Anda di halaman 1dari 33

TUGAS

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

Di susun oleh :
Cipta komara ( 3331 081419)
JURUSAN TEKNIK MESIN - FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2010
PERTUKARAN PANAS
1-1 PENGERTIAN PERPINDAHAN PANAS
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga
terjadi karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas
dapat terjadi dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem.
Jadi pemberian atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperatur
atau fasa zat suatu benda secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari
bagian lain benda atau tempat lain. Peristiwa ini disebut perindahan panas.
Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam
beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian
ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panasjuga dapat dibawa oleh
partikel-partikel zat yang mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah
melalui pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas. Umumnya
perindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini.
Perpindahan panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui
konduksi. Cara kedua, perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui
radiasi.
Di sini kita menyelidiki peristiwa berlangsungnya perindahan panas itu.
Kalau kita menganggap perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi
dengan aliran listrik atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus
panas.
Kita definisikan arus panas ini sebagai jumlah tenaga panas per satuan
waktu atau daya panas melalui penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh
sebab itu arus panas rata-rata adalah

∆Q
H =
∆τ

dengan sebagai waktu perpindahan panas yang dipandang. Karena arus panas
∆τ

dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada setiap saat adalah
lim△τ→∞
H= ∆Q dQ
=
∆τ Dτ

Perindahan panas dapat kita ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh


karenanya perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau
perbedaan temperatur.
Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas dengan luar sistem,
akibat perpindahan
panas, Newton memberikan suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum
pendinginan atau pemanasan Newton.

1-2 HUKUM PENDINGINAN ATAU PEMANASAN NEWTON


Perubahan temperatur akibat pertukaran panas seperti pada kalorimeter
menurut Newton pada tahun 1701, adalah berbanding lurns dengan waktu. Bila
temperatur sistem lebih tinggi daripada tempeatur sekitarnya, maka akan terjadi
pendinginan pada sistem atau penurunan temperatur dan demikian pun sebaliknya.
Perbandingan ini dapat dijadikan persamaan dengan membubuhi suatu faktor
konstanta k, sehingga

dengan t dan tS. masing-masing merupakan temperatur sistem dan


temperatur sekitarnya. Tanda egatif menunjukkan terjadinya penurnnan
temperatur bila t > tS.. Karena perubahan temperatur ini dapat berbeda menurut
waktu, maka perubahan temperatur setiap saat adalah

atau dapat juga ditulis

sehingga setelah diintegrasikan diperoleh temperatur sistem setelah waktu ,


τ

sebesar

Jika temperatur pada waktu = 0 adalah to maka konstanta integrasi C


τ

dapat ditentukan, sehingga diperoleh

atau

Apabila perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya kecil maka dengan


sendirinya perubahan temperatur pada sistem adalah kecil juga karena perubahan
temperatur maksimum dari sistem adalah menyamai temperatur sekitarnya. Oleh

sebab itu dalam hal ini nampak dari (85) bahwa k akan kecil juga harganya.
τ
Untuk k « 1 dapat diadakan pendekatan dari (85) dengan menguraikan dulu ke
τ

dalam deret

Dengan mengabaikan faktor k dengan pangkat dua dan lebih, pendekatan ini
τ

menjadi

atau perubahan temperatur sistem selama waktu 't adalah kira-kira

Bagi to > ts terjadi pendinginan yakni penurunan temperatur sistem dan bagi
to< ts terjadi pemanasan atau kenaikan temperatur. Jadi untuk perbedaan
temperatur sistem dan sekitarnya yang kecil hubungan (87) dapat dipergunakan
sebagai suku koreksi. Suku koreksi ini dapat dipergunakan misalnya untuk
koreksi temperatur pada kalorimeter.

