Anda di halaman 1dari 4

FIXED DRUG ERUPTION

A. Pendahuluan
Fixed drug eruption(FDE) adalah reaksi alergi obat yang bila berulang akan timbul
pada tempat yang sama. FDE disebabkan oleh obat khusus atau bahan kimia, banyak obat
yang dapat menyebabkan FDE akan tetapi yang paling sering dilaporkan adalah
phenolthalein, barbiturate, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik pyrazolone dan obat non
steroid.

B. Patogenesis
Patogenesis dari FDE ini masih belum diketahui secara pasti. Namun penelitian
terakhir menyebutkan adanya peran sel mediator yang mengawali munculnya lesi yang
aktif. Proses ini meliputi suatu antibodi-dependent dan reaksi sel mediator sitotoksik.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV, defisiensi enzim, dan hipersensitivitas terhadap zat, dapat
menjadi bagian dari proses patofisiologi fixed drug eruption. Obat-obat yang masuk
dianggap sebagai hapten yang berikatan dengan sel basal keratinosit atau dengan
melanosit pada lapisan basal epidermis, yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi. 
Melalui pelepasan sitokin, seperti tumor necrosis faktor-alpha, keratinosit
mengekspresikan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1). Pengaturan ICAM-1 akan
mendorong sel T (CD4 dan CD8) berpindah ke lokasi lesi. Datangnya sel CD8 dan
bertahan di lokasi lesi akan menyebabkan kerusakan jaringan yang terus-menerus akibat
produk inflamasi, seperti sitokin interferon gamma dan TNF-α. Sel yang diisolasi pada
lesi aktif juga mengekspresikan alpha E beta 7, suatu molekul permukaan, seperti
CLA/alpha 4 beta 1/CD4a, yang mengikat ICAM-1, yang membantu menarik sel CD8 ke
lokasi lesi.
Sel CD4 memproduksi IL-10, yang menekan sistem imun, yang menyebabkan lesi
yang terus aktif. Jika respon inflamasinya sudah hilang, IL-15 yang diekspresikan
keratinosit akan membantu mempertahankan sel CD8, yang akan memberikan memori
fenotipe. Sehingga ketika paparan obat berulang, respon akan berkembang lebih cepat
pada lokasi yang sama.

C. Diagnosis
 Gambaran klinis
FDE dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai dengan 8 jam setelah ingesti obat
secara oral. Lesi dapat berupa makula bulat ataupun oval, berwarna kemerahan atau
keunguan, dengan batas tegas, dengan seingingnya waktu lesi dapat berubah menjadi
bula, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta. Lesi awal berbentuk soliter, tapi
bila penderita meminum obat yang sama maka lesi yang lama dapat timbul kembali
bersamaan dengan timbulnya lesi yang baru.
Lesi dapat timbul dikulit dan membran mukosa yaitu dibibir, badan, tangan,
tungkai, bahkan dialat genital. FDE pada genital laki-laki sering disangka sebagai
penyakit kelamin karena berupa erosi yang kadang-kadang cukup luas disertai eritema
dan rasa panas setempat. Gejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar, jarang
dijumpai gejala sistemik. Lesi FDE jika menyembuh akan meninggalkan bercak
hiperpigmentasi yang lama baru hilang.
 Pemeriksaan
Dalam mendiagnosis FDE dapat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
khas. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang
diagnosis. Yaitu:
 Biopsi dapat membantu untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding.
 Pemeriksaan histopatologi
Gambaran histologi FDE menyerupai multiforme (EM). Seperti pada EM reaksi
dapat terjadi pada dermis atau epidermis ataupun keduanya akan tetapi yang
paling sering adalah dermis dan epidermis. Pada tahap awal pemeriksaan
histopatologi menggambarkan adanya bula subepidermal dengan degenerasi
hidropik sel basal epidermis. Dapat juga dijumpai diskeratosis keratinosit dengan
sitoplasma eosinofilik dan inti yang piknotik di epidermis. Pada tahap lanjut dapat
dilihat melanin dan makrofag dapa dermis bagian atas dan terdapat peningkatan
jumlah melanin pada lapisan basal epidermis.
 Dapat juga dilakukan pemeriksaan patch test. Patch test ini tidak dianjurkan pada
saat erupsi masih aktif maupun segera sesudah erupsi. Uji ini sebaiknya dilakukan
sekurang-kurangnya 6 minggu setelah erupsi mereda. Khusus pada fixed drug
eruption penggunaannya agak berbeda. Obat dengan konsentrasi 10% dan vaselin
atau etanol 70% . observasi dilakukan 24 jam pertama dan dianggap positif (+)
apa bila terdapat eritema yang jelas dan bertahan minimal 6jam.
D. Penatalaksanaan
Pengobatan pada FDE ini lebih menekankan pada pengobatan topical dari pada
sistemik. Pebgobatan topikal tergantung pada keadaan kulitnya apakah kering atau basah.
Pada keadaan kering dapat diberikan krim kortikosteroid misalnya krim hidrokortisol 1%
atau 2,5%. Untuk lesi hiperpigmentasi tidak perlu diobati karena dapat hilang dengan
sendirinya dalam jangka waktu yang lama.
Pada keadaan basah dapat dilakukan kompres, cairan kompres yang dapat dipilih
antara lain larutan NaCl 0,9 atau dengan larutan antiseptik ringan misalnya asam salisilat
1:1000. Pengompresan dilakukan cukup 2 sampai 3 kali sehari biarkan basah (tetapi tidak
sampai menetes) selama +/- 15-30menit. Eksudat akan ikut mengering bersama
mengering. Biasanya pengompresan cukup dilakukan 2 sampai 3 hari pertama saja.

E. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Apabila penyebab obat dapat dipastikan maka penderita dapat
diberikan kartu catatan yang memuat jenis dan golongan obat penyebab FDE pada
penderita dan catatan ini dapat digunakan sewaktu-waktu saat penderita berobat, sehingga
dapat mencegah terulangnya terjadi FDE.
DAFTAR PUSTAKA

ed Adhi, D. Mochtar, H. dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo, A.W., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://emedicine.medscape.com/article/1336702-overview
http://dermnetnz.org/reactions/fixed-drug-eruption.html
http://dermnetnz.org/procedures/patch-tests.html

Anda mungkin juga menyukai