POTENSI
SUMBERDAYA ALAM PEMBANGUNAN
PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
DATA BIOFISIK
SDA OPTIMAL PESISIR DAN LAUTAN
DEMAND BERKELANJ UTAN
SUMBERDAYA ALAM
SUMBER/BEBAN
PENCEMARAN
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
STATUS
PENCEMARAN
Gambar 2-1 Pendekatan studi dalam Penyusunan Base Line Data Lokasi Proyek
2.2. Metode Analisis Data Dan Penyajian Informasi.
Analisis data dalam studi ini dilakukan berdasarkan pengelompokan data seperti yang
telah diuraikan di atas. Data-data tersebut di analisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif dan deskriptif. Sedangkan komponen lingkungan yang akan ditelaah pada
prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 komponen, yaitu :
1. Komponen Fisik-Kimia
- Iklim
Kajian tentang iklim akan mencakup parameter-parameter : curah hujan, suhu udara,
kelembaban dan intensitas radiasi matahari, serta pola arah dan kecepatan angin
- Kualitas Udara
- Fisiograpi
- Geologi
Kajian komponen lingkungan Geologi akan mencakup: struktur geologi darat dan
pesisir
- Hidrologi
Kajian komponen lingkungan Hidrologi akan mencakup: air permukaan, pola
hidrologis, debit sungai, sedimentasi sungai, daerah resapan air, pola penyediaan air
permukaan
- Kualitas air
Kajian komponen lingkungan Kualitas Udara akan mencakup: mencakup sifat fisik,
kimia dan biologis
- Hidrooseanografi
Kajian komponen lingkungan Kualitas Udara akan mencakup: pola pasang surut, arah
dan kecepatan arus, gelombang
2. Komponen Biologi
- Flora Darat
Kajian komponen lingkungan Flora Darat akan mencakup: tipe vegetasi alam,
budidaya, vegetasi yang dilindungi
- Fauna Darat
Kajian komponen lingkungan Fauna Darat akan mencakup: kelimpahan dan
keragaman fauna, habitat, penyebaran, pola migrasi, hewan budidaya, satwa yang
dilindungi, populasi hama, tingkat tropik
- Biologi Perairan
Kajian komponen lingkungan Biologi Perairan akan mencakup: plankton, benthos,
nekton.
Pengumpulan data dalam studi ini secara prinsip dilakukan melalui pengambilan contoh
(sampling) pada daerah studi serta penelusuran data sekunder. Penentuan lokasi
pengambilan contoh pada daerah studi didasarkan pada pendekatan konseptual dengan
melihat sebaran lokasi Komponen pengambilan contoh meliputi komponen fisik-kimia,
dan biologi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait serta
data pustaka dari berbagai sumber. Metode pengumpulan data (baik data primer maupun
data sekunder) dari setiap komponen lingkungan disajikan dalam sub-bab berikut ini.
A. Hidrologi
Pengumpulan data primer komponen hidrologi meliputi:
1. Pengamatan dataran banjir pantai pada cekungan-cekungan di sekitar alur sungai serta
pengaruh pasang-surut air laut terhadap dataran banjir.
2. Untuk mengetahui kapasitas sungai menyalurkan banjir, di bagian hilir sungai dilaku-
kan pengukuran penampang sungai.
3. Kondisi air permukaan sungai, diamati dari pengukuran debit sesaat, masing-masing
di bagian hulu dan hilir sungai-sungai tersebut.
4. Untuk mengetahui kondisi sedimentasi di sungai, dilakukan pengamatan Total Sus-
pended Sediment (TSS) pada waktu tidak hujan dan setelah hujan.
5. Pola pergerakan air tanah diamati dari kedalaman muka air sumur penduduk dan
wawancara dengan pemiliknya untuk mengetahui perbedaan kedalaman pada musim
hujan dan kemarau.