KONDUKSI PANAS
1-3 PENGERTIAN KONDUKSI PANAS
Tenaga panas dari suatu bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan
mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang bertemperatur lebih rendah.
Sebagai arus panas, perpindahan panas ini memenuhi definisi (82). Zat atau
partikel zat dari benda yang dilalui panas ini sendiri tidak mengalir sehingga
tenaga panas berpindah dari satu partikel ke lain partikel dan meneapai bagian
yang dituju. Perpindahan panas seeara ini disebut konduksi panas; arus panasnya
adalah arus panas konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat konduksi panas.
Konduksi panas ini bergantung kepada zat yang dilaluinyan dan juga kepada
distribusi temperatur dari bagian benda sedangkan, menurut penyelidikan,
selanjutnya juga bergantung sedikit banyak kepada temperatur itu sendiri.
Berlangsungnya konduksi panas melalui zat dapat diketahui oleh perubahan
temperatur yang terjadi.
Ditinjau dari sudut teori molukuler, yakni benda atau zat terdiri dari
molekul, pemberian panas pada zat menyebabkan molekul itu bergetar. Getaran
ini makin bertambah jika panas ditambah, sehingga tenaga panas berubah menjadi
tenaga getaran. Molekul yang bergetar ini tetap pada tempatnya tetapi getaran
yang lebih hebat ini akan menyebabkan getaran yang lebih keeil dari molekul di
sampingnya, bertambah getarannya, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya
getaran molekul pada bagian lain benda akan lebih hebat. Sebagai akibatnya,
temperatur pada bagian lain benda itu akan naik dan kita
lihat bahwa panas berpindah ke tempat lain. Jadi pada konduksi panas,
tenaga panas dipindahkan dari satu partikel zat ke partikel di sampingnya,
berturut-turut sampai meneapai bagian lain zat yang bertemperatur lebih rendah.
1-4 KONDUKSI PANAS PADA KEADAAN TETAP
Apabila temperatur dari suatu benda pada dua tempat adalah tetap dan
berlainan, maka akan terjadi konduksi panas. Konduksi panas demikian yakni
antara bagian dengan temperatur tetap disebut konduksi panas pada keadaan tetap.
Arus konduksi tentunya bergantung juga kepada distribusi temperatur tetap ini
pada benda itu, di samping bentuk benda itu sendiri.
Di sini kita akan melihat hanya hal-hal yang sederhana, yakni keadaan
dengan hanya dua temperatur tetap yang terletak simetris pada benda
bersangkutan. Pada keadaan seimbang, arus panas antara kedua tempeatur tetap
ini akan tetap harganya.
Pada gambar 19 terlihat suatu keping datar plan-paralel, dengan luas kedua
permukaan bidang yang berhadapan adalah A dan masing-masing mempunyai
temperatur tetap t1 dan t2. (t1>t2).
Tebal keping adalah l dan arus panas H mengalir dari t1 ke t2. Setelah
mencapai keseimbangan, maka menurut hasil eksperimen dari Biot dan Fourier,
arus panas tetap H berbanding lurns dengan luas penampang yang tegak lurns
pada arab arus panas, berbanding lurus dengan beda temperatur tetap itu (t1 - t1),
dan berbanding terbalik dengan panjang jalan yang ditempuh arus panas. Dengan
membubuhi suatu faktor pembanding K, kita peroleh hubungan

atau umumnya dapat ditulis

dengan x sebagai jalan yang ditempuh arus panas. Apabila perubaban


temperatur bergantung kepada jalan arus panas, maka (88) dapat ditulis menjadi

dengan tanda negatif menyatakan babwa arah arus menuju ke arah turunnya
temperatur.Faktor dtdx disebut juga sebagai gradient temperatur.
Konstanta K disebut koefisien konduktivitas panas atau konduktivitas panas.
Ternyata kemudian bahwa konduktivitas panas ini juga tidak konstan tetapi
bergantung kepada temperatur. Untuk batas temperatur tertentu dapat diambil
harga rata-ratanya yakni konduktivitas panas rata. Kita pandang di sini zat dengan
konduktivitas panas yang isotropis.
HIDROSTATIKA
2-1 PENGANTAR
”Hidrostatika” ialah ilmu perihal zat alir atau fluida yang diam tidak
bergerak dan ”hidrodinamika” parihal zat alir yang bergerak. Hidrodinamika
yang khusus mengenai aliran gas dan udara, disebut ”Aerodinamika”.
Fluida ialah zat yang dapat mengalir. Jadi, termasuk zat cairdan gas.
Perbedaan zat cair dengan ghas terutama terletak pada kompresibilitasnya. Gas
mudah dimampatkan, sedang zat cair praktis tidak dapat dimampatkan. Dalam
pembahasan kita disini, perubahan kecil volume zat cair yang menderita tekanan,
umumnya diabaikan.
Rapat massa suatu bahan yang homogen didefinisikan sebagai massanya
persatuan volum. Satuan kerapatan sdalam ketiga sistem satuan ialah: satu
kiliogram per m-3 (1 kg m3), satu gram per cm3 dan slug per ft-3.Rapat massa akan
kita lambangkan dengan huruf Yunani r (rho):

m = rV (13-1)
Misalnya, berat 1 ft3 air ialah 62,5 lb; rapatnya ialah 62,5/32,2 = 1,94 slug
per ft-3. Berat jenis suatu bahan ialah perbandingan rapat massa bahan itu
terhadap rapat massa air dan sebab itu berupa bilangan semata. ”Berat jenis”
(spesific gravity) sebenarnyamerupakan istilah yang sangat keliru, karena tidak
ada sangkut pautnya dengan berat (gravity). Lebih tepat disebut rapat realtif,
karena lebih memperjelas konsepnya.

2-2 TEKANAN DI DALAM FLUIDA

Gmb. 13-1. Gaya terhadap seunsur fluida dalam kesetimbangan


Waktu menerangkan tekanan hidrostatika pada Bagian 11-1, berat fluida
diabaikan dan tekanan dianggap sama pada semua titik. Tetapi seperti sudah kita
ketahui, makin tinggi dari permukaan bumi makin berkurang tekanan udara, dan
di dalam tealaga atau laut tekanan juga akan makin berkurang jika makin jauh dari
dasar. Karena itu definisi tekanankita buat berlaku umum dan mendefinisikan
tekanan di Sembarang titik sebagai perbandingan gaya normal dF yang bekerja
pada suatuluas kecil dA dimana titik itu sendiri berada, terhadap luas dA itu:

dF = pdA (13-2)
Jika tekanan itu sama di semua titik padabidang di seluas A, maka
persamaan - persamaan ini menjadi persamaan (11-3):

