Anda di halaman 1dari 31

DIODE 4 LAYER

1.1 Dioda
1.1.1 Karakteristik Dioda
Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Dioda merupakan salah satu komponen elektronika yang termasuk
komponen aktif.
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah.
Penyearah digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-
balik. Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-
denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan
dalam rangkaian elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya
sangat luas. Ada beberapa macam rangkaian dioda, diantaranya : penyearah
setengah gelombang (Half-Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full-
Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (Clamper)
maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier). Di bawah ini merupakan
gambar yang melambangkan dioda penyearah.
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga
komponen turunan lainnya yang unik. Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu
hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah
sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe
P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Bahan tipe-p menjadi sisi anode
sedangkan bahan tipe-n menjadi katoda. Lambang dioda seperti anak panah
yang arahnya dari sisi P ke sisi N. Hal ini dikarenakan pada arus konvensional
mudah mengalir dari sisi P ke sisi N.

Gambar 1.1 Simbol dan struktur dioda


Dalam pendekatan dioda ideal, dioda dianggap sebagai sebuah saklar
tertutup jika diberi bias forward (maju) dan sebagai saklar terbuka jika diberi bias
reverse (balik). Artinya secara ideal, dioda berlaku seperti konduktor sempurna
(tegangan nol) jika dibias forward dan seperti isolator sempurna (arus nol) saat
dibias reverse.
Untuk pendekatan kedua, dibutuhkan tegangan sebesar 0,7 V sebelum
dioda silikon konduksi dengan baik. Dioda dapat digambarkan sebagai suatu
saklar yang diseri dengan tegangan penghambat 0,7 V. Apabila tegangan
sumber lebih besar dari 0,7 V maka saklar akan tertutup. Sebaliknya apabila
tegangan sumber lebih kecil dari 0,7 V maka saklar akan terbuka.
Dalam pendekatan ketiga akan diperhitungkan hambatan bulk (RB).
Rangkaian ekivalen untuk pendekatan ketiga ini adalah sebuah saklar yang
terhubung seri dengan tegangan 0,7 V dan hambatan RB. Saat tegangan dioda
lebih besar dari 0,7 V maka dioda akan menghantar dan tegangan akan naik
secara linier dengan kenaikan arus. Semakin besar arus, akan semakin besar
tegangan dioda karena tegangan ada yang jatuh menyebrangi hambatan bulk.
1.1.2 Dioda Pertemuan P-N
Suatu pertemuan pn adalah kristal tunggal semikonduktor yang pada
satu sisinya mendapat penyuntikan atom akseptor dan pada sisi yang lain
mendapat penyuntikan atom donor. Pertemuan pn merupakan blok bangunan
dasar (basic building block) bagi piranti semikonduktor. Diode pertemuan pn
merupakan pertemuan pn yang pada kedua sisinya dilekatkan logam
(metalurgical bond) sehingga terdapat dua ujung logam yang merupakan
terminal atau elektrode, yakni anode pada sisi p dan katode pada sisi n.

Pada pertemuan P-N terbuka atom-atom yang mengandung hole dapat


digambarkan sebagai ion-ion negative karena kekurangan elektron, dan atom-
atom yang kelebihan elektron sebagai ion positif. Ion-ion akseptor adalah ion-ion
negatif dan ion-ion donor adalah ion-ion positif.

Gambar 1.2 Pertemuan P-N terbuka

Lapisan pengosongan saat keadaan pertemuan P-N terbuka dimana saat


p dan n dipertemukan, terjadi difusi elektron ke arah p dan difusi hole ke arah n,
menimbulkan arus difusi kekanan. Kemudian terjadi recombination
(penggabungan) disekitar bidang pertemuan sehingga elektron dan hole lenyap.
Di sekitar bidang pertemuan tak terdapat pembawa muatan, disebut daerah
pengosongan (depletion region)
Tegangan penghalang terjadi ketika lenyapnya elektron meninggalkan ion
donor (+), dan lenyapnya hole meninggalkan ion akseptor (-). Adanya ion positif
dan negatif menyebabkan adanya medan listrik sehingga ada tegangan, disebut
tegangan kontak atau tegangan penghalang (barrier potensial), menimbulkan
arus drift ke kiri. Karena pertemuan pn ini terbuka, maka ada kesetimbangan
antara arus drift dengan arus difusi
Berdasarkan cara merangkainya terhadap sumber tegangan, dioda P-N
dapat dibagi menjadi dua yaitu dioda PN dalam keadaan bias maju (forward
biased) dan dioda PN dalam keadaan bias mundur (reverse bias).
Suatu dioda dapat dikatakan dalam keadaan bias maju (forward biased)
ketika pusat sumber positif dihubungkan dengan anoda (bahan tipe p)
sedangkan pusat sumber negatif dihubungkan dengan katoda (bahan tipe n).
Dengan kata lain potensial anoda lebih besar dibandingkan potensial di katoda.