B. Kualitas Air
Pengambilan contoh air dilakukan pada berbagai stasiun pengambilan contoh dengan
memakai prinsip keterwakilan. Lokasi stasiun pengambilan contoh air untuk fisika-kimia
air dipilih berdasarkan atas :
1. Perairan tawar dan laut yang diduga yaitu di lokasi-lokasi yang akan dijadikan
kegiatan di wilayah Lampung Selatan.
2. Sumur penduduk
C. Topografi
Topografi diukur dengan cara pengamatan visual dan data sekunder. Data yang diperoleh
adalah kemiringan lahan, ketinggian dari permukaan laut serta kondisi kualitatif lahan.
Data lahan berupa tata guna lahan dan peruntukan lahan. Data tata guna lahan berupa
data sekunder yang dikeluarkan dari Kantor Pertanahan setiap lokasi studi. Bila data ini
tidak tersedia maka sketsa perkiraan penggunaan lahan akan dibuat di lapang. Data
peruntukan lahan berupa data sekunder dapat diperoleh dari Rencana Tata Ruang Daerah.
E. Oseanografi
Pengumpulan data oseanografi akan ditekankan kepada keperluan analisis di laut dan
juga pengaruh dari bangunan fisik terhadap proses hidrodinamika perairan laut di sekitar
perairan lokasi studi. Data yang akan diambil antara lain : tipe pasang surut, arah dan
kecepatan arus pantai, gelombang dan kecepatan sedimentasi pantai.
Pengambilan contoh dan analisis data komponen biologi perairan dalam studi ini, pada
dasarnya merupakan pengukuran respon biologis terhadap perubahan lingkungan hidup
akibat adanya degradasi kualitas perairan. Respon biologis tersebut dikaji melalui
struktur dan tipologi komunitas organisme perairan yang dijadikan komponen biologi
penting. Pengkajian terhadap struktur dan tipologi ini dilakukan melalui pendekatan
analisis kelimpahan, keanekaragaman, asosiasi dan variasi spasial komunitas organisme
perairan, yang meliputi: plankton, benthos dan nekton.
Secara ringkas parameter, metoda, alat dan jumlah sampel yang diambil disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter, Metoda dan Alat Pengukuran Parameter Lingkungan dalam Studi Penyusunan
Base Line Data Lokasi Proyek.
6. Hidrologi
a. Pola drainase - Pengamatan dengan alat peta topografi,
planimeter, curvimeter, kompas, abney
meter
b. Debit sesaat - Velocity area
c. Sedimentasi sungai mg/l Analisa ukuran butiran bottom sampling
dan wawancara
d. Ketersediaan air tanah Data Primer
a. Iklim
Data mengenai iklim dianalisis sehingga dapat disimpulkan tentang tipe iklim di lokasi
studi. Analisis dan data iklim diolah berdasarkan formula Schmitd dan Fergusson.
Analisis data kualitas udara dan kebisingan akan dilakukan dengan cara membandingkan
baku mutu kualitas udara berdasarkan Baku Mutu yang berlaku.
Data tentang ruang dipergunakan untuk melihat apakah penggunaan lokasi proyek
sebagai kawasan industri dan perdagangan sesuai dengan peruntukannya atau tidak. Data
geologi disajikan untuk menunjang data tanah. Data topografi untuk melihat relief dan
digunakan untuk menduga nilai erosi tanah.
Data tanah akan dianalisis untuk menduga erosi, terutama pada daerah berbukit. Ciri
tanah yang lainnya digunakan sebagai data dasar keperluan pemantauan lingkungan.
Untuk menduga erosi digunakan persamaan unsur kehilangan tanah menurut USLE
1
(Weischmeier dan Smith, 1978) sebagai berikut :
A = RKLSCP
A = besarnya erosi
R = faktor erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
LS = Faktor topografi (L = panjang lereng dan S = kemiringan lereng)
C = Faktor Pengelolaan Tanah dan tanaman penutup lahan
P = Faktor tehnik konservasi
1
- Faktor tanaman penutup tanah (c) dilihat dari tabel untuk hutan yaitu c = 0,001
sedangklan faktor tindakan konservasi tanah (P) dianggap 1 karena tidak ada tindakan
konservasi.
d. Hidrologi
Berdasarkan kondisi topografi, batas-batas DAS atau Sub Das lokasi studi ditentukan dari
peta topografi. Batas-batas DAS ini dipakai dalam perkiraan luasan Daerah Aliran
Sungai.
