Oleh:
NIM: 04094705036
Pembimbing:
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
NIM: 04094705036
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 25 Oktober-20 Desember
2010
Pembimbing
PENDAHULUAN
Tujuan sistem kesehatan yang baru, mencakup tiga hal yaitu kesehatan yang baik,
responsif terhadap harapan masyarakat, dan kesetaraan kontribusi finansial. Hal ini
menjelaskan bagaimana sistem kesehatan mencakup ketentuan pelayanan kesehatan,
pendanaan, pengelolaan, dan pengumpulan serta pendayagunaan sumber-sumber layanan
kesehatan yang ada. Semua sistem kesehatan membawa fungsi penyediaan atau pengadaan
pelayanan kesehatan pribadi atau umum; membangkitkan sumber-sumber daya fisik dan
manusia yang diperlukan; meningkatkan dan mengumpulkan sumber-sumber pendapatan
yang akan digunakan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan; dan bertindak sebagai
pengelola keseluruhan sumber daya, tenaga, dan harapan-harapan yang dipercayakan kepada
mereka.
Misi utama WHO yaitu pencapaian tingkatan tertinggi yang mungkin dicapai oleh
seluruh lapisan masyarakat akan kesehatan, dengan penekanan khusus kepada pemendekan
jarak diantara masing-masing negara, sangat erat terkait kepada tiga hal yaitu pengurangan
tingkat kematian pada kelompok masyarakat miskin dan marginal, mengatasi secara efektif
faktor-faktor resiko yang paling menonjol, dan menempatkan kesehatan pada inti agenda
pengembangan yang lebih luas. Paradigma kesehatan yang dulu memberikan perhatian lebih
terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat, kini menambahkan penekanan terhadap
kebaikan dan kesetaraan. Hal ini secara tidak langsung memberikan peran terhadap
masyarakat untuk menjadi penyedia layanan kesehatan, konsumen, kontributor, teman kerja,
dan juga sebagai warga negara yang terlibat dalam tanggung jawab manajerial. Oleh karena
itu, dengan kata lain, sistem kesehatan membuat perbedaan yang bermakna terhadap kualitas
dan nilai, sebagaimana juga usia harapan hidup msyarakat yang ia layani.
Akan tetapi, sistem kesehatan juga dapat salah dalam menggunakan kekuatan dan
membuyarkan potensi mereka. Strukturisasi yang buruk, pimpinan yang buruk,
pengorganisasian yang tidak efisien dan pendanaan yang tidak adekuat dapat memperburuk
daripada memberikan dampak yang baik. Kesalahan ini menghasilkan angka kematian yang
besar yang tidak dapat dicegah dan ketidakmampuan pada setiap negara, akan penderitaan
yang tidak sepatutnya, ketidakadilan, dan penyangkalan hak-hak dasar individu. Dampak
yang terberat terjadi pada mereka yang miskin, yang tergiring semakin dalam kedalam
kemelaratan oleh karena kurangnya perlindungan finansial dari kesakitan. Si miskin juga
muncul sebagai orang yang mendapatkan tingatan tanggung jawab terendah, dimana mereka
diperlakukan sebagai orang rendahan, diberikan pilihan yang sedikit akan penyedia layanan
kesehatan, dan mendapatkan penyikapan yang buruk.
Tanggung jawab terbesar berada ditangan pemerintah untuk menjamin kinerja seluruh
sistem kesehatan, dimana selanjutnya harus melibatkan seluruh sektor masyarakat dalam hal
pengelolaannya. Kebijakan dan strategi kesehatan diperlukan untuk menutupi biaya
pelayanan dan finansial swasta, seperti ketetapan pendanaan dan aktivitas-aktivitasnya.
Hanya melalui cara ini dapat membuat sistem kesehatan sebagai orientasi dalam mencapai
harapan yang ada pada masyarakat. Sektor swasta memiliki potensi untuk memainkan
peranan yang positif dalam memperbaiki performa sistem kesehatan. Akan tetapi, sebelum
semuanya dapat terwujud, pemerintah harus memenuhi fungsi inti pengelolaan masyarakat.
