimana agar anak terbiasa menjalankan sholat:
o Doakan anak (surat Ibrahim 20-21)
o Membiasakan untuk sholat berjamaah, anak yang sudah besar menjadi imam.
o Wudhu dan sholat diajarkan sejak umur 7 tahun.
o Menyempurnakan sholat dengan rawatib. Bukan sekedar sholat saja, tapi diusahakan
juga berdzikir bersama, membaca Alquran bersama keluarga.
- Melatih anak untuk sabar dalam menghadapi musibah. Tugas seorang ibu, membantu anak bisa
sabar. Contoh kecil; jika anak kehilangan mainan, ajarkan anak untuk bersabar, dan jelaskan.
- Mengajari anak agar tidak sombong.
- Mengajarkan anak kesederhanaan dan melunakkan suara pada saat berbicara pada anak.
Dalam surat Al Kahfi ayat 10, terdapat do’a untuk menenangkan hati dan terlepas dari kesulitan.
Tanya Jawab
-Hadist Ibnu Abbas yang menjelaskan untuk tidak menakut-nakuti anak, pada kenyataannya,
Bagaimana kalo anak sulit sekali diajak sholat seringkali orang tua menakuti dengan ancaman2?
Jika anak sudah baliqh, wajib untuk menjalankan sholat tidak apa2. Tapi akan menjadi baik, jika
anak dilatih untuk membiasakan diri melakukan sholat. Dan ibu jangan pernah bosan untuk
menasehati anak.
Saya begitu tertarik untuk membuat ringkasan buku ini, karena subhanallah buku ini sangat istimewa;
komprehensif, mencakup semua aspek yang diperlukan anak; ilmiah, karena berdasarkan dalil-dalil yang
nyata, dan aplikatif, karena disertai contoh-contoh nyata dari kehidupan shalafus shalih. Sayang sekali
jika orang tua dan kalangan pendidik melewatkannya. Tentu saja akan lebih afdhol jika anda
membacanya langsung. Tetapi buat yang belum sempat, penting sekali menyimak ringkasannya terlebih
dahulu. Jadi, selamat menikmatinya…..
“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya. Hatinya masih
suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk
untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk
menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan
menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan
diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi
. Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.
Rasulullah SAW bersabda :“Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah.
Orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Rasulullah SAW telah meletakkan kaedah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh
dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.
Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di bahu orang
tua. Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda :
Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka (yang) bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang
keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-
tahrim:6)
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu solehah yang
memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar
utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena agamanya, kesholehan, ketakwaan dan
kepatuhannya kepada Allah.
“Rasulullah SAW bersabda :“Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat
yang baik (sholehah).!(dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan
mendidik anak dengan baik.
Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap
anak-anak mereka dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang unta
adalah wanita solehah dari kaum Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan
paling perhatian terhadap suami mereka.
Sabda Rsulullah SAW :“Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak,
atau untuk disedekahkan kepada orang miskin dan atau nafkah keluarga, pahalanya lebih besar
yang diberikan sebagai nafkah keluarga”(HR. muslim dari Abu Hurairah)
Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, sedekah apakah yang paling utama ?”.Rasulullah
menjawab : ”Jerih payahnya orang miskin dan mendahulukan(pemberian nafkah) kepada orang
yang menjadi tanggunganmu” (HR. Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .
“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah sedekah bagimu, makanan yang
kamu berikan kepada anak, isteri dan pembantumu juga sedekah bagimu.” (HR. Ahmad dengan
sanad baik)
“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka dia mati dalam keadaan
diampuni dosannya.”(HR. Ibnu Sakir dari Anas)
”Kenapa kamu tidak memperbanyakkan istigfar dan bersedekah?” Sabda Nabi, orang itu
melakukannya, akhirnya ia mendapat enam anak.
”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)
“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan
melapangkan segala kesempitan dada serta memberikan rezeki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad
dan Hakim dari Ibnu Abbas.
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yag mendoakan untuk orang tuanya”
(HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah SAW juga menerangkan bahawa setelah meninggal dunia, darjat si mati masih boleh
diangkat. Si mati merasa terkejut dan berkata :“Ya Allah apakah ini?” Maka akan dijawab, “Itu
(karena) anakmu selalu memintakan ampun untukmu"
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah
tempat kembali yang baik (syurga).” (QS. Ali Imran :14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (
Al-Kahfi:46)
“Dan hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah
terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan bersekutulah dengan
mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh
syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].”
(QS. Al-Isra’64)
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan
manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak
akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
”Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21)
[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah darjatnya sebagai
darjat bapa- bapa mereka, dan dikumpulkan dengan bapa-bapa mereka dalam syurga.
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan
kepada mereka dan orang-orang yang soleh di antara bapa-bapa mereka, dan isteri-isteri
mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mahu mengakui anak atau orang tuanya sendiri
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia,
Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak
saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.”(HR. Ahmad dan Thabrani
dari Ibnu Umar).
“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara,
tidak dibersihkan (dari kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mahu
mengakui orang tuanya dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mahu
mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari Muadz bin Anas)
Keteladanan
Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena
itu,Rasulullah SAW memerintahkan agar oranng tua bersikap jujur dan menjadi teladan
kepada anak-anak mereka. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa berkata kepada
anaknya, “Kemarilah!(nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong
(HR.Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut agar menjalankan segala perintah
Allah swt dan Sunah Rasul-Nya, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak
melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat besar.
Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak,
agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu
meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang
bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan : Saat berjalan-jalan atau di atas
kendaraan Waktu makan Ketika anak sedang sakit
“Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian “ (HR.
Muslim) “Orang yang bersikap adil akan (dimuliakan) di sisi Allah di atas mimbar-
mimbar yang terbuat dari cahaya, iaitu orang yang adil dalam hukumnya, (adil)
terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)
Membelikan mainan
Menceritakan kisah-kisah terutama kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dan Al-Hadist.
Berbicara langsung, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar berbicara dengan anak
secara langsung, lugas dan dengan bahasa yang jelas.
Berbicara sesuai dengan kemampuan akal anak
Berdialog dengan tenang
Metode praktis empiris
Dengan cara mendidik dan mengasah ketajaman indera anak.
Kebutuhan anak terhadap figure riil, Yakni Rasulullah SAW
Memotivasi anak
Memberi pujian
Dengan melatih anak melakukan praktik jual beli, mengajaknya ke pasar dan
membiarkannya membeli barang yang diinginkannya.
Dibanding semua mahluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah paling panjang.
Ini semua kehendak Allah, agar cukup waktu mempersiapkan diri menerima taklif
(kewajiban memikul syariat)
Bertahap dalam pengajaran