Gambar 1.3 Diode dengan forward biased (bias maju)

Baterai mendorong lubang-lubang dan elektron-elektron bebas menuju


sambungan. Jika tegangan baterai lebih kecil dibandingkan hambatan potensial,
elektron bebas tidak mempunyai cukup energi untuk melintasi lapisan deplesi
(daerah hampa muatan). Ketika mereka masuk lapisan deplesi, ion-ion tersebut
akan mendorongnya kembali menuju daerah n, oleh karena itu, tidak ada arus
yang melintasi dioda.
Ketika sumber tegangan dc lebih besar dibandingkan dengan hambatan
potensial. Baterai mendorong kembali lubang-lubang dan elektron-elektron
bebas menuju ke sambungan. Pada saat tersebut elektron bebas mempunyai
cukup energi untuk melintasi lapisan deplesi dan bergabung dengan lubang-
lubang. Dengan kata lain elektron bebas menjadi sebuah elektron valensi.
Sebagai elektron valensi, elektron tersebut terus berjalan ke kiri melalui satu
lubang selanjutnya ia sampai ke ujung kiri dioda. Ketika elektron tersebut
meninggalkan ujung kiri dioda, lubang baru muncul dan proses tersebut berulang
kembali. Karena terdapat miliaran elektron yang mengalami perjalanan yang
sama, maka arus akan terus-menerus melintasi dioda.
Sekali potensial (lapisan deplesi) ini terlewati, resistansi dari dioda turun
ke suatu nilai yang amat rendah dan kenaikan yang sangat kecil pada tegangan
catu mengakibatkan suatu arus yang amat besar pada dioda. Dimana arus
mengalir dengan mudah dalam bias maju dioda. Sepanjang penerapan tegangan
lebih besar dibandingkan tegangan potensial, maka akan terjadi arus kuat secara
terus-menerus dalam sirkuit.
Dalam daerah maju, tegangan pada saat arus mulai naik secara cepat
disebut sebagai tegangan kaki (tegangan ambang) dari dioda. Tegangan ini
sama dengan tegangan penghalang. Analisis rangkaian dioda biasanya
menentukan apakah tegangan dioda lebih besar atau lebih kecil dari tegangan
kaki. Apabila lebih besar, maka dioda akan menghantar dengan mudah. Jika
lebih kecil, maka dioda tidak menghantar dengan baik. Tegangan kaki untuk
dioda silikon:
VK ≈ 0,7 V

Untuk itu, terlebih dahulu diatasi tegangan ambang 0,7 V sebelum dioda
dapat menghantar. Penting untuk diperhatikan bahwa tegangan ambang hampir
tidak tergantung pada arus, berlawanan dengan tegangan pada resistor. Jadi,
semikonduktor tidak mengikuti hukum Ohm. Untuk mengukur tegangan ambang
dapat digunakan rangkaian pembagi tegangan. Dioda pembagi tegangan
merupakan sumber tegangan yang sangat stabil.

Sedangkan suatu dioda dikatakan dalam keadaan bias mundur (reserve


biased) ketika ketika pusat sumber positif dihubungkan dengan katoda (bahan
tipe n) sedangkan pusat sumber negatif dihubungkan dengan anoda (bahan tipe
p). Dengan kata lain potensial katoda lebih besar dibandingkan potensial di
anoda.
Gambar 1.4 Diode dengan reserve biased (bias mundur)

Ketika bias mundur dilakukan ke suatu pertemuan P-N, tegangan bias


mundur menambah lapisan deplesi. Akibatnya jumlah pembawa muatan gerak di
dalam daerah hubungan dikosongkan lebih lanjut, sehingga menambah lebar
daerah pengosongan, yang berarti kedua daerah dari dioda tetap terisolasi satu
dengan lainnya.
Perluasan daerah lapisan deplesi adalah proporsional dengan tegangan
reverse. Karena tegangan reverse meningkat, lapisan deplesi bertambah lebar.
Setelah lapisan deplesi stabil, ada sebuah arus kecil berada pada reverse
bias. Mengulang kembali bahwa energi panas secara terus-menerus
menciptakan sepasang elektron-elektron dan lubang-lubang. Hal ini berarti
bahwa sedikit pembawa minoritas berada pada kedua sisi sambungan. Sebagian
besar bergabung dengan pembawa mayoritas. Tetapi yang berada di dalam
lapisan deplesi berada lebih lama untuk melintasi sambungan. Ketika hal ini
terjadi, sebuah arus yang kecil mengalir dalam rangkaian luar.
Asumsikan bahwa energi panas menciptakan sebuah elektron bebas dan
lubang di dekat sambungan. Lapisan deplesi mendorong elektron bebas ke
kanan dan memaksa satu elektron meninggalkan ujung kanan kristal. Lubang
pada lapisan deplesi didorong ke kiri. Lubang extra pada sisi p membiarkan satu
elektron memasuki ujung kiri kristal dan jatuh kedalam lubang. Karena energi
panas terus-menerus mengasilkan sepasang elektron lubang di dalam lapisan
deplesi, sebuah arus kecil secara terus-menerus mengalir dalam rangkaian luar.
Arus reverse disebabkan oleh panas yang menghasilkan minoritas
disebut juga sebagai arus jenuh. Persamaannya, arus jenuh disimbolkan dengan
dengan IS (dimana S adalah saturation). Nama saturation berarti tidak dapat
mendapatkan arus pembawa minoritas lebih banyak daripada diproduksi oleh
energi panas. Dengan kata lain, kenaikan tegangan reverse tidak akan
menaikkan jumlah sifat panas yang menciptakan pembawa minoritas.
Di samping sifat thermal memproduksi arus pembawa minoritas, ada arus
lain yang berada dalam sebuah dioda bias balik yaitu arus permukaan bocor
yang merupakan arus kecil yang mengalir pada permukaan kristal.
Nilai arus bocor dalam dioda sinyal normalnya adalah beberapa puluh
atau ratus nanoamper (1nA = 10-9 A), dan mungkin beberapa miliamper dalam
dioda daya. Arus bocor lebih disebabkan oleh arus intrinsik yang timbul dari
pasangan-pasangan hole-elektron secara termal di dalam daerah pengosongan.
Sebagai tambahan terhadap arus ini, sejumlah kecil arus bocor disebabkan oleh
kebocoran pada permukaan dioda. Nilai arus bocor tetap cukup konstan sampai
tegangan kerja mundur dari dioda
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan besarnya arus yang
mengalir pada setiap keadaan dioda.