Insentif yang sesuai dan informasi yang adekuat akan penyedia layanan swasta adalah dua hal
yang sangat berguna untuk memperbaiki performa sistem kesehatan.
Tenaga kesehatan terlatih dan klinik berjalan, sebagai aset tetap, adalah cadangan
modal sistem kesehatan. Investasi adalah tambahan-tambahan apapun ada cadangan modal
ini, seperti ahli farmasi atau kendaraan tambahan. Namun, kemajuan teknologi
mempengaruhi masa ekonomis sebuah modal dimana investasi-investasi lama kemudian
menjadi tertinggal dan perbaikan teknologi menjadi sesuatu yang krusial.
Modal berupa manusia dapat diperlakukan dengan cara yang sama secara konseptual
seperti modal fisik, dengan pendidikan dan pelatihan sebagai kunci investasi untuk
meningkatkan cadangan modal manusia dan menentukan ketersediaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan. (WHO:Action Programme on Essential Drugs,1999) Namun, seperti halnya
perawatan, pendidikan dapat menjadi tertinggal, sehingga pendidikan juga harus
mendapatkan perhatian dalam pengemabangannya. Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan-
pelatihan pekerjaan dibutuhkan untuk menjaga keterampilan yang ada seiring dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Modal berupa manusia juga dapat hilang melalui
pensiun dan kematian.
Investasi adalah kegiatan yang penting untuk meningkatkan cadangan modal dan
menciptakan aset-aset baru yang produktif, sehingga investasi juga merujuk, dalam arti yang
lebih luas, kepada program-program baru, aktivitas atau proyek-proyek kesehatan. Pada
negara-negara dengan pendapatan yang rendah, terdapat keberagaman level investasi,
terutama ketika infrstruktur fisik sedang dibangun atau diperbaiki dengan bantuan dari negara
pendonor. Negara-negara seperti Burkina Faso, Kamboja, Kenya, Mali, dan Mozambik
melaporkan pembelanjaan modal antara 40% dan 50% dati total anggaran belanja kesehatan
dalam satu hingga dua tahun. (World Health Organization, 1997; Anell A, et al, 2000)
Persentase yang besar pada anggaran belanja yang ada biasanya digunakan untuk membayar
tenaga-tenaga pelayan kesehatan. Hal ini berarti hanya sedikit fraksi dari total anggaran
belanja yang dialokasikan bagi perawatan modal manusia maupun fisik dan juga pada
masukan-masukan berupa barang-barang konsumsi. Pada umumnya, hanya sedikit
pemahaman akan investasi pada negara-negara dengan pendapatan yang rendah, bahkan pada
sektor-sektor publik. Pada sektor swasta, laporan estimasi kesehatan nasional bahkan
terkadang tidak ada, atau mencerminkan rasio tinggi yang tidak masuk akal atas investasi
dengan total pengeluaran, dan berlangsung sepanjang tahun. Ketidak tahuan mengenai berapa
banyak yang telah diinvestasikan, dana dalam hal masukan apa, membuat semakin tidak
mungkin untuk menghubungkan keputusan akan modal terhadap biaya yang ada atau untuk
menyakinkan bahwa modal yang ada tidak terbuang percuma atau tidak menghabiskan
pendanaan bagi masukan-masukan lainnya. (International Finance Corporation, 1998)
Gambar 1. Pendapatan bagi Sistem Kesehatan: mulai dari sumber-sumber pendanaan hingga
intervensi terhadap kesehatan.
Sebuah sistem kesehatan dapat memiliki jumlah sumber daya manusia yang sangat
banyak, dengan tingkat pengetahuan yang sangat baik, tetapi tetap berhadapan dengan krisis
yang mungkin berkembang jika kebutuhan akan kesehatan, prioritas, dan ketersediaan
sumber daya dimasa mendatang tidak diperhitungkan. Suatu sistem kesehatan harus
seimbang dalam berinvestasi pada modal manusia untuk menutupi kebutuhan dimasa
mendatang sebagaimana kebutuhan dimasa sekarang. (Banta HD, et al, 1993) Akan tetapi,
level pengetahuan, terampilan, dan staff yang tinggi tidak akan beraarti apa pun tanpa
penggunaan fasilitas, peralatan diagnostik, dan obat-obatan yang efiesien dan memadai.