Dari pengukuran lapang, debit sesaat dihitung dengan rumus:
Q = Σ AiVi
dimana Q = debit terukur (m3/detik)
Ai = luas penampang i (m2); atau dalam hal ini luas kolom air sungai
Vi = kecepatan rata-rata penampang i (m/detik)
Kemampuan sungai mengalirkan air dihitung berdasarkan persamaan Manning sebagai
berikut:
1.49 2/3 1/ 2
Qs = As R S
n
dimana :
Qs = debit sungai (m3/detik);
As = luas sungai (m2);
n = derajat kekasaran;
R = jari-jari hidrolika (m);
S = gradien hidrolika (m);
Berdasarkan debit yang terukur persamaan di atas dipergunakan untuk menghitung
gradien hidrolika. Nilai derajat kekasaran akan ditentukan berdasarkan pada literatur
dengan mempertimbangkan kondisi fisik sungai.
Laju sedimentasi dihitung berdasarkan pada persamaan :
R s = 0.0864 C m Q s
dimana :
Rs = laju sedimentasi (ton/hari);
Cm = konsentrasi sedimentasi (mg/l);
Qs = debit sungai (m3/detik);
e. Kualitas Air
Analisis data dari nilai-nilai parameter kualitas air dilakukan dengan mengacu pada
Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990 yaitu baku mutu air golongan B untuk Air
Sungai dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 untuk air
tanah.
g. Biologi Perairan
g.1 Plankton
Semua organisme plankton yang diperoleh, dianalisis lebih lanjut untuk memperoleh
sebaran kelimpahan, keanekaragaman dan similaritas (kesamaan jenis).
a. Kelimpahan
Kelimpahan dinyatakan sebagai jumlah individu plankton per satuan volume air. Dengan
menggunakan Sedgwick-Rafter Counting Cell, kelimpahan setiap spesies plankton
dihitung berdasarkan jumlah individu/liter (N) sebagai berikut:
N = (C x A x V1)/(1 x a x u x V2)
Dimana:
C = jumlah rata-rata individu setiap spesies plankton
per lapangan pandang
V1 = volume air contoh dalam botol contoh plankton (ml)
V2 = volume air yang disaring (l)
A = luas bagian cekung dari Sedgwick-Rafter Counting
Cell (mm2)
a = luas lapangan pandang (mm2)
u = jumlah lapangan pandang yang diperiksa
l = volume air dalam cekungan Sedgwick-Rafter Counting
Cell yang diperiksa
Regularitas yang diwujudkan dalam indeks regularitas (equitability index) adalah suatu
penggambaran mengenai sebaran individu setiap spesies dalam komunitas. Indeks
regularitas (E) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
H'
E =
Hmax
H'
E =
3,322 Log S
dimana:
H = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
g.2 Benthos
Semua organisme makrozoobenthos yang diperoleh, dianalisis lebih lanjut untuk mem-
peroleh sebaran kelimpahan, keanekaragaman dan similaritas (kesamaan jenis).
a. Kepadatan
Kepadatan makrozoobenthos didefinisikan sebagai jumlah individu makrozoobenthos
persatuan luas tertentu, biasanya dalam satuan meter kuadrat. Kelimpahan
makrozoobenthos dapat dijabarkan melalui persamaan berikut:
10000 x a
K = ------------
b
dimana :
K = kelimpahan makrozoobenthos (individu/m2)
a = jumlah makrozoobenthos yang dihitung (individu)
b = luas bukaan mulut dredge (cm2)
b. Keanekaragaman dan Regularitas
Analisis dilakukan sama seperti pada komunitas plankton