Gambar 1.5 Grafik arus dioda

Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa dioda hanya dapat


mengalirkan arus satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja
dioda sudah menjadi konduktor. Tidak serta merta di atas 0 volt, tetapi memang
tegangan beberapa volt di atas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan
karena adanya dinding deplesi (depletion layer). Untuk dioda yang terbuat dari
bahan Silikon tegangan konduksi adalah di atas 0.7 volt. Kira-kira 0.3 volt batas
minimum untuk dioda yang terbuat dari bahan Germanium.
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi.

1.1.3 Diode Kristal


Diode kristal merupakan diode yang terbuat dari penggabungan atom yang
menjadi suatu kristal. Diode kristal ini terdiri dari 2 jenis yaitu diode silikon (Si)
dan diode germanium (Ge). Berikut penjelasan dari masing-masing jenis diode
tersebut.

1.1.3.1 Diode Silikon (Si)


Sebuah atom silikon terisolasi mempunyai 14 proton dan 14 elektron.
Orbit yang pertama mengandung dua elektron dan orbit yang kedua mempunyai
delapan elektron. empat elektron yang tersisa terdapat dalam orbit valensi.
Pada saat diode silikon ini dibias maju, agar arus dapat mengalir maka
tegangan harus sebesar 0,7 Volt. Apabila tidak mencapai tegangan minimal
tersebut, arus yang datang dari anoda tidak akan mengalir ke katoda. Apabila
tegangan tersebut sudah mencapai tegangan minimal, maka arus akan naik
dengan cepat. Dimana pada kurva terlihat,

I (arus)

V(tegangan)
0,7 V

Gambar 1.6 Kurva karakteristik diode silikon (Si)

Dari kurva diatas tampak bahwa saat tegangan mencapai 0,7 Volt, maka
arus akan naik dengan cepat.

1.1.3.2 Diode Germanium (Ge)


Germanium adalah salah satu dari sebuah semikonduktor. Ia mempunyai
empat elektron dalam orbit valensi. Beberapa tahun yang lalu germanium adalah
satu-satunya bahan yang cocok untuk membuat peralatan semikonduktor. Tetapi
peralatan germanium mempunyai sebuah kekurangan yang fatal yaitu arus balik
yang sangat besar dimana insinyur tidak dapat mengatasinya. Akhirnya
semikonduktor lain dinamakan silikon menjadi sesuatu yang dipakai dan
membuat germanium menjadi usang dalam sebagian besar pemakian elektronik.
Untuk jenis diode germanium (Ge), arus akan dilewatkan apabila tegangan harus
mencapai tegangan 0,3 Volt. Jadi, pada prinsipnya sama seperti diode silikon,
apabila tegangan belum mencapai 0,3 Volt maka arus tidak akan dilewatkan. Jika
tegangannya sudah mencapai tegangan minimal sebesar 0,3 Volt, maka arus
sudah dapat dilewatkan.

I (arus)

V(tegangan)
0,3 V

Gambar 1.7 Kurva karakteristik diode germanium (Ge)

Dari kurva diatas tampak bahwa saat tegangan mencapai 0,7 Volt, maka
arus akan naik dengan cepat.

1.1.4 Dioda Zener


Dioda zener merupakan satu jenis dioda khusus yang juga bisa
mengalirkan arus ke arah sebaliknya. Berikut ini merupakan lambang dioda
zener

Gambar 1.8 Lambang dioda zener

Diode zener dibuat khusus untuk dioperasikan pada breakdown area.


