WAWASAN FISIKA
Oleh :
GALOEH OTOMO
07 935 005
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun paper yang
berjudul “Peran lmu Fisika Dalam Bidang Kedokteran” ini. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
kepada :
Dan kami menyadari didalam paper ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Dan kami mengharap paper ini dapat bermanfaat umumnya bagi
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
D. Metode Penelitian....................................................................... 3
E. Sistematika Pembahasan............................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A. Fisika Medik............................................................................... 5
B. Kedokteran Nuklir....................................................................... 12
A. Penyajian Data............................................................................ 17
B. Pemecahan Masalah................................................................... 19
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 22
A. Kesimpulan................................................................................. 22
B. Saran .......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berukuran kecil yang diaplikasikan secara internal dan sangat dekat, baik
dapat secara presisi dan sesuai dengan standar akurasi yang harus dipenuhi
radioterapi, secara tegas fisikawan medik harus ada dan jumlahnya tergantung
B. Rumusan Masalah
membahas permasalahan :
mahasiswa pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya mau lebih
E. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
dari bab II dan III. Uraian kesimpulan akan menjadi jawaban atas
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat
Fisika medik pada dasarnya merupakan satu cabang dari disiplin ilmu
Fisika Terapan yang berkaitan dengan aplikasi energi fisika, konsep dan
Bahasan lebih lanjut secara umum fisika medik, baik dalam perspektif sejarah
radiofarmaka untuk diagnosa dan terapi medis, akan tetapi saat ini diagnosa
dengan terapi medis. Beberapa diagnosa medis ini meliputi pencitraan in-vivo
disiplin ilmu yang mampu menangani masalah tersebut di atas secara efektif.
Sehingga kedokteran nuklir merupakan aktivitas multi disiplin ilmu dari para
radiofarmasi, perawat dan lain sebagainya. Tugas dari fisikawan medik sangat
bervariasi dan sangat tergantung kondisi fasilitas kedokteran nuklir yang ada,
di antaranya :
1. Manajemen pelayanan dalam aspek teknik
dan ilmiah
memiliki tanggung jawab pada aspek teknik dan ilmiah. Peran manajemen
seringkali memiliki tugas dan tanggung jawab lebih dari yang disebutkan
penemuan klinis.
kualitas peralatan
masalah ini bisa dilihat pada pengukuran pengetesan alat dengan fantom,
listrik atau lain yang lebih canggih lagi. Selain itu juga fisikawan medik
dan peralatan lainnya juga harus disiapkan dan dibimbing oleh fisikawan
lainnya.
asing, dan lagi pula dalam terapi digunakan dosis yang cukup tinggi.
Sehingga fisikawan medik akan sangat berperan dalam hal ini. Fisikawan
pasien. Studi dan analisis dosis organ yang diterima pasien harus secara
digunakannya, baik dosis terhadap tumor itu sendiri maupun dosis seluruh
tubuh dan organ tubuh. Perhitungan dosis radiasi sebelum pengobatan dan
7. Radiofarmasi
pengion. Penemuan Becquerel ini menjadi dasar studi topik disertai oleh
Marie Curie. Marie Curie bersama-sama dengan Pierre Curie (suami Marie
Curie) dan W. Roentgen ikut andil dalam Hadiah Nobel Fisika tahun 1903
Marie Curie mendapatkan Hadiah Nobel yang kedua kalinya dan kali ini di
radioisotop sebagai tracer (perunut), ketika itu digunakan Pb-210 dalam studi
Hevesy ini sebagai Bapak Kedokteran Nuklir. Hasil kerja Hevesy ini dimuat
sukses digunakan untuk terapi leukimia. Pada tahun 1939, I-128 diproduksi
pendeknya wktu paro, maka kemudian I-131 dengan waktu paro 8 hari
Sampai dengan tahun 1966, menurut Baker ada sekitar 11 reaktor di Amerika
Akan tetapi saat ini tidak ada reaktor komersial yang memproduksi
terhadap pasien.
peran fisika medik dalam kedokteran nuklir tidak bisa dilepaskan, karena
kedokteran nuklir bukanlah sekedar masalah klinis saja tetapi juga masalah
teknis dan fisik. Benar, kedokteran nuklir akan maju dengan baik apabila dari
berbagai disiplin ilmu bekerja sesuai dengan bidangnya dan merupakan mitra
kerja, bukan saingan. Demikian juga fisika medik akan mengambil porsi yang
teknisi dan juga bertanggung jawab terhadap beberapa aktivitas penting untuk
Fisikawan medik dalam hal ini bisa berperan antara lain dalam
meliputi :
daerah disekitarnya.
dalam mengurangi dosis terhadap fetus dan gonad pasien yang masih
dan rekomendasi.
BAB III
A. Penyajian Data
tahun untuk meningkatkan kualitas yang lebih baik di seluruh dunia. Hal ini
bisa dilihat sebagai contoh dalam penggunaan akselerator yang dimulai sejak
tahun 50-an, yang kemudian pada tahun 60-an didukung dengan Sistem
Perencanaan Perlakuan yang berbasis komputer. Lalu pada tahun 70-an mulai
dikenalkan sejak tahun 80-an, dan sampai pada tahun 90-an diperkenalkan
aplikasi yang lebih luas yang berkaitan dengan kedokteran nuklir ini, yaitu apa
Kemajuan demi kemajuan itu semua, tidak terlepas dari penelitian dan
pengembangan Fisika Medik dalam radioterapi dan dari tujuan radioterapi itu
sendiri. Sehingga disini jelas bahwa Fisikawan Medik akan selalu berinteraksi
yang dilakukan akan terasa manfaatnya bagi semua pihak. Jika mitra kerja
antara Fisikawan Medik, dokter, teknisi dan radiografer terjadi dengan baik,
terjadi keterpaduan antara klinis, fisika, biologi dan teknologi. Demikian juga
dalam seminar atau diskusi sehari-hari akan saling mengisi satu dengan
seperti :
2. Bengkel atau
3. Perawatan peralatan
juga perbaikan.
4. Program Jaminan
5. Fisikawan Medik
tenaga dan fasilitas yang digunakan tentu akan semakin besar beban yang
ditanggung pasien.
B. Pemecahan Masalah
canggih ini seringkali kurang cocok untuk negeranegara yang sumber daya
manusianya belum siap. Fisikawan medik adalah anggota dari suatu tim yang
perijinan.
syarat.
untuk seluruh berkas radiasi. Pengoperasian yang benar dan akurasi gerakan
baik yang berkaitan dengan Fisika Diagnostik maupun Terapi, atau untuk
radiografer.
kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
minimal yang tepat untuk sebuah Instalasi Radioterapi sesuai dengan besar
pengobatan pasien yang tidak hanya masalah klinis saja, akan tetapi juga
B. Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan disini adalah agar para pembaca
paper ini bisa lebih mendalami ilmu pengetahuan khususnya fisika medik
sehingga pada akhirnya akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi dunia
kedokteran.
Semoga saja tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
sakit yang memiliki instalasi radioterapi maupun bagi sekolah atau universitas
Nasukha. Peran Fisika Medik dalam Kedokteran Nuklir. Buletin ALARA, Vol
1, No. 1, hal 27-31, 1997.
http://1skripsi.blogspot.com/2009/04/fisika-medik-dalam-dunia-kedokteran.html -
diakses 25 Mei 2009.