F = Pa
Marilah sekarang kita cari hubungan umum antara tekanan p pada
sembarang titik di dalam fluida dengan tinggi letak y titik itu.jika fluida dalam
kesetimbangan, maka semua unsur volumnya jugadalam kesetimbangan.
Pandanglah unsur berbentuk lapisan sangat tipis, seperti pada gambar 13-1, yang
tebalnya dy dan luas permukaannya A. Kalau rapat massa fluida p, massa unsur
itu ialah pA dy dan beratnya dw ialah pgA dy. Gaya yang dikerjakan pada unsur
tersebut oleh fluida sekelilingnya dimana - mana selalu tegak lurus pada
permukaan unsur. Berdasarkan simetri, gaya resultan horisontal pada sisisnyasma
dengan nol. Gaya ke atas pada permukaan sebelah bawah ialah pA,
sedangkangaya ke bawah pada permukaan sebelah atas ialah (p + dp)A. Karena
dalam kesetimbangan,
Fy = 0,
pA - (p + dp)A - pgA dy = 0,
dan oleh karena itu

(12-3)
Karena r dan g keduanya besaran positif, maka dy yang positif (tinggi
bertambah)dibarengi oleh dp yang negatif (tekanan berkurag). Jika p1 dan p2
ialah tekanan pada tinggi y1, dan y2 di atas suatu bidang patokan, maka integrasi
persamaan (13-3), kalau p dan g konstan, menghasilkan:
p2 - p1 = - rg (y2 - y1)
Marilah kita terapkan persamaan ini pada zat cairdalam bejana terbuka,
seperti pada Gambar 13-2. Ambillah titik 1 pada bidang sekehendak dan misalkan
rialah tekanan pada titik ini,ambil titik 2 di permukaan zat cair, dimana tekanan
sama dengan tekanan atmosfir pa. Maka:
pa - p = - pg (2 - y1),
p = pa + pgh (13-4)
Gambar 13-2

Perhatikan bahwa bentuk bejana tidak mempengaruhi tekanan, dan bahwa


jika tekanan itu sama di semua titik pada kedalaman yang sama. Berdasarkan
persamaan (13-4) juga terbukti bahwa kalau tekanan p, diperbesar dengan cara
yang bagaimanapun, umpamanya dengan memasukkan sebuah piston dari atas,
besar tekanan p disemua titik di dalam zat cair itu harus pula bertambah dengan
jumlah yang sama. Hal ini dikemukakan oleh sarjana Perancis Blaise Pascal (1623
- 1662) pada tahun 1653 dan disebut ”Hukum Pascal”. Bunyinya: ”Tekanan yang
diberikan pada fluida dalam bejana tertutup diteruskan tanpa berkurang kesemua
bagian fluida dan dinding bejana itu”. Asas ini bukanlah suatu asas yang berdiri
sendiri, melainkan suatu konsekuensi yang wajar dari hukum - hukum mekanika.

Hukum Pascal: dapat diterangkan berdasarkan cara kerja penekan hidrolik,


seperti pada gambar (13-3). Sebuah piston yag luas penampangnya kecil, a,
digunakan untuk melakukan gaya kecil f langsung terhadap suatu zat cair,
misalnya minyak. Tekanan p = f/a diteruskan lewat sebuah pipa penghubung ke
sebuah silinder yang lebih besar dari yang pistonnya juga lebih besar
(berpenampang A). Karena tekanan di dalam kedua silinder sama, maka:

Oleh sebab itu penekan hidrolik adalah suatu alat untuk melipat gandakan
gaya faktor perkaliannya sama dengan perbandingan antaraluas kedua piston.
Kursi tukang cukur, kursi dokter gigi, pengangkat mobil dalam bengkel dan rem
hidrolik adalah alat - alat yang menerapkan asas penekan hidrolik.

2-3 PARADOKS HIDROSTATIKA


Jika sejumlah bejana berbagai bentuk saling dihubungkan seperti pada
Gambar 13-4 (a), lalu ke dalamnya dituangkan suatu zat cair, maka permukaan zat
cair itu dalam masing - masing bejana akan terletak horisontal sama tinggi. Ketika
asas - asas hidrostatika belum dipahami betuk, hal ini merupakan peristiwa yang
aneh sekali dan dinamakan orang ”paradoks hidrostatika”. Sepintas lalu bejana C,
misalnyaakan menimbulkan tekanan yang lebih besar terhadap atasnya daripada
B, dan karena itu cairan akan terpaksa mengalir dari C ke B. Tetapi persamaan
(13-4) menyatakan, bahwa tekanan hanya bergantung pada dalamnya zat cair di
bawah permukaannya, dan sama sekali bukan padabentuk bejana tempat zat cair
itu. Karena dalamnya zat cair sama di setiap bejana, tekanan terhadap alas masing
- masingpun sama dan karena itu sistem dalam kesetimbangan.