Daerah ini yang pada diode lazimnya ditemukan pada tegangan balik ratusan
volt, pada diode zener diatur pada nilai 2 V sampai dengan 200 V. Breakdown
area serendah itu didapatkan dengan cara mengatur level pengotor pada
material ekstrinsik. Pemberian tegangan balik melampaui tegangan breakdown
diode zener akan menjadikan diode tersebut berperilaku sebagai sumber
tegangan konstan.
Pada umumnya tidak ada perbedaan sruktur dasar dari zener, melainkan
mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak
pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat
tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown pada tegangan
ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Di
datasheet ada zener yang memiliki tegangan Vz sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan
sebagainya
Tegangan zener Vz adalah tegangan reverse di mana terjadi
breakdown. Bila tegangan reverse VD kurang dari VZ tahanan zener diode di
sekitar 1 megaohm atau lebih. Bila VD naik sedikit saja di atas Vz arus reverse
akan naik dengan cepat, oleh karena itu di dalam permakaian zener diode selalu
digunakan suatu tahanan seri untuk mencegah terjadinva arus yang berlebihan.
Bila tegangan reverse dihubungkan pada PN-junction, lebar depletion
layer akan bertambah karena elektron dan hole tertolak dari junction. Lebar
depletion layer tergantung dari kadar doping, bila digunakan silicon dengan
doping tinggi akan dihasilkan depletion layer yang tipis. Sehingga bila
tegangan reverse dihubungkan akan menimbulkan medan listrik yang kuat di
dalam dioda dan jika tegangan reverse mencapai tegangan zener Vz maka medan
listrik yang dibangkitkan demikian kuatnya sehingga sejunilah besar elektron
akan terlepas dan daya tarik intinya diikuti dengan kenaikan arus reverse
secara mendadak. Peristiwa inilah yang disebut dengan Zener breakdown.
Jadi zener diode sebenarnya adalah PN junction dengan doping tinggi
hingga menghasilkan depletion layer tipis; biasanya zener breakdown terjadi di
bawah tegangan 5 volt dan masih tergantung pada temperatur. Di bawah
pengaruh medan listrik yang kuat, atom-atom lebih mudah melepaskan
elektronnya menjadi ion-ion bila temperatumya naik. Jadi Vz turun bila
temperatur zener diode naik.
PN junction diode yang dibuat dengan doping rendah depletion layernya
lebih lebar. Medan listrik harus lebih kuat untuk menghasilkan zener
breakdown. Tetapi sebelum zener breakdown terjadi elektron-elektron minority
carriers sudah akan memperoleh tenaga kinetik demikian besarnya hingga pada
saat menabrak atom akan menimbulkan ionisasi yang menimbulkan elektron
baru. Elektron-elektron baru akan ikut bergerak akibatnya tabrakan akan
berlangsung secara berantai sehingga makin banyak elektron yang dihasilkan
dan arus reverse naik dengan cepat. Peristiwa semacam ini disebut avalanche
breakdown. Bila temperatur dioda naik laju gerakan elektron dalam depletion
layer menurun sehingga diperlukan tegangan yang lebih besar untuk
memberikan kecepatan yang cukup bagi elektron-elektron.
Jadi kita mengenal zener breakdown yaitu ionisasi karena kekuatan medan
listrik dan avalanche breakdown yaitu ionisasi karena tabrakan. Yang
pertama terjadi pada bahan dengan tahanan jenis rendah (doping tinggi) yang
dipisahkan oleh depletion layer tipis yaitu untuk Vz di bawah 5 volt. Yang kedua
terjadi pada bahan dengan tahanan jenis tinggi (doping rendah) yang
dipisahkan oleh depletion layer lebar untuk Vz di atas 5 volt. Meskipun
demikian dalam prakteknya kedua type di atas tetap dinamakan zener diode.
Karena alasan inilah maka zener diode dibuat dari silikon.

1.1.5 LED
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen
yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain
setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan
ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan
energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika
mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor,
doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang
berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Berikut simbol LED
dalam skema rangkaian.

Anoda Katoda

Gambar 1.9 Simbol LED dalam skema rangkaian

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah,
kuning dan hijau. LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua
warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.
Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus
maksimum dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga
bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.

1.1.6 Diode Penyearah Setengah Gelombang


Diode meneruskan arah pada keadaan bias maju dan memblokir arus
pada keadaan bias mundur merupakan ide dasar bagi perangkaian rangkaian
penyearah. Seperti diketahui, arus maupun tegangan listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik maupun yang dibangkitkan oleh generator pada
umumnya adalah arus bolak-balik (alternating current). Diode dapat
dimanfaatkan sebagai penyearah. Sumber arus searah merupakan catu daya
bagi sebagian besar perangkat elektronika.

Gambar 1.10 Penyearah setengah gelombang

Berdasarkan rangkaian penyearah setengah gelombang diatas, dimana


sumber masukan sinusoida dihubungkan dengan beban resistor melalui sebuah
diode. Untuk sementara dianggap keadaan ideal, dimana hambatan masukan
sinusoida sama dengan nol dan diode dalam keadaan hubung singkat saat bias
maju dan keadaan hubung terbuka saat bias mundur. Besarnya keluaran akan
mengikuti masukan saat masukan berada di atas “tanah” dan berharga nol saat
masukan di bawah “tanah” seperti diperlihatkan pada gambar 2. b. Jika diambil
harga rata-rata bentuk gelombang keluaran ini untuk beberapa periode, hasilnya
akan positif atau dengan kata lain keluaran mempunyai komponen DC. Dapat
dilihat pula terdapat komponen AC pada keluaran. Pengurangan komponen AC
pada keluaran dapat dilakukan jika dapat diusahakan keluaran positif yang lebih
besar, tidak hanya 50%.
Penyearah setengah gelombang dalam rangkaian diatas dapat
dirangkaikan pila dengan kapasitor seperti rangkaian dibawah ini
Gambar 1.11 Penyearah setengah gelombang dengan kapasitor

Penyearah setengah gelombang dapat pula dirangkaikan dengan bridge


dioda seperti rangkaian dibawah ini

Gambar 1.12 Penyearah setengah gelombang dengan bridge dioda

1.1.7 Diode Penyearah Gelombang Penuh


Penyearah gelombang penuh meneruskan seluruh siklus gelombang
sinus ke resistor beban dengan terlebih dahulu membalik polaritas setengah
gelombang sisi negatifnya
Terdapat cara yang sangat sederhana untuk meningkatkan kuantitas
keluaran positip menjadi sama dengan masukan (100%). Ini dapat dilakukan
dengan menambah satu diode pada rangkaian. Pada saat masukan berharga
negatif maka salah satu dari diode akan dalam keadaan bias maju sehingga
memberikan keluaran positif. Karena keluaran berharga positif pada satu periode
penuh, maka rangkaian ini disebut penyearah gelombang penuh. Pada
rangkaian dibawah terlihat bahwa anode pada masing-masing diode
dihubungkan dengan ujung-ujung rangkaian sekunder dari transformer.
Sedangkan katode masing- masing diode dihubungkan pada titik positif keluaran.
Beban dari penyearah dihubungkan antara titik katode dan titik center-tap (CT)
yang dalam hal ini digunakan sebagai referensi atau “tanah”.
Gambar 1.13 Penyearah gelombang penuh

