Anda di halaman 1dari 2

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH (Kalium Hidroksida)
Pemeriksaan Kalium Hidroksida merupakan pemeriksaan yang
dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus kelainan
kulit pada infeksi jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
melakukan pengerokan kulit pada bagian kulit yang mengalami infeksi
jamur. (Mansjoer)
Pada pasien tersebut, kulit yang terpapar infeksi jamur adalah
bagian bahu dan paha atas sebelah kiri. Pada inspeksi didapatkan patch
eritema batas tegas, bentuk polisiklik dengan papul eritema pada tepi
dan skuama kasar, bagian tengah kesan menyembuh (central healing).
Bagian yang diambil untuk sampel pemeriksaan adalah bagian paling
tepi. Hal ini dilakukan karena terdapat penampakan central healing,
dimana bagian tepi merupakan bagian paling aktif mengalami
peradangan yang terpapar jamur sebagai perluasan patch. Sedangkan
bagian tengah merupakan bagian yang kurang aktif atau tenang,
sehingga hasil pemeriksaan kurang maksimal.
Hasil yang diharapkan pada pemeriksaan ini adalah ditemukannya
elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa bercabang)
yang berarti bahwa penyebab kelainan kulit pada pasien yaitu
disebabkan oleh jamur nakal (dermatofita).
2. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanamkan sampel pada
media buatan, yaitu menggunakan media agar dextrosa sabouraud.
Tujuan dilakukan pemeriksaan ini yaitu sebagai penyokong
pemeriksaan langsung (KOH) sehingga dapat diketahui secara pasti
wujud spesies jamur yang menyebabkan kelainan kulit pada pasien.
Dengan mengetahui spesies jamur yang menginfeksi kulit hal ini dapat
membantu menentukan terapi yang spesifik pada pasien, sehingga efek
dari terapi dapat bekerja maksimal. (Djuanda)
Mansjoer, Arief. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta
Djuanda, A. Bab II. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kelima. Cetakan
Kedua. FKUI. Jakarta: 2008

Anda mungkin juga menyukai