Gmb. 13-4. (a) Paradoks hidrostatika. Permukaan cairan di semua bejana


sama tinggi (b) Gaya terhadap cairan dalam bejana C.
Penjelasan lebih terperinci di bawah ini dapat membantu kita memahami
kejadian tersebut. Lihatlah bejana C pada gambar 13.4 (b). Gaya - gaya yang
dikerjakan oleh dindingnya terhadap zat cair ditunjukkan oleh anak - anak panah.
Arah gayadi mana - mana tegak lurus dinding bejana gaya - gaya miring terhadap
dinding yang condong dapat diuraikan menjadi komponen horisontal dan
komponen vertikal.
Berat zat cair dalam bagian - bagian yang dibubuhi huruf A didukung oleh
komponen vertikal gaya - gaya tersebut. Jadi tekanan pada dasar bejana tersebut
hanyalah berat zat cair vertikal gaya - gaya tersebut. Jadi, tekanan pada dasar
bejana tersebut hanyalah berat zat cair dalam kolom B berbentuk silinder. Yang
dijelaskan di atas berlaku untuk semua bejana, bagaimanapun bentuknya.

2-4 PENGUKUR TEKANAN


Pengukur tekanan yang paling sederhana ialah manometer pipa terbuka,
terlukis pada Gambar 13-5 (a). Alat ini berupa pipa berbentuk U yang bverisi zat
cair. Ujung yag satu menderita tekanan p yang hendak diukur, sedangkan
ujungnya yang satu lagi berhubungan denga atmosfir.tekanan pada dasar kolom
sebelah kiri ialah p + rgy1,. Sedangkan pada dasar kolom sebelah kanan pa + rgy2,
di mana p ialah rapat massa dalam manometer itu. Karena tekanan - tekanan
tersebut keduanya bekerja terhadap titik yang sama, maka:
p + rgy1 = pa + rgy2
dan
p - pa = rg(y2 - y1) = rpgh
Gmb. 13-5. (a) Manometer pipa terbuka. (b) Barometer.
Tekanan p itu disebut tekanan mutlak, sedangkan selisih p - p, antara
tekanan ini dengan tekanan atmosfir disebut tekanan realtif atau tekanan
pengukur (gauge pressure). Ternyata pula, bahwa tekanan pengukur itu sebanding
dengan selisih tinggi kolom - kolom zat cair itu.
Barometer raksaterdiri dari atas npipa gelas panjang yang sesudah diisi
dengan raksa lalu dibalik dan dimasukkan ke dalam bejana berisi raksa pula,
seperti pada gambar 12-5 (b). Dalam ruang diatas kolom raksa hanya ada uap
raksa yang tekanannya pada suhu kamar demikian kecilnya sehingga boleh
diabaikan. Teranglah bahwa:
Pa = rg(y2 - y1) = pgh
Karena manometer dan barometer raksa sangat sering dipakai
dilaboratorium, tekanan atmosfir dan tekanan - tekanan lainnya lazim dinyatakan
dengan ucapan sekian”inci raksa”, ”sentimeter raksa”, atau ”milimeter raksa”.
Walaupun semua bukan merupakan satuan sesungguhnya, akan tetapi karena
demikian diskriptifnya, satuan - satuan tersebut seringdipakai. Tekanan yang
dihasilkanoleh kolom raksayang tingginya satumilimeter biasadisebut satu Torr,
sebagai penghormatan kepada sarjana fisika bangsa italia, Toirricelli, yang
pertama - tama menyelidiki kolom barometer raksa.
DEFLEKSI ELASTIK BATANG
3-1 Definisi defleksi pada balok
Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan
defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur
dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi
yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva
elastis dari balok. Gambar 9-1 memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum
terjadi deformasi dan Gb. 9-2 adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang
diasumsikan akibat aksi pembebanan.
O
P
xy

Gb. 9-1 Gb. 9-2

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan,


kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok.
Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
3-2 Pentingnya defleksi balok
Disamping faktor tegangan, spesifikasi untuk rancangbangun balok sering
ditentukan oleh adanya defleksi. Konsekuensinya, disamping perhitungan tentang
tegangan-tegangan seperti dijelaskan dalam bab 8, perancang juga harus mampu
menentukan defleksi. Sebagai contoh, dalam banyak kode bangunan defleksi
maksimum yang diperkenankan dari suatu batang tidak boleh melebihi 1/300
panjang balok. Dengan demikian, balok yang dirancang dengan baik tidak hanya
mampu mendukung beban yang akan diterimanya tetapi juga harus mampu
mengatasi terjadinya defleksi sampai batas tertentu.

3-3 Metode-metode penentuan defleksi balok


Banyak metode yang tersedia untuk menentukan defleksi balok. Metode-
metode yang umum digunakan antara lain adalah: (1) Metode integrasi-ganda, (2)
Metode fungsi singularitas dan (3) Metode energi elastis
Hanya metode pertama dan kedua yang akan diuraikan dalam bab ini. Perlu
dicatat bahwa kesemua metode tersebut hanya bisa diterapkan jika seluruh porsi
balok bekerja dalam rentang elastis.
3-4 Metode integrasi-ganda
Persamaan diferensial kurva defleksi balok tertekuk adalah
(9.1)
2
d y
EI =M
dx 2

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat seperti ditunjukkan pada Gb. 9.2.