Mekanisme terjadinya konduksi pada masing-masing diode tergantung


pada polaritas tegangan yang terjadi pada masukan. Keadaan positif atau negatif
dari masukan didasarkan pada referensi CT. Tampak bahwa pada setengah
periode pertama misalnya, v1 berharga positif dan v2 berharga negatif, ini
menyebabkan D1 berkonduksi (bias maju) dan D2 tidak berkonduksi (bias
mundur). Pada setengah periode ini arus D1 i mengalir dan menghasilkan
keluaran yang akan nampak pada hambatan beban. Pada setengah periode
berikutnya, v2 berharga positif dan v1 berharga negatif, menyebabkan D2
berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi. Pada setengah periode ini mengalir arus
D2 i dan menghasilkan keluaran yang akan nampak pada hambatan beban.
Dengan demikian selama satu periode penuh hambatan beban akan dilewati
arus D1 i dan D2 i secara bergantian dan menghasilkan tegangan keluaran DC.

Gambar 1.14 Keluaran penyearah gelombang penuh

Penyearah setengah gelombang dapat pula dirangkaikan dengan bridge


dioda seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.15 Penyearah gelombang penuh dengan bridge dioda

Penyearah gelombang penuh model jembatan memerlukan empat buah diode.


Dua diode akan berkondusi saat isyarat positif dan dua diode akan berkonduksi
saat isyarat negatif.,Untuk model penyearah jembatan ini kita tidak memerlukan
transformator,yang memiliki center-tap.,Seperti ditunjukkan pada gambar 8.4,
bagian masukan AC dihubungkan pada,sambungan D1-D2 dan yang lainnya
pada D3-D4. Katode D1 dan D3 dihubungkan, dengan keluaran positif dan
anode D2 dan D4 dihubungkan dengan keluaran negative (tanah). Misalkan
masukan AC pada titik A berharga positif dan B berharga negatif, maka diode D1
akan berpanjar maju dan D2 akan berpanjar mundur. Pada sambungan bawah
D4 berpanjar maju dan D3 berpanjar mundur. Pada keadaan ini elektron akan
mengalir dari titik B melalui D4 ke beban, melalaui D1 dan kembali ke titik A.
Pada setengah periode berikutnya titik A menjadi negatif dan titik B menjadi
positif. Pada kondisi ini D2 dan D3 akan berpanjar maju sedangkan D1 dan D4
akan berpanjar mundur. Aliran arus dimulai dari titik A melalui D2, ke beban,
melalui D3 dan kembali ke titik B. Perlu dicatat di sini bahwa apapun polaritas titik
A atau B, arus yang mengalir ke beban tetap pada arah yang sama.

1.1.8 Aplikasi Dioda


Dioda banyak diaplikasikan pada rangkaian penyerah arus (rectifier)
power suplai atau konverter AC ke DC. Di perdagangan banyak ditemukan dioda
seperti 1N4001, 1N4007 dan lain-lain. Masing-masing tipe berbeda tergantung
dari arus maksimum dan juga tegangan breakdwon-nya.   Zener banyak
digunakan untuk aplikasi regulator tegangan (voltage regulator). Zener yang ada
dipasaran tentu saja banyak jenisnya tergantung dari tegangan breakdwon-nya.
Di dalam datasheet biasanya spesifikasi ini disebut Vz (zener voltage) lengkap
dengan toleransinya, dan juga kemampuan dissipasi daya.
Gambar 1.16 LED array

LED sering dipakai sebagai indikator yang  masing-masing warna bisa


memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga bisa berarti lain.
LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi display yang besar. Dikenal juga
LED dalam bentuk 7 segment atau ada juga yang 14 segment. Biasanya
digunakan untuk menampilkan angka numerik dan alphabet. 

1.2 Daftar Referensi Buku.

Richard Blocher. 2003. Dasar Elektronika. Andi: Yogyakarta.


Malvino,A.P. 1987. Prinsip-Prinsip Elektronika. Erlangga: _ _ _.
Millmann, Jacob. 1986. Mikroelektronika, Sistem Digital dan
Rangkaian Analog.Erlangga:_ _ _.
http://elka.brawijaya.ac.id/praktikum/de/de.php?page=2
http://id.wikipedia.org/wiki/Dioda
SCR, DIAC, TRIAC

2.1 SCR (Silicon Controlled Rectifier)

2.1.1 Karakteristik SCR

Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR
berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis
dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien
dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.

Gambar 2.17 SCR

Silicon Controlled Rectifier disingkat SCR dirancang untuk mengendalikan


daya ac hingga 10 MW dengan rating arus sebesar 2000 amper pada tegangan
1800 volt dan frekuensi kerjanya dapat mencapai 50 kHz. Tahanan konduk
dinamis suatu SCR sekitar 0,01 sampai 0,1 ohm sedangkan tahanan reversenya
sekitar 100.000 ohm atau lebih besar lagi.

SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan


tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung
pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on,
meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR
tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi
pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on
bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan
mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor
yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu
arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya
diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan ketika
sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan
berhenti saat siklus negatif terjadi.