Kurangnya materi pendukung akan turut sertaa memberikan pengaruh yang negatif terhadap
motivaasi pelayan kesehatan, dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas
sumber daya manusia. Akan tetapi, motivasi juga tidak hanya tergantung kepada kondisi
tempat pelayanan. Insentif finansial dan kompensasi, sebagai contoh adalah pemasukan dan
keuntungan-keuntungan lainnya, juga merupakan suatu hal yang penting sebagai upaya
manajemen staf dan kemungkinan peningkatan profesionalitas.
Upah yang tidak sesuai dan tidak menguntungkan derta ditambah dengan lingkungan
kerja yang miskin dan tidak mendukung adalah salah satu hal yang paling sering
diungkapkan sebagai alasan pada beberapa negara berkembang sebagai masalah yang paling
menekan kinerja tenaga kesehatan. (Barnum H, et al, 1993) Pada beberapa negara, sebagai
contoh Mesir dan Banglades, jelas sekali mayoritas seluruh dokter-sokter publik melihat
bayaran dari pasien-pasien swasta sebagai pendapatan tambahan bagi pekerjaan asli mereka.
Di Kazakhstan, pembayaran informal diperkirakan menyumbang 30% tagihan pelayanan
kesehatan nasional. (Becker GS, 19933) Kemungkinan bagi dokter untuk bekerja disektor
swasta diberikan oleh beberapa negara untuk menetralisasi pemikiran skeptis staf-staf yang
berkualitas di sektor publik. Strategi ini dianggap berhasil di Bahrain, tetapi berdasakan
pengalaman di Ghana dan Nepal yang menunjukkan bahwa insentif dapat mengiring
diversifikasi sumber-sumber yang jarang dari pelayanan publik dan dapat memicu para
profesional untuk terikat pada praktik swasta secara independen. (Berckmans P, 1998)
Walaupun kemajuan-kemajuan telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir dalam hal
kebijakan kesehatan nasional dan perencanaan bagi sumber daya manusia untuk kesehatan,
hal ini belum terimplementasi secara seutuhnya pada kebanyakan negara. Selain itu, hanya
sedikit negara yang melakukan pengamatan dan evaluasi akan kemajuan dan dampak dari
pengimplementasian kebijakan tersebut. (Musgrove P, 2000)
Seluruh negara, baik kaya ataupun miskin, harus menemukan dan menjaga
keseimbangan yang rasional antar pemasukan. Pilihan-pilihan yang termasuk dalam upaya
menemukan keseimbangan ini dapat beragam, tergantung kepada jumlah sumber daya yang
tersedia. Beberapa harga masukan ditentukan secara lokal, tetapi beberapa diantaranya juga
ditentukan secara internasional. Pada kebanyakan negara, harga sumber daya manusia
(pendapatan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya) ditentukan secara nasional, dan
level pendapatan pada umumnya disetiap negara atau wilayah akan menjadi faktor pembeda
yang penting. Harga bagi beberapa jenis obat dan peralatan medis, disisi lain, ditentukan di
pasar dunia. Walaupun perbedaan di tingkat pendapatan dalam suatu negara akan
menginduksi manufaktur dan distribusi daripada obat dan peralatan ke harga yang berbeda,
pengelolaan sistem kessehatan dalam negeri sendiri secara tidak langsung dapat
mempengaruhi harga tersebut dibandingkan dengan harga sumber daya manusia. Pengelolaan
secara internasional dibutuhkan untuk mencerminkan ketertarikan konsumen di negara
dengan pendapatan yang rendah yang menghadapi penyebaran penyakit infeksi dan parasitik
yang sangat berat. Pengelolaan seperti ini ditangani oleh agensi-agensi seperti WHO dan
Bank Dunia, yang akan mengasumsikan peningkatan kepentingan pada saat globalisasi
ekonomi berlanjut dan perjanjian perdagangan bebas diberlakukan.