Disini, y adalah defleksi balok. Persamaan ini akan dijabarkan dalam contoh 1.
Dalam persamaan ini E menyatakan modulus elastisitas balok dan I menyatakan
momen inersia penampang melintang balok terhadap sumbu netral yang melalui
centroid penampang melintang. M menyatakan momen tekuk pada jarak x dari
salah satu ujung balok. Nilainya telah didefinisikan di bab 6 sebagai jumlah
aljabar momen-momen gaya luar terhadap salah satu sisi bagian pada jarak x dari
ujungbatang. Biasanya M akan mertupakan fungsi x dan perlu mengintegrasikan
persamaan (9.1) dua kali untuk memperoleh persamaan aljabar yang menyatakan
defleksi y sebagai fungsi x.
Persamaan (9.1) adalah persamaan diferensial dasar yang menentukan
defleksi elastis seluruh balok tanpa memandang tipe pembebanannya.

3-5 Prosedur integrasi


Metode integrasi-ganda untuk menghitung defleksi balok hanya berisi
integrasi persamaan (9.1). Integrasi pertama menghasilkan kemiringan (slope)
dy/dx pada sembarang titik pada balok dan integrasi kedua memberikan defleksi y
pada setiap nilai x. Momen tekuk M harus dinyatakan sebagai fungsi koordinat x
sebelum persamaannya bisa diintegralkan. Untuk kasus yang akan dipelajari disini
integrasinya adalah sangat sederhana.
Karena persamaan diferensial (9.1) merupakan order kedua, solusinya
harus mengandung dua konstanta integral. Kedua konstanta ini harus dievaluasi
dari kondisi yang diketahui terhadap slope maupun defleksi pada titik tertentu
dalam balok. Misalnya, pada kasus balok gantung (cantilever) konstanta-
konstantanya dapat ditentukan dari kondisi dimana tidak terjadi perubahan slope
dan juga kondisi tanpa perubahan defleksi pada, yaitu pada ujung balok.
Sering, dua atau lebih persamaan diperlukan untuk menjabarkan momen
tekuk pada berbagai daerah disepanjang balok. Ini telah ditegaskan di bab 6. Pada
kasus demikian, persamaan (9.1) harus ditulis untuk setiap daerah pada balok dan
integrasi persamaan menghasilkan dua konstanta integral untuk masing-masing
daerah. Konstanta-konstanta ini kemudian harus ditentukan sedemikian sehingga
memenuhi untuk keseluruhan batas kondisi untuk slope dan deformasinya (Lihat
contoh 3).

3-5 Konvensi tanda


Konvensi tanda untuk momen tekuk yang telah digunakan di bab 6 akan
dipertahankan disini. Kuantitas E dan I yang muncul dalam persamaan (9.1)
adalah positip. Jadi, dari persamaan ini, jika M adalah positip untuk nilai x
tertentu, maka d2y/dx2 juga positip. Berdasarkan konvensi tanda untuk momen
tekuk diatas, maka penting untuk diperhatikan bahwa koordinat x disepanjang
balok adalah positip kekanan dan defleksi y adalah positip naik. Dengan tanda
aljabar ini integrasi persamaan (9.1) dapat dilakukan untuk menghasilkan defleksi
y sebagai fungsi x, dengan pengertian bahwa defleksi keatas adalah positip dan
defleksi kebawah adalah negatip.
3-6 Asumsi dan pembatasan
Pada penjabaran persamaan (9.1) diasumsikan bahwa defleksi yang
disebabkan oleh aksi gesekan adalah dapat diabaikan, dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh aksi tekukan. Juga, diasumsikan bahwa defleksi yang terjadi
adalah relatif kecil dibandingkan dengan dimensi penampang melintang balok,
dan seluruh porsi balok beraksi dalam batas elastis.
Contoh 1.
Tentukan persamaan diferensial untuk kurva defleksi suatu balok yang dibebani
dengan gaya melintang.
Dari bab 8, kita mempunyai hubungan
EI
M=
ρ

Pada pernyataan ini, M adalah momen tekuk yang bekerja pada penampang
melintang balok, ρ jari-jari kurva terhadap permukaan netral balok, E modulus
elastisitas, dan I momen penampang melintang terhadap sumbu netral yang
melalui centroid penampang. Biasanya nilai E dan I adalah konstan disepanjang
balok, tetapi M dan ρ merupakan fungsi x.
Persamaan diatas dapat kita tulis dalam bentuk
1 M
=
ρ EI

dimana ruas kiri mewakili kurva permukaan netral dari balok. Karena M
bervariasi disepanjang balok, kurva defleksi akan berupa kurva variabel.
Misalkan garis tebal pada gambar dibawah merupakan permukaan netral
terdeformasi dari balok. Awalnya sumbu balok adalah berimpit dengan sumbu x.
Defleksi y adalah positip kearah atas; sehingga untuk kurva pada gambar dibawah,
seluruh defleksi adalah negatip.
O
ρyx

Pernyataan untuk kurva pada sembarang titik disepanjang balok yang


terdeformasi telah tersedia dari kalkulus diferensial. Formula kurva adalah

1 d 2 y / dx2
=
[
ρ 1 + (dy / dx) 2 ] 3/2

Pada pernyataan ini, dy/dx mewakili kemiringan atau slope kurva pada
sembarang titik; dan untuk defleksi balok yang sangat kecil nilainya dan juga nilai
kuadratnya sangat kecil sehingga biasanya dapat diabaikan. Asumsi ini membuat
pernyataan untuk kurva menjadi lebih sederhana, yaitu

1 d2y

ρ dx2

Dengan demikian untuk defleksi yang kecil persamaan kurva menjadi


d2y/dx2=M/EI atau

d2y
EI =M
dx2

Ini merupakan persamaan diferensial untuk kurva defleksi dari balok yang
dibebani gaya melintang. Sesuai dengan penemunya, persamaan ini juga disebut
persamaan Euler-Bernouli untuk balok tekuk.