2.1.2 SCR Kondisi ON dan OFF

SCR dapat dihidupkan dengan arus penyulut singkat melalui terminal


Gate, dimana arus gate ini akan mengalir melalui junction antara gate dan
kathoda dan keluar dari kathodanya. Arus gate ini harus positip besarnya sekitar
0,1 sampai 35 mA sedangkan tegangan antara gate dan kathodanya biasanya
0,7 volt.
Jika arus anoka ke kathoda turun dibawah nilai minimum (Holding Current =
IHO), maka SCR akan segera mati (Off). Untuk SCR yang berkemampuan daya
sedang, besar IHO sekitar 10 mA. Tegangan maksimum arah maju (UBRF) akan
terjadi jika gate dalam keadaan terbuka atau IGO = 0. Jika arus gate diperbesar
dari IGO, misal IG1, maka tegangan majunya akan lebih rendah lagi. Untuk
kondisi ON pada SCR dengan arus searah tidak diperlukan proses penghidupan
terus-menerus namun pada arus bolak-balik harus dilakukan secara terus
menerus
Untuk mengerti lebih jauh tentang cara kerja dari SCR bisa diterangkan
dengan sebuah rangkaian elektronik persegi sebagai berikut:

Gambar 2.18 Struktur SCR dan rangkaiannya

Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan ,plus (+) dan


minus(-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G) ,kedua transisitor
dalam keadaaan cut off.
Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat pendek) ke gate
menyebabkan transistor Q2 terhubung.Penghubungan ini menciptakan aliran
arus yang pokok untuk transisitor Q1.Arus ini terhubung dan menyebabkan aliran
yang rata ke base Q2.Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan
terhubung,yang mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan terhubung
walaupun pulsa dalam gate dalam keadaan berhenti.

Tipe dari penekanan tombol ini disebut penekanan regeneratif termasuk


umpan balik positif. Berikut ini merupakan karakteristik dari kurva I-V pada SCR

Gambar 2.19 Karakteristik kurva I-V SCR

Pada gambar tertera tegangan breakover V , yang jika tegangan


bo
forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah
arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada
gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan
breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi
I (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus I yaitu arus
GT h
holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka
arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.

Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi


ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya
akan ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya
cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-
katoda turun di bawah arus I (holding current). Pada gambar-5 kurva I-V SCR,
h
jika arus forward berada dibawah titik I , maka SCR kembali pada keadaan OFF.
h
Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan
menurunkan tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor
pada umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih
banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR bisa OFF
pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
SCR merupakan thyristor yang terkenal dan paling tua. Komponen ini
tersedia dalam raing 0,25 hingga ratusan ampere serta rating tegangan hingga
5000 volt.

Komponen SCR dirancang untuk brek-over tegangan yang tinggi(dalam


hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar dari 400 V.

Di tegangan depan SCR bisa breaks-over dalam satu dari tiga kasus berikut:

a. Tegangan di dalam ini lebih besar dari VH (Holding Voltage) dan arus
pulsa yang tetap diterima di gate.
b. Ketika tegangan diantara anoda dan katoda kenaikan setinggi break-over
depan VB (Break-over Voltage). Dalam keadaan ini, hambatan aliran
tetap berhembus dalam transistor Q1, yang menyebabkan hubungan Q2
dan dengan demikian meningkatkan hubungan untuk Q1 sampai kedua
transistor terhubung. Hal ini biasanya bukan hubungan yang diinginkan,
dengan demikian SCR diprogram untuk VB yang sangat tinggi (lebih dari
400 V).
c. Perubahan yang sangat cepat dari tegangan dari V AK (tegangan diantara
anoda dan katoda), walaupun jika VAK lebih kecil dari VB. Untuk
menghindari situasi ini kapasitor kadangkala ditambahkan dalam pararel
ke SCR yang dijelaskan pada contoh berikut:
Gambar 2.20 Kapasitor Dipasang Pararel dengan SCR

Kapasitor mencegah peningkatan yang sangat cepat dari tegangan dari


VAK. Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkab SCR ON.

2.1.3 Pengujian SCR

Kondisi SCR dapat diuji dengan menggunakan sebuah ohmmeter seperti


layaknya dioda, namun dikarenakan konstruksinya pengujian SCR ini harus
dibantu dengan penyulutan kaki gate dengan pulsa positip. Jadi dengan
menghubung singkat kaki anoda dengan gate, kemudian diberikan sumber
positip dari meter secara bersama dan katoda diberi sumber negatipnya, maka
akan tampak gerakan jarum ohmmeter yang menuju nilai rendah penunjukkan
ohm dan kondisi ini menyatakan SCR masih layak digunakan. Sedangkan jika
penunjukkan jarum menunjuk pada nilai resistansi yang tinggi, maka dikatakan
kondisi SCR menyumbat atau rusak.
SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien
dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi
karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada
spesifik dan tipe dari SCR tersebut.
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian

SCR banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan sebagai


berikut:

a. Tidak bisa dilalui arus balik.


b. Pemeliharaan yang mudah.
c. Kebutuhan ruang yang kecil.
d. Waktu deonization yang singkat.
e. Tidak memerlukan fasilitas degassing (kemerosotan).
f. Tidak memerlukan katup bypass.
Keuntungan utama dari SCR adalah penekanan tombol yang sangat
pendek berdasarkan penekanan tombol yang regeneratif. Ini mengurangi
penurunan tegangan di dalam ini dan mengijinkan produksi komponen SCR,
yang bisa menahan arus yang sangat besar (100 ampere). Sebuah transistor
bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama. Keuntungan dari
transistor adalah pematian dilakukan dengan sederhana yaitu menghentikan
arus di base.