Keputusan terkait modal fisik seperti rumah sakit dan fasilitas umum yang besar
lainnya, membutuhkan perhatian publik yang lebih besaar. Klinik ambulatori, laboratorium,
farmasi, rumah sakit tepi pantai, dan fasilitas klinik sederhana lainnya tekadang memiliki
kebutuhan modal yang kecil, dan penyedia swasta mungkin dapat memberikan dukungan
finansialnya sendiri atau melalui pinjaman ringan yang pararel tehadap investasi publik. Pada
kasus pembangunana rumah sakit yang besar, kebanyakan negara sangat bergantung kepada
investasi publik. Keputusan investasi pada wilayah ini memiliki konsekuensi-konsekuensi
yang dapat bertahan selama 30-40 tahun atau lebih. Sekali dibangun, rumah sakit secar politis
sangat sulit untuk ditutup. Kebutuhan akan kebijakan publik yang kuat, tidak secar langsung
mempengaruhi keseluruhan cadangan modal. Tren yang meningkat sekarang ini adalah
dimana kebanyakan negara mencari sektor-sektor swaasta untuk mendukung investasi di
sistem kesehatan mereka, bahkan ketika fasilitas yang dihasilkan tidak ditujukan untuk
mendapatkan keuntungan, dan biaya pengoperasiannya akan dibiayai oleh publik.
(International Finance Corporation, 1998) Pengalaman menyarankan bahwa pendekatan
tidak langsung dan penyediaan komunitas penelitian dengan insentif yang sewajarnya akan
lebih berhasil, dan yang perlu diingat, pengelolaan imajinatif internasional dapat membuat
perbedaan yang bermakna.
Perbedaan terbesar dalam penggabungan sumber daya yang digunakan oleh negara-
negara dengan pendapatan yang tinggi dan rendah dapat secara terpisah dijabarkan dengan
perbedaan dalam relativitas harga-harga. Sistem kesehatan nasional yang secara penuh
menawarkan informasi paling lengkap mengenai masukan-masukan bagi sistem kesehatan
dan harga-harga mereka. Di negara miskin, suber daya manusia yang tak terlatih relatif lebih
murah, sedangkan teknologi medis, fasilitas, dan staf yang sangat berkualitas akan sangat
mahal. Sebagai hasilnya, sebagian besar persentase total anggaran belanja publik sering
dialokasikan untuk investasi Sekali seorang staf sudah dibayar dari anggaran belanja yang
ada, mereka akan lebih sedikit menghabiskan pada peralatan, obat-obatan, barang-barang
konsumsi, dan perawatan fasilitas yang ada. Hal ini menjadi bukti bahwa sebenarnya mereka
memiliki jumlah staff yang terlalu banyak, terkadang mencerminkan pula pelatihan para taf
disarakan kepada norma-norma masyarakat atau kebutuhanberdasarkan rencan, dibandingkan
dengan kesesuaiannya dengan sumberdaya berdasarkan rencana. Konsumsi obat-obataan di
negara dengan pendapatan yang rendah, kadang juga pada beberapa negara berpendapatan
tinggi, adalah secara sangat besar terlalu mengandalkan keuangan pribadi konsumen melalui
sistem pembayaran “dari kantung”. Pada negara yang lebih berkembang, pengeluaran pada
benda-benda konsumsi akan lebih tinggi pada jumlah yang absolut, tetapi masih rendah
dalam kerelativan karena terdapat fakta dimana suber daya manusia jauh lebih mahal. Bahkan
untuk negara dengan tingkat pendapatan yang dapat diperbandingkan, terkadang terdapat
juga perbedaan yang jelas dalam hal profil sumber daya spesifik suatu negara.
