- Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan
Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah menetapkan
tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR disebut
Ketetapan MPR.
- Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh UUD
1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna
melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin
bagi presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya,
sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.
- Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat
presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan Penetapan
Presiden. Kemudian melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan
Presiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk peraturan perundang-undangan
menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang bersifat khusus
(einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945, Ketetapan MPR yang memuat
garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan Pemerintah.
- Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Kalau kita amati
praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang dilakukan 3 (tiga) tahapan, yakni
perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan (ratification).
Disamping itu ada pula yang dilakukan hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation)
dan penandatanganan (signature).
Kelembagaan Negara Berdasarkan UUD 1945
Sesudah DPR bersama Presiden menetapkan UU dan RAP/RAB maka didalam pelaksanaan
DPR berfungsi sebagai pengawas terhadap pemerintah. Pengawasan DPR terhadap
Presiden adalah suatu konsekwensi yang wajar, yang mengandung arti bahwa presiden
bertanggung jawab kepada DPR.
Bentuk kerjasama antara presiden dengan DPR diartikan bahwa Presiden tidak boleh
mengingkari partner legislatifnya.
Menteri tidak dapat dijatuhkan dan diberhentikan oleh DPR, tapi konsekuensi dari tugas dan
kedudukannya, Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR, para Menteri
juga dari pada keberatan-keberatan DPR yang dapat mengakibatkan diberhentikannya
Menteri.
Mereka adalah pembantu presiden. Menteri mempunyai pengaruh yang besar terhadap
Presiden dalam menentukan politik negara yang menyangkut departemennya. Dalam praktek
pemerintahan, Presiden melimpahkan sebagian wewenang kepada menteri-menteri yang
berbentuk presidium.
Dalam Penjelasan UUD 45 Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, artinya
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah ataupun kekuasaan atau kekuatan lainnya.
Sistem pemerintahan Negara yang ditegaskan dalam UUD 1945 beserta Penjelasannya
yaitu :
f. Menteri Negara ialah pembantu Presiden; Menteri Negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR;
Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri negara sepenuhnya wewenang presiden.
Menteri-menteri bertanggungjawab kepada presiden.
g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas, karena Kepala Negara harus
bertanggung jawab kepada MPR dan kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-
sungguh suara DPR;
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan :
“Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia
bukan “diktator”, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Kunci sistem ini bahwa kekuasaan
presiden tidak tak terbatas ditekankan lagi dalam kunci sistem yang ke 2 sistem
Pemerintahan Konstitusional, bukan bersifat absolut dengan menunjukkan fungsi/peranan
DPR dan fungsi/peranan para menteri, yang dapat mencegah kemungkinan kemerosotan
pemerintahan di tangan presiden ke arah kekuasaan mutlak (absolutisme).
Adapun yang dimaksud dengan UUD 1945 ialah Konstitusi Republik Indonesia yang pertama
yang terdiri dari :
a. Pembukaan, meliputi 4 alinea
b. Batang Tubuh atau Isi UUD 1945 meliputi: 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan dan
2 Aturan Tambahan
c. Penjelasan resmi UUD 1945
Adapun UUD 1945 RI antara lain memuat Bab III yang berjudul : Kekuasaan Pemerintahan
Negara. Bab III ini terdiri dari 12 pasal, yaitu pasal 4 sampai dengan pasal 15.
Pasal 4 berbunyi sebagai berikut : Presiden Republik Indonesia memegang Kekuasaan
Pemerintahan menurut Undang-undang Dasar; Dalam melakukan kewajibannya Presiden
dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5 menentukan : bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-undang
dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dan Presiden menetapkan Peraturan
Pemeritah untuk menjalankan Undang-undang sebagai mana semestinya. Kemudian
menyusul pasal 6 sampai pasal 15.
Kemudian terdapat Bab V yang hanya mempunyai 1 pasal tentang Kementerian Negara.
Selanjutnya ada Bab VII dari pasal 19 sampai 22 tentang DPR. Kemudian ada Bab IX tentang
Kekuasaan Kehakiman terdiri dari 2 pasal yaitu pasal 24 dan 25.
Dari bab-bab diatas ternyata UUD 1945 tidak membedakan dengan tegas tugas antara
kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yidikatif seperti Montesquieu
dengan Trias Politicanya.
Malahan Bab III Kekuasaan Pemerintahan Negara meliputi kekuasaan legislatif dan
kekuasaan eksekutif, termasuk hak-hak prerogatif. Selanjutnya kekuasaan legislatif diatur
juga dalam Bab VII mengenai DPR, sedangkan kekuasaan eksekutif juga pada Bab V
mengenai Kementerian Negara.
Dalam Rapat Paripurna berikutnya, setelah RUU diterima oleh Pimpinan DPR,
kemudian Pimpinan DPR memberitahukan kepada Anggota masuknya RUU tersebut,
kemudian membagikannya kepada seluruh Anggota. Terhadap RUU yang terkait
dengan DPD disampaikan kepada Pimpinan DPD.
RUU beserta
penjelasan/keterangan, dan atau
naskah akademis yang berasal dari
DPD disampaikan secara tertulis
oleh Pimpinan DPD kepada
Pimpinan DPR, kemudian
dalamRapat Paripurna berikutnya,
setelah RUU diterima oleh DPR,
Pimpinan DPR memberitahukan
kepada Anggota masuknya RUU
tersebut, kemudian
membagikannya kepada seluruh
Anggota. Selanjutnya Pimpinan
DPR menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Pimpinan DPD mengenai tanggal pengumuman RUU yang
berasal dari DPD tersebut kepada Anggota dalam Rapat Paripurna.
Bamus selanjutnya menunjuk Komisi atau Baleg untuk membahas RUU tersebut, dan
mengagendakan pembahasannya. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, Komisi atau
Badan Legislasi mengundang anggota alat kelengkapan DPD sebanyak banyaknya 1/3
(sepertiga) dari jumlah Anggota alat kelengkapan DPR, untuk membahas RUU Hasil
pembahasannya dilaporkan dalam Rapat Paripurna.
RUU yang telah dibahas kemudian disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden
dengan permintaan agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden
dalam melakukan pembahasan RUU tersebut bersama DPR dan kepada Pimpinan
DPD untuk ikut membahas RUU tersebut.
Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya surat tentang penyampaian
RUU dari DPR,Presiden menunjuk Menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam
pembahasan RUU bersama DPR. Kemudian RUU dibahas dalam dua tingkat
pembicaraan di DPR.
Keterangan:
Untuk proses secara lengkap, silahkan lihat Tatib (tatatertib DPR RI BAB:
XVII Pasal 121 sampai Pasal 139)