Keburukan dari SCR adalah pada saat pematian. Pematian dari SCR
hanya ada satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping
arus yang utama. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan
selama penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun
dalam, dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol untuk
arus yang besar.

2.1.5 Jenis SCR

Berikut ini merupakan beberapa jenis dari Silicon Controlled Rectifier


yang umum digunakan

a. LASCR (Light Activated SCR) adalah jenis SCR yang apabila terkena
sinar matahari (cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan elektron-
elektron valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari orbit-orbitnya
dan akan menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini
mengalir keluar dari kolektor, maka elektron-elektron ini akan memasuki
basis transistor, sehingga proses regenerasi akan berlangsung sampai
LASCR menjadi tertutup.
b. SCS (Silicon Controlled Switch) adalah jenis SCR yang identik dengan
saklar penahan, SCS menyediakan saluran kepada kedua basisnya. Satu
picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu basis tersebut
akan menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila diberi prategangan balik
maka akan membuka piranti saklar.
c. GCS (Gate-Controlled Switch) adalah saklar yang dirancang untuk dibuka
dengan cara yang mudah, yaitu dengan picu prategangan balik. Untuk
GCS, penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan
dengan picu negatif ( dengan pemutusan arus rendah )

2.2 DIAC

Istilah diac diambil dari Dioda AC yang merupakan salah satu dari
keluarga thyristor dan termasuk dalam jenis Bidirectional Thyristor. Diac
mempunyai dua buah elektroda atau terminal dan dapat menghantar dari kedua
arah oleh karenanya diac dianggap sebagai homo atau non-polar. Diac tersusun
dari empat lapis semikonduktor seperti dioda lapis empat.

DIAC adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. Ini dirancang (di posisi
ke yang lain) untuk dihidupkan oleh tegangan yang lebih besar dari V B –
nya.Tegangan VB sangatlah kecil. Ada perbedaan diac dengan V B tegangan
berkisar antara +- 10 V sampai 15 V.

Diac mempunyai impedansi yang tinggi dalam dua arah,guna mencapai


titik konduknya diperlukan tegangan antara 28 sampai 36 volt. Jika tegangan
diberikan pada diac menyamai atau melebihi tegangan konduknya, maka salah
satu saklar akan menutup, demikian sebaliknya untuk kondisi yang sama salah
satu saklarnya juga akan menutup. Berikut merupakan lambang dari diac dalam
suatu rangkaian.

Gambar 2.21 Struktur dan simbol DIAC


DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada
transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.

Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga thyristor,


semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.
Hubungan hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga dengan
demikian
Diac hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini dapat bekerja
pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah, seperti
thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron. Diac banyak di
gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali, penyaklaran, dan pemicu. Diac
digunakan tersndiri atau digabungkan dengan triac, transistor atau SCR.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada Gambar 4.12 (a). Dilihat secara
ideal ini sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar 4.12 (b). Diac tidak
akan menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan
breakover dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar
4.12 (d).

Gambar 2.22 Diac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan


ekuivalen. (c) Saklar penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke triac.
Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat digunakan
pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.
Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai
penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi
baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai V BO
kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.
Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan
dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan
tersebut diturunkan ke nol
DIAC sukar dilewati oleh arus dua arah. Hanya dengan tegangan
breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang
dihantarkan bisa dari anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik
DIAC sama seperti TRIAC. Adapun kurva karateristik dari DIAC sebagai berikut :

Gambar 2.23 Karakteristik DIAC

Karena homopolar, maka untuk menentukan kaki diac adalah sama saja
baik yang kiri maupun yang kanan. Bentuk fisiknya menyerupai dioda rectifier
dengan ciri-ciri seperti yang digambarkan ini.
Sistem pengkodeannya tergantung dari pabrik pembuatnya, sebagai
contoh Motorola mengeluarkan tipe 1N5758 sampai 1N5761 sedangka
PhilipsAustralia mengeluarkan tipe BR100.
Piranti Diac banyak digunakan sebagai pemicu rangkaian pengendali
daya, misalnya pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif
tinggi. Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar 4.9.
Gambar 2.24 Aplikasi DIAC pada dimmer lampu

Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 5 mA dan V GT = 0,7
volt. Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan V bo = 10 V,
maka dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan :
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 60,7 V
Berikut ini merupakan kurva V-t pada rangkaian dimmer

Gambar 2.25 Kurva V-t rangkaian Dimmer.

Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian


seri resistor dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R
digunakan untuk menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur menyala
redup dan terang, tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
2.3 TRIAC

Triac adalah tyristor dengan tiga pemicu, yang mengatur arus ke dua
arah. Ini sejenis dengan dua komponen SCR dihubungkan secara pararel dan
dalam hubungan dengan inverter. Triac dipersiapkan untuk mengendalikan daya
bolak-balik secara penuh dari 0o hingga 180o. Simbol Triac diperlihatkan seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.26 Simbol TRIAC pada rangkaian

Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang
arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi-directional. TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik,
sehingga dapat melewatkan arus dua arah.