Gambar 2 menunjukkan profil sumber daya empat negara dengan pendapatan yang
tinggi : Denmark, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Level pemasukan setiap negara,
pada setiap jenis pemasukan, ditampilkan dalambentuk persentase dalam penilaian tertinggi
dalam halnya sebagai indikator dalam kelompok tersebut. (Anell A, 2000)
Amerika Serikat berada pada titik hampir maksimal pada setiap input. Pada
pembelanjaan dan teknologi berada pada titik maksimal dari kelompok negara-negara
tersebut. Swedia memiliki cadangan sumber daya manusia terbanyak dan juga ranjang-
ranjang, sedangkan Denmark, pengeluar tertinggi dalam hal obat-obatan. Inggris berada pada
titik perbatasan setiap pemasukan dalam kelompok ini. Namun, jika dibandingkan dalam hal
jumlah tempat tidur dan obat-obatan, Inggris dapat diperbandingkan dengan anggota lainnya
dalam kelomppok, dan bahakan lebih tinggi dari AS.
Pada gambar 4, ditampilkan profil untuk Mesir, Afrika Selatan, Meksiko, dan
Thailand. Empat negara dengan pendapatan menengah ini secara substansial menghabiskan
lebih sedikit pada semua sumber daya pelayanan kesehatan dibandingkan dengan kelompok
negara-negara dengan pendapatan yang lebih tinggi. Seperti pada kasus negara-negara
dengan tingkat pendaatan yang tinggi, terdapat pula perbedaan yang mencolok dalam hal
pengggabungan sumber daya kesehatan dan perbedaannya tampak tidak dipengaruhi secara
utama oleh perbedaan pendapatan atau harga.
Afrika Selatan berada pada titik maksimal dalam kelompok akan pembelanjaan,
perawat, tempat tidur dan scanner MRI, tetapi paling jauh dari titik maksimal untuk obat-
obatan dan dokter ( dengan Thailand). Mesir memiliki total pembelanjaan kesehatan yang
terendah per kapita dalam kelompok, tetapi dengan rasio tertinggi untuk dokter dan pada
tingkat kedua tertinggi untuk konsumsi bat-obatan. Dokter dan obat-obatan di Mesir adalah
yang paling dibayarkan secara langsung oleh pasien “dari kantung”. Sekitar 80% pendapatan
dokter diperkirakan berasal dari paktek swasta, dan pendanaan rumahtangga mencapai 60%
dari total biaya obat selalui pembayaran langsung. (WHO health system profiles database,
1999) Keraguan akan keterampilan dokter kini berkembang. Terdapat penggunaan yang luas
akan obat-obatan bermerek dibandingkan dengan obat-obatan generik. Sebagian, pola
penggunaan obat seperti ini dapat dijelaskan dengan kurangnya pengetahuan dan minimnya
persepsi akan obat generik oleh konsumen, dikombinasikan dengan pengobatan sendiri yang
luas. Peresepan irrasional oleh dokter dan dispensing oleh perusahaan obat pada obat-obat
yamg tergolong mahal adalah salah satu faktor penjelas yang penting.
Meksiko memiliki rasio yang tinggi akan dokter, bersamaan juga dengan Thailand,
memiliki rasio terendah akan perawat didalam kelompok. (WHO health system profiles
database, 1999) Hal ini diperkirakan 15% dari seluruh dokter di Meksiko kemungkinan tidak
aktif, tidak bekerja, atau tidak memiliki pekerjaan. Walauun dalam keadaan berlebih, tetapi
pada kenyataannya masih banyak pos-pos di daerah perifer yang tidak terisi. Sisi yang
berkebalikan ada pada Thailand dan Afrika Selatan yang kekurangan tenaga dokter. Bahkan,
Otoritas Kesehatan Thailand memperkirakan bahwa dibutuhkan paling tidak 10.000 dokter
lagi. (WHO health system profiles database, 1999) Rasio antara dokter dan perawat
menunjukkan perbedaan yang besar di Afrika Selatan dimana perawat sebanyak dokter yang
mungkin disebabkan oleh mobilitas internasional dokter, tetapi di Mesir dan Meksiko
proporsinya berkebalikan. Distribusi sumber daya kesehatan melintasi kelompok etnis
kemungkinan adalah sebuah permasalahan yang cukup besar di Afrika Selatan. Di Thailand,
kebanyakan peralatan teknologi canggih dipusatkan di rumah sakit urban, sedangakn
penggunaan teknologi di level penyedial pelayanan primer menjadi miminal. Hampir 900
dokter diproduksi di Thailand setiap tahunnya menetap di wilayah urban, dan sedikitnya staf
yang memiliki kualifikasi di daerah perifer hingga sekarang tetap tidak berubah.
