Pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu negara. Sumber daya alam akan dapat dikelola dengan baik ketika ada integritas positif dengan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan profesional, artinya SDM yang dimiliki suatu negara akan memiliki nilai penting ketika didasari pada kompetensi yang cukup baik. Lebih lanjut dampak dari isu global ini akan mengarah pada proses pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan mempunyai arti penting dalam peningkatan SDM yang nantinya akan berdampak besar bagi pembangunan ekonomi di Indonesia khususnya. Pendidikan adalah hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial (United Nations, Report on the World Social Situation, 1997). Dalam bukunya, Todaro Smith mengungkapkan bahwa pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Pernyataan World Development Report bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan, menyerap, dan menyebarluaskan pengetahuan, namun akses terhadap pendidikan tidak tersebar secara merata, dan golongan miskin paling sedikit mendapat bagian, kasus ini dapat ditemukan di Indonesia yang pendidikannya belum merata antara masyarakat miskin dan masyarakat menengah ke atas. Oleh sebab itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak dan kewajiban masyarakat dalam bidang pendidikan seperti yang telah diamanatkan pada UUD 1945 bahwa pemerintah harus bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan umum. Semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, bukan hanya masyarakat menengah keatas yang mendapatkan pendidikan layak, masyarakat miskin pun berhak mendapatkannya, tidak seperti kenyataan yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan pendidikan pada masyarakat menengah ke atas lebih memadai atau layak dibandingkan masyarakat miskin. Kasus ini membuktikan bahwa pemerintah belum tanggap dalam pemerataan pendidikan.