Penggunaan Triac tidak seluas SCR karena arus yang dapat ditangani
jauh lebih kecil. Disamping itum SCR tersedia secara luas dalam jumlah yang
jauh lebih besar daripada Triac. Karena susunan internalnya, Triac memiliki
tegangan dan arus pemicu gerbang yang lebih tinggi dibandingkan dengan SCR.

Triac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,


penyaklaran, dan pemicu. Triac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
diac, transistor atau SCR. Daerah kerja triac meliputi jangkah yang lebar,
biasanya berada pada 100V sampai 600V dan 0,5 A sampai 40 A.
Gambar 2.27 Triac. (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan
ekuivalen. (c) Lambang rangkaian.

Karena lapisan p dan n dalam triac di susun secara seri, maka komponen
ini, seperti halnya dengan diac, tidak dapat melewatkan arus dari terminal 1 ke
terminal 2 dalam arah maju tetapi berperilaku sebagai dioda yang diberi
prategangan terbalik.
Pada saat tegangan di berikan pada komponen ini, misalnya dari sumber
tegangan pada jala jala, arus bocor yang mengalir sangat kecil. Ini di katakan
sebagai kondisi off triac. Apabila tegangan ini dinaikkan, maka akan di capai nilai
kritis (+VBO jika arahnya positif atau -VBO triac arahnya negatif). Pada hal ini akan
terjadi jebol bandangan dan arus besar akan mengalir yang di tentukan oleh
amplitudo arus negatif atau positif yang diberikan ke elektroda gerbang. Makin
tinggi elektroda ini, maka makin besar pula tegangan breakover-nya

Untuk kerja triac pada keadaan positif atau negatif, seperti halnya pada
tabung trinatron, sekali kondisi DC terbentuk pada triac, elektroda gerbangnya
tidak lagi memegang kendali lagi sampai tegangan dari terminal 1 ke terminal 2
diputuskan atau dikurangi sampai dengan nol.

Tidak seperti halnya diac, triac mempunyai terminal tertentu sehingga


tidak dapat dipertukarkan. Beberapa triac akan bekerja lebih dari biasanya jika di
berikan penyerap panas.
Triac dibangun dari 5 lapisan NPNPN. Triac adalah setara dengan dua
SCR yang dihubungkan paralel. Artinya TRIAC dapat menjadi saklar keduanya
secara langsung. TRIAC digolongkan menurut kemampuan pengontakan. TRIAC
tidak mempunyai kemampuan kuasa yang sangat tinggi untuk jenis SCR. Ada
dua jenis TRIAC, Low-Current dan Medium-Current.

Seperti halnya SCR, TRIAC juga merupakan piranti tiga terminal yang
digunakan untuk pengaturan daya. TRIAC oleh karenanya menyediakan control
gelombang-penuh dan menawarkan kinerja lebih unggul dalam aplikasi-aplikasi
control daya AC jika dibandingkan dengan thyristor yang hanya dapat
menyediakan control setengah-gelombang. Rangkaian penyulut untuk TRIAC
dapat pula berupa R maupun RC. Untuk mendapatkan pengaturan yang simetris,
maka digunakan DIAC.
Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan
mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt. Medium-Current
TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan mempunyai
maksimal tegangan hingga 1.000 volt.
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga
dapat melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC adalah seperti
gambar berikut

Gambar 2.28 Karakteristik TRIAC

Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter


seperti  Vbo, IGT, serta Ih, dan sebagainya. Umumnya parameter-parameter ini ada
dalam poaritas yang berbeda yaitu plus dan minus dan besar dari parameter ini
simetris antara yang plus dan yang minus. TRIAC banyak digunakan pada
pensaklaran elektronik dan Power control.
Triac digunakan untuk mengontrol tenaga di konsumen dengan
menggerakkan fase dengan rangkaian berikut (sirkuit ini dinamakan dimmer)

Gambar 2.29 Aplikasi TRIAC pada dimmer lampu

Sebelum menghidupkan Triac, sebuah arus yang sangat kecil mengalir


pada beban dan semua sumber tegangan turun ke RC filter dobel. Tegangan ini
dibagi dan bergerak di fase VC. Ketika VG melewati penghidupan tegangan, triac
hidup dan terhubung sampai ke input tegangan setengah lingkaran dan berhenti.
Ketika input tegangan turun menjadi 0V, triac mati dan prosedur penghidupannya
berulang di tegangan yang terbalik.

Gambar 2.30 Pembatasan tegangan pada TRIAC


Pembatasan dari potensiometer mengurangi kekuatan gelombang dalam
gerbang dan sudut penghidupan,dengan demikian mengurangi rata-rata arus di
konsumen. Penggunaan double filter memungkinkan lebih dari 100 .

Ketika power di konsumen diaktifkan oleh pokok di control, ini sangat sulit
untuk mencapai sudut penghidupan yang yang lebar. Alasan mengapa
penghidupan tegangan triac adalah rendah(kurang dari 1 V) adalah tegangan
pokok sangat tinggi.

2.4 Daftar Referensi Buku.

Richard Blocher. 2003. Dasar Elektronika. Andi: Yogyakarta.


Malvino,A.P. 1987. Prinsip-Prinsip Elektronika. Erlangga: _ _ _.
Millmann, Jacob. 1986. Mikroelektronika, Sistem Digital dan
Rangkaian Analog. Erlangga:_ __.
http://id.wikipedia.org/wiki/SCR
http://id.wikipedia.org/wiki/DIAC
http://id.wikipedia.org/wiki/TRIAC
http://elka.brawijaya.ac.id/praktikum/de/de.php?page=2

Anda mungkin juga menyukai