Gambar 2. Penggabungan Pemasukan Sistem Kesehatan : perbandingan empat negara dengan
pendapatan menengah, pada kurun waktu 1997
Contoh yang nyata tampak ada masyarakat Swedia yang menikmati kesehatan lebih baik
daripada masyarakat di Uganda, dimana Swedia memliki harapan hidup dua kali lipat lebih
lama, adalah utamanya karena Swedia menghabiskan 35 kali lipat lebih besar pendapatan per
kapitanya pada sistem kesehatan dibandingkan Uganda. (WHO health system profiles
database, 1999) Kan tetapi, hal yang kontras terjadi di Pakistan yang membelanjakan jumlah
yang hampir sama dengan Uganda, tetapi tetap mendapatkan usia harapan hidup 25 tahun
lebih lama dari Uganda. Hal ini menjadi perbandingan yang krusial, bagaimana sistem
kesehatan di Pakistan dapat jauh lebih baik, dengan pengeluaran yang hampir sama? Dimana
yang menjadi perhatian adalah pengeluarannya dan bukan total pendapatan negara. Setiap
sistem kesehatan harus ditentukan berdasarkan sumber-sumber yang ada secara aktual
terhadap pembagiannya, dan tidak berdasarkan sumber-sumber lainnya yang secara prinsip
dapat digunakan bagi kesehatan tetapi digunakan untuk kepentingan lainnya.
Pertanyaan bagi sistem kesehatan apapun pada saat ini adalah bagaimana
memberdayakan jumlah penduduk dalam suatu negara dan seluruh sumber-sumber yang ada
bagi sistem kesehatan. Dengan menghubungkan pencapaian melalui langkah ini, untuk
memperhitungkan pencapaian minimum dan mksimum dan digunakan untuk menentukan
sumber-sumber keuangan, dapat ditentukan indikator keseluruhan atas kinerja daripada
sistem kesehatan. Pada termnologi keuangan, kinerja diukur dari efisiensi, dimana sistem
kesehatan yang efisien pada akhirnya memperoleh relatif lebih banyak terhadap sumber-
sumber yang ada, tidak menyia-nyiakan sumber daya, walaupun jika ia mendapatkan levekl
kesehatan, kepuasan, dan kesetaraan yang tinggi.
Indonesia adalah negara keempat di dunia dengan penduduk terpadat, dengan 300
kelompok etnis, 350 bahasa lokal, dan dengan konsistensi negara yang berbentuk kepulauan
dimana terdapat lebih kurang 6000 pulau berenghuni. Penyakit menular adalah penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Penyakit yang menjadi maslah utama di
Indonesia antara lain:
Lepra
Malaria
Demam berdarah/ demam berdarah dengue: Biasa terjadi secara epidemik selama
puncakmusim hujan, mulai dari bulan November dan mencapai puncaknya pada bulan
Mei
Penyakit Menular Seksual (PMS). Tetap menjadi permasalahan yang serius terutama
ada kelompok-kelompok resiko tinggi, dan promosi penyebaran HIV/AIDS.
Penyendalian memiliki kendala dalam hal sosial dan kultural.