Contoh 2.
Tentukan defleksi pada sembarang titik pada balok gantung (cantilever)
yang dikenai gaya tunggal terkonsentrasi P, seperti gambar dibawah.
PL
L
P
xy

Disini diogunakan sistem koordinat x-y, dimana sumbu-x berimpit dengan


posisi balok sebelum tertekuk. Balok tertekuk diperlihatkan dengan garis tebal.
Pertama perlu ditentukan rekasi-reaksi yang diterima oleh dinding pendukung,
dan dari statika diperoleh gaya reaksi vertikal P dan momen PL.
Momen tekuk pada sembarang penampang melintang pada jarak x dari
dinding diberikan dengan jumlah momen-momen kedua reaksi ini terhadap sumbu
penampang. Terbukti bahwa gaya keatas menghasilkan momen positip Px, dan
kopel PL jika beraksi sendiri akan menghasilkan kurva balok seperti gambar
sebelah kanan. Berdasarkan konvensi tanda, ini menunjukkan tekukan negatip.
Dengan demikian momen tekuk M pada bagian x adalah
M = − PL + Px

Persamaan diferensial untuk balok tertekuk adalah

d2y
EI =M
dx2

dimana E menunjukkan modulus elastisitas bahan dan I menunjukkan momen


inersia penampang melintang terhadap sumbu netral. Substitusi kedua persamaan
diatas diperoleh

d2y
EI = − PL + Px
dx2

Integrasi pertama persamaan ini menghasilkan

dy Px 2
EI = − PLx + + C1
dx 2

yang juga berarti persamaan untuk slope, dimana C1 adalah konstanta


integral. Konstanta ini dapat dievaluasi dengan menggunakan kondisi dimana
slope dy/dx dari balok pada dinding adalah nol karena balok dijepit secara tetap

disini. Dengan demikian . Persamaan hasil integrasi pertama adalah


(dy / dx) x = 0 = 0

benar untuk semua nilai x dan y, dan jika kondisi x = 0 disubstitusikan kita
dapatkan 0 = 0 + 0 + C1 atau C1=0.
Integrasi kedua menghasilkan

x 2 Px 3
EIy = − PL + + C2
2 6
dimana C2 adalah konstanta kedua integrasi. Lagi, kondisi pada dinding
pendukung akan menentukan konstanta ini. Pada x=0, defleksi y adalah nol karena
balok dijepit secara kaku. Dengan mensubstitusikan (y)x=0=0 kedalam persamaan
diatas, kita peroleh 0 = 0 + 0 + C2 atau C2=0.
Dari kedua persamaan kita peroleh C1 = C2 = 0 memberikan slope dy/dx dan
defleksi y pada titik x. Defleksi adalah maksimum pada ujung kanan balok (x =
L), dibawah pembebanan P.

− PL3
EIymax =
3

dimana nilai negatip menunjukkan bahwa pada titik ini kurva defleksi
terletak dibawah sumbu-x. Jika hanya diiunginkan besaran defleksi maksimum
pada x = L, biasanya dinyatakan dengan ∆max dan kita peroleh

PL3
∆ max =
3EI

Contoh 3.
Tentukan persamaan kurva defleksi untuk balok menggantung yang
dibebani oleh dua gaya P yang sama seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
LP
L
axy1

Momen tekuk pada daerah batang gantung sebelah kiri adalah


untuk
M = − Px 0<x<a

dan persamaan diferensial untuk batang tekuk pada daerah tersebut adalah
untuk (1)
2
d y 0<x<a
EI = − Px
dx2

Integrasi pertama persamaan ini menghasilkan


(2)
2
dy x
EI = − P + C1
dx 2

Tidak ada yang bisa diketahui untuk slope dy/dx di daerah ini. Secara
khusus, perlu ditekankan bahwa tidak ada justifikasi untuk mengasumsikan bahwa
slope pada sendi (x = a) adalah nol. Kita mungkin menyatakan slope disini
dengan notasi
(3)
 dy  a 2

EI   = − P  + C1
 dx  x = a  2 

Integrasi selanjutnya menghasilkan


(4)
Px 3

EIy = −   + C1 x + C2
2  3 

Karena balok menggantung pada pendukung (sendi), maka diketahui bahwa


defleksi y adalah nol. Dengan demikian (y)x=a=0. Dengan mesubstitusikan y = 0
ketika x = a di (4), kita peroleh
(5)
3
Pa
0=− + C1a + C2
6

Momen tekuk pada daerah tengah balok diantara pendukung (sendi dan
engsel) adalah M = -Pa dan persamaan diferensialnya adalah
untuk (6)
2
d y 0 < x < ( L − a)
EI = − Pa
dx2

