Kawannya
Era Baru Sabtu, 19 September 2009
Para semut pekerja mendeteksi
kematian semut lain dan menarik
mereka keluar dari sarang,
biasanya dalam satu jam setelah
kematian. (National Academy
Sciences dan PNAS)
Tetapi ada sebuah simpul pada penemuan Choe. Semut-semut ini sedikit seperti
zombi. Choe mengatakan bahwa semut-semut yang hidup juga mempunyai bahan
kimia ini. Dengan kata lain, selagi satu semut merayap berkeliling, juga memberi
sinyal.
Lebih jauh lagi, Choe menemukan bahwa semut-semut Argentina mempunyai dua
bahan kimia tambahan di tubuh-tubuh mereka, dan ini menyampaikan kepada para
semut jarak dekat, ”Tunggu, aku belum mati.”
Maka riset Choe menetapkan dua sinyal kimia di dalam para semut: satu berkata,
”Aku telah mati,” yang satunya lagi artinya, ”Aku belum mati.”
Selain penemuan Choe, para ilmuwan lain telah mencoba untuk memahami
bagaimana para semut mengetahui semut lain telah mati. Jika satu semut yang
pingsan diketuk rekannya, kemudian semut-semut lain meninggalkannya sendirian
sampai ia terbangun, itu berarti para semut mengetahui bahwa semut yang tidak
bergerak masih dalam keadaan hidup. Banyak ilmuwan, seperti Choe, berpikir
harus ada suatu bahan kimia saat tubuh semut mati.
Choe mencurigai ketika seekor semut Argentina sekarat, bahan kimia berkata
“Tunggu, saya belum mati” cepat pergi menjauh, begitu bahan kimia “Aku belum
mati” ini lenyap, hanya satu yang dikatakan “Aku sudah mati”. Ketika para semut
yang lain hanya mendeteksi bahan kimia “Mati” tanpa bahan kimia “Belum mati”,
mereka sudah memastikan bahwa semut itu telah mati dan menarik pergi
tubuhnya. Ini adalah hipotesis Choe untuk menguji eksperimennya.
Untuk menguji hipotesisnya, Choe dan timnya menaruh bahan kimia yang berbeda
pada semut Argentina. Sebuah kepompong adalah tahap pertama kehidupan semut
sebelum menjadi dewasa. Ketika para ilmuwan mengunakan bahan kimia “Aku
sudah mati”, semut-semut lain dengan cepat menarik tubuhnya jauh-jauh, ketika
para ilmuwan menggunakan bahan kimia “Tunggu, saya belum mati.” Semut-
semut lain meninggalkan tubuh nya sendirian. Choe percaya perilaku ini
menunjukan bahwa keberadaan bahan kimia “Belum mati” mengesampingkan
bahan kimia “Mati”. Dan ketika pada akhirnya semut itu mati, bahan kimia
“Belum mati”-nya menghilang. Semut-semut yang lain lalu mendeteksi bahan
kimia “Mati” dan mengangkat tubuhnya dari sarang.
Pemahaman akan perilaku ini bisa membantu para ilmuwan memahami bagaimana
menghentikan semut-semut Argentina untuk menguasai tempat-tempat baru dan
menimbulkan permasalahan. Bahan kimia yang ditemukan Choe akan
dikembangkannya menjadi semacam insektisida.
Ketika ada semut mati, ia segera dipindahkan, perilaku ini penting bagi seluruh
kesehatan sarang semut, perilaku mereka tidak berbeda dengan kita: ketika
seseorang meninggal, jenazah itu lalu dikubur, tidak dibiarkan membusuk didalam
rumah.
“Mampu untuk segera mendeteksi dan memindahkan mahluk yang tak bernyawa
lagi adalah satu kemampuan yang sangat penting bagi semua mahluk hidup,
termasuk kita,” ujar Patrizia d’Ettorre, dari Universitas Copenhagen.
(Erabaru/snd)