Menjaga dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas baik, pantas, dan
nyata; dan
Contoh penerapan sistem yang telah ada adalah Puskesmas Merdeka, Palembang,
Sumatera Selatan yang telah menerapkan manajemen swakelola atas sumber daya yang
mereka dapatkan berupa pemberian anggaran belanja dari pemerintah daerah, bantuan asing,
kerjasama dengan pihak asuransi pemerintah ataupun swasta, ataupun melalui sistem
administrasi pembelian tiket yang langsung dikelola oleh puskesmas. Penerapan sistem
kesehatan yang ada, mengelompokkan dan menggabungkan sumber-sumber pembiayaan
yang dapat diterima oleh puskesmas dan mengelola serta memanfaatkannya dalam hal
pemberian insentif berkala bagi tenaga kesehatan, perbaikan dan perawatan sarana dan
prasarana fisik puskesmas, dan pelatihan-pelatihan berkala para personil puskesmas.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Investasi adalah kegiatan yang penting untuk meningkatkan cadangan modal dan
menciptakan aset-aset baru yang produktif, sehingga investasi juga merujuk, dalam arti yang
lebih luas, kepada program-program baru, aktivitas atau proyek-proyek kesehatan. Pada
negara-negara dengan pendapatan yang rendah, terdapat keberagaman level investasi,
terutama ketika infrstruktur fisik sedang dibangun atau diperbaiki dengan bantuan dari negara
pendonor. Kinerja sistem kesehatan sangat tergantung pada pengetahuan, keterampilan, dan
motivasi orang-orang yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu, pada umumnya alokasi pembiayaannya adalah yang terbesar dalam anggaran
belanja kesehatan. Pada kebanyakan negara, dua per tiga atau lebih total jumlah
pembelanjaan mencerminkan pada pembiayaan tenaga kesehatan. Tetapi, tenaga-tenaga
kesehatan juga tidak akan mampu untuk memberikan pelayanan keseatan yang efektif tanpa
ada modal fisik, yaitu rumah sakit dan peralatan-peralatan, dan barang-barang konsumsi
seperti obat-obatan, yang juga memainkan peranan penting dalam peningkatan produktivitas
sumber daya manusia. Kombinasi keseimbangan pada masing-masing sumber masukan yang
berbeda adakan tergantung pada identifikasi kebutuhan kesehatan, prioritas sosial, dan
harapan-harapan masyarakat.
Suatu sistem kesehatan harus seimbang dalam berinvestasi pada modal manusia untuk
menutupi kebutuhan dimasa mendatang sebagaimana kebutuhan dimasa sekarang. Akan
tetapi, level pengetahuan, terampilan, dan staff yang tinggi tidak akan beraarti apa pun tanpa
penggunaan fasilitas, peralatan diagnostik, dan obat-obatan yang efiesien dan memadai.
Walaupun kemajuan-kemajuan telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir dalam hal
kebijakan kesehatan nasional dan perencanaan bagi sumber daya manusia untuk kesehatan,
hal ini belum terimplementasi secara seutuhnya pada kebanyakan negara. Selain itu, hanya
sedikit negara yang melakukan pengamatan dan evaluasi akan kemajuan dan dampak dari
pengimplementasian kebijakan tersebut.
III.2 SARAN
1. Perlu adanya penerapan sistem kesehatan yang berkesinambungan, terarah, dan selalu
mendapatkan pemantauan yang terarah, menyeluruh, dan berkelanjutan demi
mencapai tujuan kebaikan dan kesetaraan kesehatan dimasyarakat.
2. Pengelolaan sumber daya pelayanan kesehatan membutuhkan pendataan dan
penerapan sistem yang berkesinambungan dalam mendukung kinerjanya. Oleh karena
itu, sistem pencatatan dan pengumpulan aset-aset kesehatan yang dimiliki oleh suatu
negara beserta resiko-resiko yang harus di tanggung dalam menjalankan suatu sistem
harus lah terangkum dengan baik, akuntabel, dan sesuai dengan keadaan dilapangan.
3. Pengelolaan, pengembangan, dan perawatan sumber daya kesehatan, baik yang telah
ada maupun yang masih dalam tahap pembinaan, menjadi tanggung jawab negara
sebagai pemegang kebijaksanaan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan agensi-agensi internasional seperti WHO ataupun Bank Dunia dalam
upaya pengelolaannya.
Daftar Pustaka