Integrasi persamaan diatas menghasilkan


(7)
dy
EI = − Pax + C3
dx
Karena pembebanan adalah simetris dapat dibuktikan bahwa slope dy/dx
harus nol pada bagian tengan balok. Jadi (dy/dx)x=L/2=0. Substitusi nilai ini ke
persamaan (7) kita peroleh
atau (8)
L PaL
0 = − Pa  + C3 C3 =
2 2

Juga dari persamaan (7) dapat dikatakan bahwa slope balok pada pendukung
sebelah kiri, x = a, dapat diberikan dengan substitusi x = a kedalam persamaan
ini, dan menghasilkan
(9)
 dy  PaL
EI   = − Pa 2 +
dx
 x =a 2

Tetapi slope dy/dx yang diberikan dari pernyataan ini harus sama dengan
yang diberikan oleh persamaan (3), karena tekukan batang pada titik ini harus
mempunyai slope yang sama, tidak pandang persamaan mana yang digunakan.
Dengan cara yang sama, untuk ruas kanan (persamaan (3) dan (9)) kita
peroleh
(10)
2
Pa PaL
− + C1 = − Pa 2 +
2 2

Atau
(11)
2
Pa PaL
C1 = − +
2 2

Substitusi nilai C1 kedalam pers. (5) kita peroleh


(12)
3 3 2
Pa Pa Pa L
0=− − + + C2
6 2 2

Atau

2 Pa 3 Pa 2 L
C2 = −
3 2

Integrasi selanjutnya dari persamaan (7) menghasilkan


(13)
2
x PaL
EIy = − Pa + ( x ) + C4
2 2
Lagi, defleksi y pada pendukung sebelah kiri, x = a, adalah nol. Meskipun
kondisi yang sama telah digunakan untuk memperoleh persamaan (5) pada saat ini
kondisi ini akan digunakan untuk menentukan konstanta C4 dalam persamaan (13).
Dengan substitusi nilai (y)x=a=0 kedalam persamaan (13), kita peroleh
atau (14)
3 2 3 2
Pa Pa L Pa Pa L
0=− + + C4 C4 = −
2 2 2 2

Selanjutnya diperlukan untuk memanfaatkan empat kondisi berkaitan


dengan slope dan defleksi guna menentukan keempat konstanta tersebut. Kondisi-
kondisi tersebut adalah
(a) Jika x = a, y = 0 untuk porsi balok menggantung
(b) Jika x = a, y = 0 untuk porsi tengah (central) balok
(c) Jika x = L/2, dy/dx = 0 untuk porsi tengah balok
(d) Jika x = a, slope dy/dx adalah sama untuk kurva defleksi pada
sebelah sisi pendukung.
Akhirnya, persamaan balok tekuk dapat ditulis dalam bentuk
untuk (15)
Px 3 2
Pa x PaLx 2 Pa Pa L 3 2 0<x<a
EIy = − − + + −
6 2 2 3 2

untuk (16)
Pax 2
PaLx Pa Pa L3 3 0 < x < ( L − a)
EIy = − + + −
2 2 2 2

Karena pembebanannya simetris maka tidak perlu untuk menulis


persamaan untuk balok terdeformasi pada bagian sebelah kanan.
KINEMATIKA
Kinematika mesin adalah suatu pengetahuan tentang gerak relatif dari
bagian -bagian mesin yaitu posisi, kecepatan dan percepatan.
4-1 Diagram Kinematis
Dalam mempelajari gerakan-gerakan dari bagian-bagian mesin, biasanya kita
gambarkan bagian-bagian tersebut dalam bentuk sketsa sehingga hanya bagian-
bagian yang akan memberi efek pada gerakan yang diperhatikan.

Gambar 1.1 Diagram kinematis


Gambar 1.1 menyatakan elemen-elemen utama dalam sebuah mesin diesel.
Bagian -bagian yang diam, terdidri dari bantalan -bantalan kruk as dan dinding
silinder diberi label 1. Engkol dan kruk as adalah batang penghubung 2, batang
penghubung 3, dan torak atau peluncur adalah penghubung 4. Batang penghubung
(link0 adalah suatu nama yang diberikan pada setiap benda yang mempunyai
gerakan relatif terhadap yang lainnya. Posisi, kecepatan dan percepatan sudut dari
batang tergantung hanya
pada panjang dari engkol dan batang hubung dan tidak dipenguruhi oleh lebar
atau ketebalan dari batang. Gambar sksla yang menyatakan suatu mesin sehingga
hanya dimensi yang memberi efek pada gerakannya disebut diagram kinematis.
4-2 Mekanisme
Sebuah rantai kinematis adalah sebuah system dari batang batang
penghubung yang berupa benda benda kaku yang apakah digabungkan bersama
atau dalam keadaan saling bersinggungan sehingga memungkinkan mereka untuk
bergerak relatif satu terhadap yang lain . Jika salah satu dari batang
penghubungnya tetap dan gerakan dari sebarang batang penghubung yang lain ke
posisinya yang baru akan menyebabkan setiap batang penghubung yang lain
bergerak ke posisi posisi tertentu yang telah diramalkan system tersebut adalah
sebuah rantai kinematis yang dibatasi .Jika salah satu dari batang penghubung
ditahan tetap gerakan dari batang penghubung yang lain ke posisinya yang baru
tidak akan menyebabkan setiap batang batang penghubung yang lain bergerakke
posisi tertentu yang telah diramalkan
maka system tersebut adalah suatu rantai kinematis tak terbatas.

4-3 Inversi

Dengan membuat suatu batang penghubung yang berbedadalam rantai


kinematis sebagai bagian yang tidak bergerak, kita memperoleh mekanisme yang
berbeda.Penting untuk dicatat bahwa inverse dari suatu mekanisme tidak akan
mengubah gerakan antara batang-batang penghubungnya. Sebagai contoh, gambar
diatas jika batang penghubung 2 berputar ?0 searah jarum jam relatif terhadap
batang penghubung 1, batang penghubung 4 akan bergerak kekanan sepanjang
garis lurus pada penghubung1. Hal ini akan selalu demikian tidak peduli batang
penghubung mana yang ditahan tetap.

4-4 Bidang Gerakan


Sebuah benda mempunyai bidang gerakan jika semua titik-titiknyabergerak
dalam bidang-bidang parallel terhadap bidang referensinya. Bidang referensi
tersebut dise but bidang gerakan (plane motion). Bidang gerakan dapat merupakan
salah satu dari 3 tipe : gerakan menurut garis lurus (translasi0, putaran atau
kombinasi dari translasi dan rotasi.

4-5 Translasi
Sebuah benda mempunyai gerakan berupa translasi, jika ia bergerak
sedemikian hingga semua garis-garis lurus dalam benda tersebut bergerak
mengikuti posisi-posisi yang sejajar. Translasi garis lurus (rectilinear translation)
adalah suatu gerakan dimana semua titik dari suatu benda bergerak dalam jalur
garis lurus. Suatu translasi dimana titik titik dalam suatu benda bergerak
sepanjang jalur yang berupakurva disebut translasi menurut kurva (curvilinear
translation).

4-6 Putaran
Dalam putaran (rotasi) semua titik dalam sebuah benda selalu mempunyai
jarak yang tetap dari sebuah garis yang tegak lurus terhadap bidang geraknya.
Garis ini adalah sumbu putaran (axis of rotation) dan titik-titik dalam benda
tersebut membuat lintasan menurut jalur berupa lingkaran terhadap garis tersebut.

4-7 Translasi Dan Rotasi


Kebanyakan bagian-bagian mesin mempunyai gerakan yang merupakan
kombinasi dari rotasi dan translasi. Dalam gambar (a) perhatikan gerakan dari
batang hubung sewaktu ia bergerak dari posisi BC ke B’C’. Posisi -posisi ini
ditunjukkan dalam gambar (b). Disini kita lihat bahwa gerakannya ekivalen
terhadap suatu translasi dari BC ke B’’C’’ yang diikuti oleh sutu rotasi dari B’’C’’
ke B’C’. Gerakan ekivalen yang lain diilukiskan dalam ga mbar (c). Disini
ditunjukkan suatu putaran dari suatu batang terhadap C dari posisi BC ke B’’C’’,
diikuti dengan suatu translasi dari B’’C’’ ke B’C’. Jadi gerakan dari batang
hubung dapat dianggap sebagai suatu putaran terhadap beberapa titik ditambah
suatu translasi.

4-8 Vektor-Vektor
Ada dua tipe besaran yang harus diperhatikan dalam mekanika. Besaran
scalar adalah yang hanya mempenyai besar saja. Contohnya : jarak, luas, isi dan
waktu. Besaran vector mempunyai besar dan arah. Contohnya : lintasan,
kecepatan, percepatan dan gaya. Sebuah besaran vector dapat dinyatakan dengan
sebuah garis lurus dengan anak panah. Besar dari vector diyatakan dengan
panjangnya yang digambarkan dengan skala tertentu.

4-8.1 Penjumlahan dan Pengurangan dari vector-vektor


Vektor-vektor A dan B dalam gambar dibawah dapat ditambahkan dengan
meletakkan mereka dalam suatu cara seperti pada gambar. Titik O adalah titik
awal yang disebut kutub, dari kutub ini vector A dan vector B diletakkan dengan
ekor dari salah satunya diletakkan pada ujung vector lainnya. Jumlah dari kedua
vector disebut resultante dan dalam gambar ditunjukkan dengan garis putus-putus.

Pada waktu meletakkan vector-vektor untuk tujuan menentukan resultantenya,


besar dan arahnya yang diberikan haru s dipertahankan, tetapi urutannya
meletakkan tidak akan memberikan efek terhadap resultantenya. Resultante selalu
berarah keluar dari kutubnya dan merupakan penutup dari suatu polygon.

4-8.2 Penggabungan dan Penguraian dari vector-vektor


Penggabungan menyatakan penambahan bersama-sama dari sejumlah vector-
vektor. Jumlahnya disebut resultante dan vector-vektor tersebut disebut komponen
dari resultante.

Penguraian menyatakan pemecahan dari vector ke dalam sejumlah komponen-


komponen. Setiap vector dapat diuraokan ke dalamsejumlah komponen yang tak
terbatas. Seringkali diinginkan untuk menguraikan sebuah vector kedalam dua
komponen. Jika sebuah vector diuraikan ke dalam dua komponen, tiap komponen
mempunyai besar dan arah. Jika dua dari empat besarannya diketahui, dua yang
lain dapat ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai